Posted on Leave a comment

KUBET – Gaet Penumpang, Ini Iklan Mudik Lebaran oleh Perusahaan Kereta Api Hindia Belanda

Gaet Penumpang, Ini Iklan Mudik Lebaran oleh Perusahaan Kereta Api Hindia Belanda

images info

Mudik pada momen Idul Fitri atau Lebaran telah dilakukan oleh masyarakat Indonesia sejak zaman Hindia Belanda. Masyarakat mereka menggunakan waktu libur untuk pulang ke desa. 

Dosen pendidikan sejarah Universitas Negeri Surabaya (Unesa), Riyadi menyatakan tradisi mudik sejatinya sudah ada sejak zaman pemerintahan kolonial Belanda, tepatnya sejak tahun 1680an.  Ketika itu banyak warga di Pulau Jawa yang bekerja di luar pulau.

“Awalnya tradisi mudik terjadi karena adanya warga di pulau Jawa yang dibawa kolonial Belanda ke Sumatra untuk bekerja di perkebunan. Nah, pada momen-momen tertentu masyarakat ini pulang ke Jawa, salah satunya saat Lebaran,” jelas Riyadi yang dimuat dari Basra.

Heri Priyatmoko, dosen Sejarah dari Universitas Sanata Dharma menyatakan daerah Vorstenlanden (sepanjang Yogyakarta dan Surakarta) menjadi tempat mengadu nasib sejak sejak awal abad ke-20. Hal ini tidak lepas dari perkembangan perusahaan Belanda seperti perkebunan, tambang dan gula.

“Apabila di momen-momen sekarang Jakarta adalah poros dari tempat mengadu nasib, dahulu, tanah para Raja Jawa atau Vorstenlanden adalah tempat yang ramai bagi para pelancong yang hendak mengadu nasib,” ucapnya.

Iklan mudik kereta api

Memanfaatkan tradisi mudik yang sudah mengakar di Hindia Belanda, Staastsspoorwegen (SS) atau perusahaan kereta api Hindia Belanda melakukan propaganda mudik menggunakan kereta api. Kata-kata persuasif dimunculkan perusahaan SS lewat periklanan di surat kabar Batavia-centruum edisi 2 Desember 1937.

Hari Raja Aidilfitri !!
Setahoen sekali moesti
perloekan tengok familie. Itoe soeatoe kewadjiban !
Tidak semoea orang gemar pergian; apa lagi jang djaoeh. Badan rasa lelah, sebab terbanting-banting di djalanan. Moeka menjadi mesoem, sebab kena angin dan aboe (Jadi zaman dulu muka mesoem itu artinya moeka yang kotor terkena angin dan aboe/debu, berbeda dgn zaman sekarang)

Tetapi tidak oesah begitoe, kalaoe goenakan kreta api S.S. Djalan di atas rail menjebabkan tidak ada bantingannja, ditiap2 djendela ada katja oentoek penoetoep angin dan aboe.
GOENAKANLAH KERETA S.S. Sentaoesa Senang dan Moerah.

Sebagai informasi, SS itu singkatan dari Staatspoorwagen: Perusahaan Negara Kereta Api (PNKA) atau yang saat ini bernama PT KIA. Pembangunan trayek pertamanya terjadi pada tahun 1875 dari Surabaya menuju Malang, Jawa Timur.

Seiring berkembangnya waktu, secara berkala, perusahaan kereta api milik negara ini mulai memperluas trayek lintasannya hingga hampir menjangkau seluruh wilayah di Pulau Jawa. Sehingga bisa memangkas biaya perjalanan masyarakat saat mudik.

Lepas rindu

Sejarawan dari UGM Djoko Suryo menyatakan fenomena mudik selalu berkaitan dengan kondisi sosial ekonomi dan juga infrastruktur perhubungan di Indonesia. Dia meyakini tradisi mudik sudah ada sejak tahun 1920-an.

Djoko menyatakan Batavia adalah salah satu tujuan utama masyarakat untuk memperbaiki nasib. Di kota ini, membutuhkan banyak pekerja apakah untuk sektor formal dan informal. 

“Saat akhir zaman kolonial, ketika Batavia sudah makin besar, banyak orang pergi ke sana. Nah saat Lebaran, para kaum urban ini kemudian ingin pulang ke kampung halamannya untuk melepas rindu dan silaturahmi dengan keluarga. Saya kira ini menjadi awal ritual mudik Lebaran di Indonesia,” tutur Djoko.

Sumber:

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News



Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *