Posted on Leave a comment

KUBET – Peneliti UB Berhasil Identifikasi 2 Genus dan 7 Spesies Baru Mikroalga di Laut Indonesia

Peneliti UB Berhasil Identifikasi 2 Genus dan 7 Spesies Baru Mikroalga di Laut Indonesia

images info

Tim peneliti Universitas Brawijaya (UB) baru saja membuat terobosan penting dalam dunia biologi kelautan dengan menemukan 2 genus baru dan 7 spesies baru mikroalga di perairan Indonesia. 

Dipimpin oleh Oktiyas Muzaky Luthfi dari FPIK UB, ekspedisi ilmiah ini berhasil mengungkap kekayaan biodiversitas mikroskopis di Pulau Bawean dan Teluk Tomini.

Menguak Kehidupan Mikroskopis yang Menakjubkan

Dengan menggunakan teknologi mutakhir seperti mikroskop elektron pemindai (SEM), tim berhasil mengidentifikasi:

  • Paracatenula porostriata (genus baru dari Bawean) dengan cangkang berlubang unik
  • Wallaceago porostriatus (genus baru dari Tomini) yang bentuknya menyerupai belah ketupat
  • Lima spesies baru dari genus Catenula dengan karakteristik unik masing-masing

“Penemuan ini membuktikan Indonesia adalah surga biodiversitas mikroalga yang masih banyak belum terungkap,” tegas Luthfi, dikutip dari laman resmi Universitas Brawijaya.

Ciri khas Paracatenula porostriata terletak pada cangkangnya yang punya struktur melingkar dengan lubang-lubang kecil dan bentuk katupnya pipih, seperti atas dan bawah yang berbeda.

Sementara pada Wallaceago porostriatus, memiliki bentuk katupnya yang setengah menyerupai belah ketupat, dengan garis-garis halus hanya terlihat di bagian bawahnya.

Adapun nama Wallaceago diberikan sebagai penghormatan untuk Alfred Russel Wallace, tokoh penting dalam sejarah biogeografi di Indonesia.

Baca juga Spesies Baru Lobster Hias dari Papua Akhirnya Berhasil Diidentifikasi di Eropa

Kontribusi Global untuk Sains Kelautan 

Kolaborasi internasional dengan Universitas Szczecin, Polandia ini menghasilkan beberapa temuan penting, yaitu data baru untuk pemantauan lingkungan laut, referensi penting untuk studi ekologi tropis, serta sumber penelitian paleoekologi masa depan.

Luthfi menekankan bahwa temuan ini membuka peluang besar bagi mahasiswa.

“Biodiversitas kita sangat kaya. Ini sumber ide tak terbatas untuk penelitian, dari tingkat sarjana hingga doktoral,” ujarnya.

Temuan ini tidak hanya memperkaya khazanah ilmu pengetahuan dunia, tetapi juga mengukuhkan Indonesia sebagai laboratorium alam terbesar bagi penelitian biodiversitas laut.

Baca juga Spesies Baru Ikan Wader Ditemukan di Gua Klapanunggal Bogor, Uniknya Tak Punya Mata!

 

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News



Posted on Leave a comment

KUBET – Industri Manik-Manik Kian Bersinar, Jadi Peluang Besar Ekonomi Kreatif Indonesia

Industri Manik-Manik Kian Bersinar, Jadi Peluang Besar Ekonomi Kreatif Indonesia

images info

Industri kerajinan manik-manik menyimpan potensi besar sebagai salah satu subsektor ekonomi kreatif yang mampu mendorong pertumbuhan ekonomi inklusif.

Keindahan, nilai budaya, serta fleksibilitas bentuknya menjadikan manik-manik sebagai produk kriya yang tidak hanya bernilai estetika, tetapi juga ekonomis.

Pesona Manik-Manik Khas Dayak Kalbar

Potensi Ekonomi dari Warisan Budaya

Sebagai bagian dari industri kriya, kerajinan manik-manik tumbuh dari tradisi panjang masyarakat Indonesia, terutama di wilayah-wilayah seperti Kalimantan, Papua, dan Nusa Tenggara.

Selain menjadi identitas budaya lokal, produk ini juga bertransformasi menjadi komoditas bernilai jual tinggi di pasar domestik dan internasional.

Industri ini tergolong padat karya, sehingga mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar dan tersebar di berbagai daerah.

Dengan pengembangan yang tepat, kerajinan manik-manik dapat menjadi penggerak ekonomi kreatif berbasis komunitas yang kuat.

Produk Kriya RI Unjuk Gigi di Pameran Salone del Mobile Milan, Italia

Kontribusi terhadap Industri Kreatif Nasional

Berdasarkan data Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Baparekraf), industri kriya menyumbang nilai tambah sebesar Rp102,44 triliun pada semester I tahun 2024.

Angka ini menunjukkan kontribusi 13,6 persen terhadap total nilai tambah industri kreatif Indonesia.

Potensi pertumbuhan sektor ini juga tergolong tinggi. Laporan lembaga riset 6Wresearch memperkirakan industri kerajinan nasional, termasuk manik-manik, memiliki proyeksi pertumbuhan tahunan (CAGR) sebesar 7,2 persen pada periode 2020–2026.

“Industri kriya merupakan salah satu subsektor yang menjadi top 3 kontributor perekonomian Indonesia di antara subsektor industri kreatif lainnya,” jelas Dirjen Industri Kecil, Menengah dan Aneka (IKMA) Kemenperin, Reni Yanita sebagaimana dikutip dari keterangan resmi.

Angka-angka ini menunjukkan bahwa industri manik-manik tidak sekadar pelestarian budaya, melainkan juga menjadi peluang ekonomi yang menjanjikan, khususnya bagi pelaku industri kecil dan menengah (IKM).

Sang Perajin, Pengabdi Seni Kriya Logam dari Yogyakarta

Diversifikasi Produk dan Perluasan Pasar

Salah satu kekuatan utama industri manik-manik terletak pada kemampuannya untuk terus berinovasi. Produk manik-manik kini tidak hanya digunakan sebagai aksesori atau ornamen tradisional, tetapi juga dikembangkan menjadi bagian dari fesyen, dekorasi interior, hingga cendera mata.

Diversifikasi produk yang kreatif menjadikan kerajinan manik-manik semakin relevan dengan kebutuhan pasar modern, baik lokal maupun internasional. Inovasi ini membuka peluang lebih besar bagi perajin untuk menjangkau segmen konsumen yang lebih luas dan beragam.

Selain itu, pendekatan pemasaran yang memanfaatkan storytelling dan branding kultural menjadi nilai tambah tersendiri. Cerita di balik proses pembuatan, makna simbolik, hingga keterlibatan komunitas lokal menjadi daya tarik yang semakin diapresiasi oleh konsumen global.

Punya Potensi Industri Kreatif Besar, Indonesia Bakal Jadi Destinasi Utama Ekraf ASEAN?

Penguatan Kapasitas dan Dukungan Pemerintah

Berbagai inisiatif telah dilakukan untuk mendukung penguatan kapasitas pelaku IKM di sektor ini. Salah satunya melalui penyelenggaraan pelatihan teknis dan diversifikasi produk yang memberi pembekalan keterampilan, akses pembiayaan, dan penguatan legalitas usaha.

Langkah-langkah seperti ini penting untuk meningkatkan kualitas dan daya saing produk manik-manik, sekaligus memperkuat ekosistem industri kerajinan secara berkelanjutan.

Dukungan lintas sektor, termasuk dari pemerintah, lembaga kerajinan, dan komunitas kreatif, menjadi kunci dalam membuka peluang pasar dan mempercepat pertumbuhan sektor ini.

Kombinasi antara nilai tradisi, inovasi desain, dan perluasan pasar menjadikan kerajinan ini sebagai sektor yang patut mendapatkan perhatian lebih.

Keragaman Budaya Indonesia Dorong Industri Kreatif Semakin Unggul

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News



Posted on Leave a comment

KUBET – Mengajak Orang Tua Bernostalgia di Kampung Lali Gadget Sidoarjo

Mengajak Orang Tua Bernostalgia di Kampung Lali Gadget Sidoarjo

images info

Permainan tradisional tidak hanya ditujukan untuk anak-anak bersenang-senang. Bagi orang tua, permainan tradisional menjadi salah satu terapi untuk sejenak melepaskan beban dan rutinitas harian.

Hal ini sesuai definisi yang diungkapkan Kurniawan (2019) bahwa permainan tradisonal merupakan bentuk pengetahuan masyarakat secara turun temurun dan mempunyai beragam fungsi yang pada prinsipnya permainan dapat dilakukan oleh siapapun, anak maupun dewasa.

Memang, ada keseruan yang dirasakan di dalamnya saat orang dewasa bermain. Akan tetapi, yang lebih penting, permainan tradisional menjadi media bagi orang tua untuk merawat ingatan di masa lalu.

“Dari sisi anak-anak bermanfaat bagi tumbuh kembang, menyenangkan secara kejiwaan; bagi orang dewasa itu nostalgia,” ungkap Achmad Irfandi, penggagas Kampung Lali Gadget (KLG) Sidoarjo.

Selain menghadirkan kenangan-kenangan masa kecil, nostalgia lewat permainan tradisional juga bermanfaat bagi khazanah kebudayaan Indonesia. Sebab, permainan tradisional merupakan salah satu kekayaan budaya Indonesia.

Oleh karena itu, arsip dan ingatan yang berserakan mengenai permainan tradisional perlu untuk dikumpulkan lewat para orang tua.

Hidup di Dunia Sejatinya Hanya Bermain: Jadi, Ayo Main di Luar Rumah!

Di Kampung Lali Gadget misalnya, sebuah kampung yang menghadirkan beragam permainan tradisional untuk anak-anak agar mereka dapat melepaskan gadget, ternyata juga menarik minat orang dewasa. Mereka di sana tidak hanya sekadar bermain, tetapi juga turut andil menginformasikan dan membetulkan peraturan-peraturan permainan yang berlaku sejak zaman dahulu.

“KLG itu yang hadir mulai usia 2 tahun hingga lansia. Jadi kalau ada pengunjung usia di atas 50 kami senang minta ampun karena mereka berbagi permainan tradisional, sehingga jadi data kami tentang permainan tradiisonal. Di tempat kami bagi mereka nostalgia,” imbuh Achmad Irfandi.

Cerita Unik dari KLG: Lepas dari Gadget, Anak Keasyikan dengan Permainan Tradisional

Orang Tua yang Terus Belajar dan Mengajar Anaknya

Achmad Irfandi sadar bahwa keberhasilan anak mengurangi paparan layar gawai bukan semata-semata disebabkan oleh Kampung Lali Gadget dan permainan tradisional itu sendiri. Orang tua lah yang justru memiliki peran paling besar dalam proses melepaskan anak dari gadget.

Oleh karena itu, kegiatan di Kampung Lali Gadget tidak hanya menyasar anak-anak, tetapi juga para orang tua. Sebab, orang tua adalah pendidikan awal dan garda terdepan dalam memantau aktivitas anak-anak. 

“Kami juga mengadakan kegiatan parenting, di acara-acara tertentu. Jadi ibu-ibu bisa daftar di kita gratis juga. Yang paling pentingnya supaya tidak terlalu terpaku oleh gadget, kami juga sekaligus mengedukasi para ibu-ibu,” ungkap Gista, salah satu tim KLG, sebagaimana dikutip dari Kominfo Jatim.

Gerakan 100 Komunitas Bermain Tanpa Gadget oleh GNFI X KLG, Pertemukan Komunitas Demi Anak Indonesia

 

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News



Posted on Leave a comment

KUBET – Putusan MK Soal Pasal Karet di UU ITE, Ruang Rakyat untuk Berbicara Makin Terlindungi?

Putusan MK Soal Pasal Karet di UU ITE, Ruang Rakyat untuk Berbicara Makin Terlindungi?

images info

Kebebasan berdemokrasi di Indonesia agaknya menjadi lebih baik. Mahkamah Konstitusi (MK) baru saja memperjelas pasal “karet” terkait pemaknaan unsur-unsur pencemaran nama baik dalam ruang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE), Selasa (29/4/2025).

Putusan tersebut menyatakan bahwa pasal pencemaran dalam UU ITE tidak dapat digunakan untuk menjerat kritik kepada pemerintah, kelompok masyarakat, hingga korporasi. Namun, pasal itu hanya berlaku untuk individu atau perseorangan.

MK menyatakan, Pasal 27A dan Pasal 45 ayat (5) dalam UU Nomor 1 Tahun 2024 mengatur bahwa pencemaran baik lewat media elektronik adalah tindak pidana aduan atau delik aduan. Artinya, hanya orang yang merasa dicemarkan secara langsung atau korbanlah yang boleh melapor ke pihak berwajib.

“Kendati badan hukum menjadi korban pencemaran maka ia tidak dapat menjadi pihak pengadu atau pelapor yang dilakukan melalui media elektronik. Sebab hanya korban (individu) yang dicemarkan nama baiknya yang dapat melaporkan kepada aparat penegak hukum terkait perbuatan pidana terhadap dirinya dan bukan perwakilannya,” demikian kutipan dalam rilis MK.

Perjelas Makna dalam UU ITE

Pasal 27A dalam UU ITE berbunyi, “Setiap Orang dengan sengaja menyerang kehormatan atau nama baik orang lain dengan cara menuduhkan suatu hal, dengan maksud supaya hal tersebut diketahui umum dalam bentuk Informasi Elektronik dan/ atau Dokumen Elektronik yang dilakukan melalui Sistem Elektronik”.

Frasa “orang lain” dalam pasal tersebut cenderung disalahgunakan. Oleh karenanya, MK memperjelas makna “orang lain” itu sebagai individu atau perseorangan.

Hal ini dilakukan agar tidak terjadi kesewenang-wenangan apparat penegak hukum dalam mengartikan dan menerapkan frasa tersebut. MK menjelaskan jika pasal ini tetap berlaku dengan syarat bahwa frasa “orang” lain hanya dimaknai sebagai individu, bukan lembaga pemerintahan, sekelompok orang dengan identitas spesifik tertentu, institusi, korporasi, profesi, atau jabatan.

Frasa “suatu hal” juga dinilai terlalu umum dan multitafsir. MK menegaskan, frasa itu harus ditafsirkan sebagai “sebuah perbuatan yang merendahkan kehormatan atau nama baik seseorang”.

Putusan MK ini diharapkan dapat menjadikan penerapan UU ITE menjadi adil dan tidak disalahgunakan hanya untuk membungkam rakyat yang ingin mewujudkan hak kebebasan berekspresi mereka.

Indonesia Negara Pertama Abad-21 yang Punya Mahkamah Konstitusi

Apakah Ruang Rakyat untuk Berbicara Makin Terlindungi?

Pasal 28E ayat (3) UUD 1945 mengamanatkan, setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat. Artinya, kebebasan berpendapat di Indonesia sebenarnya merupakan hak yang dilindungi oleh konstitusi.

Penyampaian pendapat dapat dilakukan di mana saja, salah satunya melalui media sosial. Beberapa waktu belakangan, media sosial menjadi tempat masyarakat untuk menyampaikan aspirasi, kritikan, maupun ketidakpuasan mereka terhadap pemerintah.

Lalu, apakah dengan putusan MK tersebut, hak dan ruang masyarakat untuk berbicara menjadi terlindungi? Tentu saja, iya.

MK menilai, dalam sebuah negara demokrasi, kritik merupakan sebuah hal yang sangat diperlukan. Di sisi lain, kritik juga merupakan salah satu bentuk dari kebebasan berpendapat yang menjadi hak setiap warga negara.

“Terbelenggunya hak atas kebebasan berpendapat dan berekspresi, justru akan mengikis fungsi kontrol atau pengawasan yang merupakan keniscayaan agar tidak terjadi penyalahgunaan kekuasaan, abuse of power, dalam penyelenggaraan pemerintahan,” ucap Hakim Konstitusi, Arief Hidayat, saat membacakan pertimbangan.

Kritik merupakan bentuk pengawasan, masukan, atau koreksi terhadap apa yang dilakukan pemerintah maupun hal-hal lain yang menyangkut kepentingan publik. Rakyat memiliki hak untuk berbicara dan mengkritik secara terbuka. Dengan putusan tersebut, kini masyarakat dapat lebih leluasa untuk menyuarakan pendapat dan kritik mereka.

Akan tetapi, perlu diingat bahwa menyampaikan kritik tetap harus dengan bahasa yang baik, tidak menyebarkan fitnah, atau menyerang secara personal.

Banyak Pelapor Pelanggaran UU ITE Menggunakan Alasan "Pencemaran Nama Baik"

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News



Posted on Leave a comment

KUBET – Belajar dari Turki yang Dilanda Gempa, Apa yang Bisa Dilakukan Indonesia?

Belajar dari Turki yang Dilanda Gempa, Apa yang Bisa Dilakukan Indonesia?

images info

Tepat di hari Rabu, 23 April 2025 lalu, gempa bumi kembali mengguncang Turki. Badan Penanggulangan Bencana dan Darurat Turki melaporkan, gempa tersebut berkekuatan 6,2 magnitudo dan berpusat di Laut Marmara, dekat Silivri.

Akibatnya, lebih dari 2.900 bangunan di Istanbul dan sekitarnya mengalami kerusakan. Bahkan, sebanyak 260 gempa susulan masih terjadi setelah gempa besar, termasuk di antaranya dua gempa bermagnitudo di atas 5,0.

Turki merupakan negara yang cukup sering dilanda gempa bumi. Ini dikarenakan, Turki berada di jalur gempa yang aktif, terutama akibat patahan dari Lempeng Anatolia.

Lempeng Anatolia menghasilkan dua patahan, yakni Anolia Utara dan Anatolia Timur. Pergerakan di patahan Anatolia Timur diyakini sebagai pemicu gempa bumi kali ini.

Kawan GNFI, Indonesia memiliki “berkat” yang sama dengan Turki, yakni berada di pertemuan lempeng-lempeng tektonik yang aktif. Oleh karena itu, baik Turki maupun Indonesia sama-sama memiliki potensi bencana gempa bumi yang besar.

Perlu adanya upaya mitigasi maksimal untuk meminimalisir dampak yang ditimbulkan, baik dari jatuhnya korban, kerusakan infrastruktur, maupun kepanikan sosial.

Unik, Ternyata Ada Kampung Indonesia yang Dibangun di Turki

Apa yang Bisa Dilakukan oleh Indonesia?

Haritsah Mujahid, mahasiswa Istanbul University

info gambar

Sebagai negara yang rawan gempa bumi, penanganan tanggap darurat yang baik tentu sangat diperlukan. Haritsah Mujahid, mahasiswa Istanbul University, dalam sebuah keterangan yang diterima GNFI, menjelaskan bagaimana pemerintah Turki melakukan langkah cepat dalam merespons bencana ini.

Pemerintah langsung menutup sekolah-sekolah di Istanbul dan Tekirdağ selama dua hari. Taman-taman kota serta masjid besar dibuka sebagai tempat penampungan sementara.

Lebih dari 3.500 personel, termasuk tim pencarian dan penyelamat dengan anjing pelacak, diterjunkan untuk menangani keadaan pascagempa. Gerak cepat seluruh pihak berwenang Turki dalam merespons bencana menunjukkan bahwa sistem mereka sangat tertata dan rapi.

Di sisi lain, Haritsah juga menjelaskan bagaimana kemampuan masyarakat Indonesia untuk tanggap bencana yang menurutnya sudah sangat tinggi. Akan tetapi, terdapat tantangan lain, seperti kesiapan bangunan, sistem informasi bencana yang belum merata, dan pendekatan edukasi yang belum menyeluruh.

Melihat hal itu, Haritsah menyampaikan beberapa refleksi yang bisa menjadi pelajaran besar bagi Indonesia sebagai sesama negara yang rawan terjadi gempa bumi. Menurutnya, perlu ada edukasi kebencanaan yang sebaiknya sudah menjadi budaya yang diajarkan sejak dini.

“Di Turki, anak-anak sekolah rutin diberi latihan evakuasi. Di Indonesia, semoga ini bisa dilakukan lebih merata, tidak hanya di daerah rawan,” terangnya.

Tak hanya itu, kesiapan bangunan juga harus menjadi prioritas. Gedung-gedung di Istanbul sudah dirancang agar tahan terhadap guncangan gempa.

“Di Indonesia, edukasi tentang struktur bangunan tahan gempa perlu terus didorong, terutama di daerah padat penduduk,” imbuhnya.

Haritsah turut menyampaikan bagaimana pentingnya mengedukasi masyarakat agar tetap tenang saat terjadi bencana. Hal ini diperlukan agar tidak semakin banyak korban yang jatuh akibat terlalu panik.

Selain itu, literasi digital saat bencana juga merupakan hal penting yang harus diperhatikan. Informasi yang cepat menyebar melalui media sosial bisa jadi menolong sekaligus menyesatkan. Tak ayal, perlu adanya kesadaran masyarakat untuk memahami dan menggunakan media sosial dengan bijak saat terjadi bencana.

Kesiapsiagaan bencana harus menjadi hal yang sangat mendasar bagi seluruh negara, termasuk Indonesia dan Turki yang sangat rawan. Pemerintah dan seluruh pihak terkait perlu menjadikan mitigasi bencana sebagai prioritas jangka panjang.

Bakal Dibuat Film, Ternyata Hubungan Indonesia dan Turki Sudah Terjalin Sejak Era Ottoman

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News



Posted on Leave a comment

KUBET – Legenda Batu Berdaun dari Maluku, Kisah Seorang Nenek yang Kecewa dengan Cucunya

Legenda Batu Berdaun dari Maluku, Kisah Seorang Nenek yang Kecewa dengan Cucunya

images info

Di Maluku terdapat sebuah cerita rakyat yang berkisah tentang legenda batu berdaun. Legenda ini menceritakan tentang kekecewaan seorang nenek terhadap kedua cucu yang tidak bisa menjaga amanah yang sudah dia pesankan sebelumnya.

Bagaimana cerita lengkap dari legenda batu berdaun tersebut?

Legenda Batu Berdaun

Dinukil dari buku Irwan Rouf dan Shenia Ananda yang berjudul Rangkuman 100 Cerita Rakyat Indonesia: dari Sabang sampai Merauke, dikisahkan pada zaman dahulu di daerah pesisir Maluku hiduplah seorang nenek dengan kedua orang cucunya. Kedua cucu sang nenek masih berusia belia.

Si sulung baru saja berumur 11 tahun. Sementara sang adik baru memasuki usia yang kelima tahun.

Kedua cucu nenek ini sudah yatim piatu. Oleh sebab itu, mereka berdua tinggal dan hidup bersama sang nenek sehari-harinya.

Untuk memenuhi kebutuhan hidup, sang nenek bekerja dengan mengumpulkan berbagai macam hasil hutan. Selain itu, sang nenek juga sering mencari ikan di pantai yang tidak jauh dari rumahnya.

Meskipun demikian, usaha yang sudah dilakukan sang nenek sebenarnya tidak bisa mencukupi kebutuhan mereka. Akan tetapi sang nenek tetap berusaha agar hasil yang dia dapatkan tetap bisa dikonsumsi bersama-sama.

Pada suatu hari, sang nenek mengajak kedua cucunya untuk pergi menangkap kepiting di pantai. Sesampainya di pantai, sang nenek langsung memasang bubu atau alat yang digunakan untuk menangkap kepiting.

Hari itu mungkin menjadi waktu keberuntungan bagi mereka. Tidak butuh waktu lama, seekor kepiting besar berhasil tertangkap di bubu yang dipasang sang nenek.

Kedua cucunya tentu senang melihat hal tersebut. Sang nenek kemudian menyuruh cucunya untuk pulang dan memasak kepiting tersebut.

Sang nenek berpesan agar mereka meninggalkan capit kepiting untuk dirinya. Sebab sang nenek belum bisa pulang dan mesti melanjutkan aktivitas di hutan.

Kedua cucu sang nenek kemudian pulang dan memasak kepiting tersebut. Mereka kemudian memakan hasil tangkapan tersebut dengan lahapnya.

Setelah makan, mereka kemudian pergi bermain sambil menunggu sang nenek pulang. Menjelang sore hari, sang nenek masih belum juga kembali ke rumah.

Si bungsu sudah mulai mengeluh lapar dan ingin makan sisa kepiting yang disiapkan sebelumnya. Si sulung berkata bahwa capit kepiting tersebut disisakan untuk neneknya.

Namun si bungsu terus merengek dan tidak mendengarkan perkataan kakaknya tersebut. Si sulung yang tidak tega melihat kondisi adiknya langsung memberikan sisa capit kepiting tersebut kepadanya.

Dalam sekejap capit kepiting tersebut habis dilahap oleh si bungsu. Tidak lama kemudian, sang nenek kembali pulang ke rumah.

Sang nenek terlihat pucat dan lesu. Dirinya langsung menuju dapur karena sudah menahan lapar sejak tadi.

Namun sang nenek tidak menemukan sisa makanan untuk dirinya. Si sulung kemudian berkata bahwa makanan yang ada sudah dihabiskan oleh adiknya.

Sang nenek kemudian merasa marah dan kecewa kepada kedua cucunya. Dirinya langsung meninggalkan rumah dan menuju bukit yang tidak jauh dari sana.

Sesampainya di atas bukit, sang nenek menumpahkan rasa kecewanya di depan sebuah batu besar yang berbentuk daun. Dirinya kemudian meminta batu tersebut untuk menelan dirinya.

Tidak lama kemudian, batu berdaun tersebut tiba-tiba terbelah menjadi dua. Sang nenek langsung tertarik masuk ke dalam batu tersebut.

Setelah itu, batu berdaun kembali merapat sedia kala. Tepat setelah batu tersebut tertutup, kedua cucu sang nenek sampai di atas bukit.

Mereka kemudian melihat bekas kain sang nenek yang terurai sedikit di antara batu tersebut. Mereka kemudian menangis dan menyesal atas perbuatan yang sudah dilakukan sebelumnya.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News



Posted on Leave a comment

KUBET – Menyelami Sejarah dan Budaya Jawa di Yogyakarta di Museum Sonobudoyo

Menyelami Sejarah dan Budaya Jawa di Yogyakarta di Museum Sonobudoyo

images info

Terletak di antara Titik Nol Malioboro dan Kraton Yogyakarta, museum ini menawarkan pengalaman edukatif yang mengangkat sejarah dan budaya Jawa yang kaya akan tradisi.

Yogyakarta, kota yang tak pernah kehabisan pesona budaya, menyimpan banyak destinasi menarik mengenai sejarah dan budaya Indonesia.

Salah satu tempat yang wajib dikunjungi bagi Kawan GNFI yang ingin lebih mengenal budaya Jawa adalah Museum Sonobudoyo. Di sini, Kawan bisa menyelami lebih jauh mengenai kekayaan budaya Jawa dan mengetahui bagaimana kekayaan budayanya.

Raminten, Warisan Abadi Hamzah Sulaiman, Sang Maestro Budaya Yogyakarta

Sekilas Mengenai Museum Sonobudoyo

Museum Sonobudoyo didirikan pada tahun 1935 oleh yayasan Java Instituut yang bergerak dalam pelestarian kebudayaan Jawa, Madura, Bali, dan Lombok.

Museum ini berawal dari sebuah hadiah dari Sri Sultan Hamengkubuwono VIII, dan sejak 1974, museum ini dikelola oleh pemerintah Indonesia.

Di bawah pengelolaan Dinas Kebudayaan DIY, Museum Sonobudoyo kini menjadi salah satu museum budaya terbesar dan paling lengkap di Indonesia, menyimpan lebih dari 65.000 koleksi yang meliputi berbagai benda bersejarah dan budaya, termasuk naskah kuno dan artefak berharga.

Museum ini terbagi menjadi dua unit, yaitu Unit I yang terletak di Jalan Trikora dan Unit II di Jalan Wijilan. Unit I menampilkan berbagai koleksi dengan tema-tema budaya Jawa yang khas, seperti wayang, batik, dan senjata tradisional.

Sedangkan Unit II berfungsi sebagai pusat penelitian dan koleksi tambahan, termasuk naskah-naskah kuno yang sangat berharga.

Peresmian Museum Sonobudoyo di Yogyakarta pada 1935, Bertepatan dengan Hari Lahir HB VIII

Daya Tarik Museum Sonobudoyo

Museum Sonobudoyo Yogyakarta | Diaz Adritiya Putra (Google Maps)

info gambar

 

Museum Sonobudoyo bukan hanya tempat untuk melihat koleksi benda sejarah, tetapi juga tempat yang menawarkan pengalaman budaya yang mendalam. Berikut adalah beberapa daya tarik yang bisa Kawan GNFI nikmati:

Ruang Pamer yang Beragam

Unit I museum ini memiliki berbagai ruang pamer yang masing-masing menyajikan tema budaya yang berbeda. Ada ruang wayang, batik, logam, hingga ruang senjata yang menampilkan koleksi-koleksi langka yang dapat memberikan wawasan tentang kehidupan dan tradisi masyarakat Jawa dari zaman dahulu hingga kini.

Pagelaran Wayang dan Kesenian Rakyat

Museum Sonobudoyo juga kerap mengadakan pagelaran seni seperti wayang kulit, wayang topeng panji, dan kesenian rakyat lainnya. Pagelaran ini memberikan pengalaman langsung yang tak bisa Kawan GNFI temui di tempat lain.

Rizki Rahma, Dalang Wanita Muda Yogyakarta yang Hidupkan Wayang di Era Digital

Layanan Pemandu Wisata

Bagi Kawan GNFI yang ingin mendapatkan informasi lebih mendalam, pemandu wisata yang berkompeten siap memberikan penjelasan tentang setiap koleksi dan cerita sejarah di baliknya.

Pengunjung akan mendapat pengetahuan yang tak hanya berasal dari buku sejarah, tetapi juga kisah-kisah menarik yang dibagikan oleh pemandu.

Koleksi Naskah Kuno dan Manuskrip

Salah satu kekuatan Museum Sonobudoyo adalah koleksi manuskripnya yang sangat berharga, seperti Babad Tanah Jawa dan Babad Diponegoro. Beberapa manuskrip ini bahkan telah didigitalisasi untuk memudahkan akses bagi para peneliti dan akademisi.

Mengapa Yogyakarta Disebut Daerah Istimewa?

Akses Menuju Museum Sonobudoyo

Museum Sonobudoyo terletak di pusat Kota Yogyakarta, sehingga cukup mudah diakses.

Kawan GNFI bisa mencapai museum ini dengan berbagai cara, baik menggunakan kendaraan pribadi, transportasi umum, atau berjalan kaki dari Titik Nol Malioboro yang hanya beberapa langkah dari museum. Berikut adalah cara menuju ke museum:

  • Dari Malioboro: Museum Sonobudoyo Unit I hanya berjarak sekitar 1 kilometer dari Jalan Malioboro. Kawan GNFI bisa berjalan kaki sambil menikmati suasana kota Yogyakarta yang ramai.
  • Parkir: Museum ini menyediakan area parkir yang luas, meskipun pada musim liburan, tempat parkir bisa penuh. Bagi yang membawa kendaraan besar seperti bus, parkir terdekat berada di kantung parkir Senopati, sekitar 650 meter dari museum.
Legenda Asal Usul Gunung Merapi di Yogyakarta yang Menjadi Penyeimbang Pulau Jawa

Tips Berkunjung ke Museum Sonobudoyo

Supaya kunjungan Kawan GNFI ke Museum Sonobudoyo makin nyaman, ada beberapa tips sederhana yang bisa Kawan ikuti:

  • Datang lebih awal: Museum biasanya lebih sepi di pagi hari, jadi Kawan bisa menikmati koleksi dengan lebih leluasa.
  • Gunakan pakaian yang nyaman: Karena sebagian area museum bisa mengharuskan Kawan banyak berjalan, pakailah pakaian dan alas kaki yang nyaman.
  • Patuhi aturan museum: Misalnya, dilarang memotret di area tertentu, jangan menyentuh koleksi, dan menjaga ketenangan.
  • Siapkan uang tunai: Beberapa tiket masuk atau suvenir mungkin hanya bisa dibayar tunai.
  • Ikuti tur atau panduan: Jika tersedia, ikutilah tur museum agar Kawan mendapat penjelasan lebih mendalam tentang koleksi.
Kampung Wisata Taman Sari Yogyakarta, Pesona Sejarah dalam Balutan Budaya

Ayo Berkunjung ke Museum Sonobudoyo!

Museum Sonobudoyo bukan sekadar tempat untuk melihat koleksi benda sejarah, tetapi juga tempat untuk merasakan langsung kekayaan budaya Jawa.

Dengan koleksi yang lengkap, fasilitas yang memadai, dan pemandu wisata yang berkompeten, museum ini menjadi destinasi yang sempurna bagi Kawan GNFI yang ingin lebih mengenal tradisi dan sejarah Indonesia.

Jangan lupa untuk menyisihkan waktu dalam rencana perjalanan di Yogtakarta untuk mengunjungi museum yang penuh dengan pengetahuan ini!

Jadi, ayo kunjungi Museum Sonobudoyo dan temukan lebih banyak lagi tentang kebudayaan Jawa yang tak ternilai harganya!

Salut! Yogyakarta Kembali Didapuk sebagai Provinsi yang Masyarakatnya Paling Gemar Membaca Tingkat Nasional

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News



Posted on Leave a comment

KUBET – Momen Perayaan 50 Tahun Staatsspoorwegen pada 1925, Luncurkan Kereta Rel Listrik Pertama di Batavia

Momen Perayaan 50 Tahun Staatsspoorwegen pada 1925, Luncurkan Kereta Rel Listrik Pertama di Batavia

images info

Kereta rel listrik merupakan salah satu moda transportasi yang umum digunakan oleh masyarakat Indonesia, khususnya yang berdomisili di wilayah Jabodetabek. Banyak alasan mengapa moda transportasi ini banyak dipilih oleh masyarakat untuk berpindah tempat setiap harinya.

Misalnya, kereta rel listrik menjadi salah satu moda transportasi yang memiliki keunggulan dalam efisiensi waktu. Sebab setiap pengguna bisa memperkirakan waktu keberangkatan mereka sesuai dengan jadwal dari moda transportasi ini.

Selain itu, akses jalur kereta rel listrik menjangkau banyak daerah yang ada di Jabodetabek. Belum lagi tarif layanan yang relatif terjangkau juga menjadi alasan lain

Tahukah Kawan bahwa keberadaan kereta rel listrik atau KRL di wilayah Jabodetabek ternyata sudah ada sejak waktu lama? Bahkan peluncuran pertama kereta bertenaga listrik ini di Batavia atau Jakarta sudah terjadi seratus tahun silam.

Pada waktu itu, pengenalan kereta listrik dilakukan dalam rangka perayaan 50 tahun Staatsspoorwegen saat itu. Lantas bagaimana momen saat kereta api listrik pertama kali diluncurkan di Batavia pada waktu itu?

Keberadaan Kereta Api Listrik pada Masa Kolonial Belanda

Ide terkait kereta api listrik di Indonesia sebenarnya sudah ada sejak Masa Kolonial Belanda. Bahkan di dunia, keberadaan kereta api bertenaga listrik ini sudah berkembang sejak akhir abad ke-19.

Dilansir dari buku Kartum Setiawan, Kereta Api di Jakarta: dari Zaman Belanda hingga Reformasi, adanya ide terkait penggunaan kereta listrik di Hindia Belanda, khususnya Batavia berkaitan dengan beberapa hal.

Misalnya, ide terkait penggunaan kereta api listrik ini berkaitan dengan adanya efisiensi dalam penggunaan energi. Selain itu, jarak stasiun yang ada di daerah Batavia juga saling berdekatan.

Hal ini berbanding terbalik dengan jumlah penumpang yang banyak menggunakan transportasi kereta api pada waktu itu. Oleh sebab itu pada awal abad ke-20, mulai dicanangkan ide terkait realisasi pengadaan kereta listrik ini, mulai dari kajian hingga pemasangan jaringan listrik untuk transportasi ini.

Perayaan 50 Tahun Staatsspoorwegen

Masih dari buku yang sama, proses pengadaan kereta api listrik ini memakan waktu yang cukup lama. Terhitung proses pengadaan ini berlangsung selama lebih kurang 14 tahun, mulai dari pencanangan ide pada 1911 hingga peluncurannya pada 1925.

Peluncuran kereta api listrik pertama di Batavia ini sendiri dikenalkan bersamaan dengan perayaan 50 Staatsspoorwegen pada 6 April 1925. Staatsspoorwegen merupakan perusahaan kereta api negara milik Pemerintah Hindia Belanda pada waktu itu.

Pada saat peluncurannya, kereta rel listrik pertama di Batavia ini melintasi jalur Tanjung Priok-Meester Cornelis atau Jatinegara.

Kereta Api Listrik Rute Tanjung Priok-Meester Cornelis

Tanjung Priok-Meester Cornelis menjadi jalur lintas kereta rel listrik pertama yang ada di Batavia pada waktu itu. Pada awalnya, jalur kereta api listrik yang sudah direncanakan tidak terbatas untuk tujuan ini saja.

Misalnya pada 1921, jaringan listrik untuk lintasan kereta api ini sudah disiapkan untuk jalur Batavia Buitenzorg atau Bogor. Sementara itu, jalur lintasan Tanjung Priok-Meester Cornelis baru dibangun setelahnya.

Namun kondisi krisis ekonomi yang melanda Eropa ternyata juga berdampak hingga Hindia Belanda. Akhirnya pada akhir 1921, pembangunan kereta api listrik untuk jalur Batavia-Buitenzorg ditunda terlebih dahulu.

Hari peluncuran kereta listrik pertama di Batavia ini berlangsung dengan meriah. Pada hari peluncurannya ini, setiap orang bisa menaiki kereta listrik di jalur ini secara cuma-cuma.

Tidak hanya itu, kedatangan kereta listrik di Stasiun Tanjung Priok juga disambut dengan alunan musik yang makin menambah kemeriahan momen peluncurannya pada waktu itu.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News



Posted on Leave a comment

KUBET – Cerita Pedih Pakubuwono XII, Raja Surakarta yang Bertahta 59 Tahun Tanpa Punya Wilayah

Cerita Pedih Pakubuwono XII, Raja Surakarta yang Bertahta 59 Tahun Tanpa Punya Wilayah

images info

Sri Susuhunan Pakubuwono XII merupakan pemimpin Kasunanan Surakarta yang naik takhta dua bulan sebelum Indonesia merdeka. Bertahta selama 59 tahun yakni dari 1945 hingga 2004, dia mengalami berbagai pengalaman pahit getir kehidupan sebagai raja.

Lahir dengan nama BRM Suryo Guritno, PB XII naik tahta pada 12 Juli 1945 menggantikan ayahandanya. Sebagai raja yang bertahta di masa kemerdekaan, PB XII 
mendapat sebutan Susuhunan Hamardika, artinya Susuhunan yang bertahta di jaman kemerdekaan.

Sebutan ini diberikan karena dengan suka rela menyerahkan kedaulatan kerajaannya untuk bergabung pada negara baru yang bernama Indonesia. Karena kesediaannya itu, Pemerintah Indonesia menetapkan wilayah Keraton Surakarta sebagai Daerah Istimewa Surakarta (DIS). 

Tetapi keraton tetap mengalami masa-masa kritis akibat gerakan massa revolusioner. Mereka mendesak penghapusan swapraja DIS dan dinyatakan sebagai daerah biasa seperti daerah lainnya.

PB XII diminta untuk turun tahta dan menyerahkan pemerintahan di wilayah Surakarta kepada massa revolusioner. Desakan ini semakin hari semakin membola salju, hingga korban pun bermunculan. 

“Memanasnya situasi politik di Surakarta semakin tidak terkendali ketika terjadi penculikan yang dilakukan oleh gerakan anti swapraja,” tulis Cahya Putri Musaparsih dalam Strategi Komite Nasional Indonesia Daerah Surakarta (KNIDS) dalam mengambil alih swapraja, 1945-1946.

“Dengan dipimpin oleh Barisan Banteng dan KNIDS. Gerakan anti swapraja menculik susuhunan beserta ibu dan permaisurinya serta GPH Suryohamijoyo diculik oleh kelompok pemuda yang dipimpin oleh Barisan Banteng setelah sebelumnya menculik pejabat-pejabat tinggi Kasunanan,” lanjutnya.

Ingin dipanggil Bung

Karena kondisi tersebut, Kasunanan melayangkan protes kepada pemerintah atas peristiwa penculikan itu. pemerintah Sjahrir memberitahukan kepada Barisan Banteng agar segera melepaskan para tahanan.

Karena tekanan yang dilakukan oleh pemerintah, massa revolusioner segera melepaskan Sunan. PB XII tampak terpukul dengan situasi yang terjadi pada dirinya sehingga mulai menyadari kekuasaannya berada di titik terendah.

Bahkan pada tanggal 17 Januari 1946, supaya bisa merebut hati massa revolusioner. PB XII meminta kepada masyarakat agar memanggilnya dengan sebutan Bung Pakubuwono.

“Penyebutan nama ini mencemari wibawa Sunan, sehingga muncul keraguan kultural mengenai status dan derajat Sunan dibanding rakyat kebanyakan,” paparnya.

Raja tanpa wilayah

Setelah status DIS dicabut oleh pemerintah, PB XII menjadi raja yang tak mempunyai wilayah. Dia memilih untuk melanjutkan studinya di Jakarta pada tahun 1954.

Sepulang dari studi, PB XII kembali memerintah di Keraton yang sudah kehilangan legitimasi kekuasaan dan telah tidak lagi memiliki sumber keuangan untuk mengelolanya. Seorang budayawan kraton memberi gambaran tentang rajanya itu yaitu kembang sungsang semune pudhak setegal.

“Raja yang telah tidak memiliki kekuasaan apa-apa masih harus menghidupi kerabat dan keluarganya yang begitu banyak,” jelas budayawan bernama KRHT Kusumotanoyo yang dimuat dari Detik.

Sumber:

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News



Posted on Leave a comment

KUBET – Ekspor Industri Alat Kesehatan Meningkat, Indonesia Menuju Kemandirian Sektor Medis

Ekspor Industri Alat Kesehatan Meningkat, Indonesia Menuju Kemandirian Sektor Medis

images info

Industri alat kesehatan menjadi salah satu sektor strategis yang didorong pengembangannya dalam peta jalan Making Indonesia 4.0.

Dengan tingginya permintaan global terhadap alat kesehatan, Indonesia melihat peluang besar untuk memperkuat perekonomian nasional sekaligus membangun ketahanan medis dalam negeri.

Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (ILMATE) Kementerian Perindustrian, Setia Diarta, menegaskan pentingnya memanfaatkan momentum ini untuk mewujudkan kemandirian sektor alat kesehatan.

“Industri alat kesehatan merupakan salah satu sektor yang masuk kategori high demand. Kondisi ini perlu dimanfaatkan dengan baik dan optimal,” ujar Setia dalam di Jakarta, Minggu (27/4/2025) dikutip dari keterangan resmi.

 

Kinerja Ekspor Alat Kesehatan Terus Tumbuh

Melihat potensi yang ada, perkembangan industri alat kesehatan dalam negeri menunjukkan tren yang positif.

Data Sistem Informasi Industri Nasional (SIINas) mencatat saat ini ada 393 perusahaan alat kesehatan yang memproduksi berbagai jenis produk, mulai dari tempat tidur rumah sakit, alat suntik, tensimeter, elektromedik, hingga ventilator.

Tak hanya produksi untuk pasar domestik, kinerja ekspor juga membanggakan. Direktur Industri Permesinan dan Alat Mesin Pertanian Kemenperin, Solehan, menyebutkan bahwa ekspor alat kesehatan Indonesia mengalami kenaikan signifikan sejak 2019. Pada tahun 2024, nilai ekspor telah melampaui USD273 juta.

“Kami juga melihat perkembangan yang sangat bagus pada peningkatan transaksi produk alat kesehatan dalam negeri di e-Katalog yang terus meningkat hingga mencapai 48 persen di tahun 2024,” kata Solehan.

 

Upaya Penguatan Ekosistem Industri Alat Kesehatan

Untuk memperkuat daya saing industri alat kesehatan, Kemenperin telah meluncurkan inisiatif Hub Bahan Baku Alat Kesehatan. Tujuannya adalah menjembatani kebutuhan bahan baku industri dalam negeri dengan produsen lokal, sehingga ketergantungan terhadap bahan impor dapat ditekan.

Solehan menegaskan pentingnya kolaborasi lintas sektor dalam membangun ekosistem ini.

“Kami sangat mengharapkan dukungan serta kolaborasi erat dari seluruh pemangku kepentingan, baik dari pemerintah, pelaku industri, maupun akademisi,” ujarnya.

Salah satu contoh konkret kemajuan industri adalah sektor alat kesehatan elektromedis, seperti ultrasonografi (USG). Produk USG dalam negeri kini mulai dikembangkan secara mandiri, berkat kolaborasi antara sektor teknologi, permesinan, kedokteran, hingga software engineering.

“Kami mengapresiasi industri dalam negeri seperti GE Healthcare yang telah berhasil menghadirkan produk USG secara mandiri. Ini menunjukkan bahwa kemampuan industri nasional semakin siap naik kelas,” ungkap Solehan.

Tantangan dan Arah Pengembangan ke Depan

Meski perkembangan industri alat kesehatan nasional cukup menggembirakan, tantangan masih membayangi.

Ketersediaan bahan baku medical grade dalam negeri masih terbatas, dan skala produksi perlu diperbesar agar lebih kompetitif secara ekonomi.

Selain itu, Kemenperin terus mendorong perluasan pasar domestik dan ekspor, dengan dukungan regulasi seperti pemberian insentif industri dan promosi bersama. Pemanfaatan teknologi digital dan manufaktur cerdas juga menjadi fokus untuk meningkatkan efisiensi dan kualitas produk.

“Ketika kita berbicara soal alat kesehatan, kita tidak hanya bicara tentang produk industri. Kita sedang bicara tentang ketahanan nasional, tentang kemandirian bangsa, dan tentang kemampuan Indonesia untuk menjawab kebutuhan rakyatnya sendiri,” tegas Solehan.

 

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News