
Pada abad ke-14, di tengah arus perubahan politik dan pertarungan pengaruh antar kerajaan di Nusantara, berdirilah satu kekuatan yang menjulang tinggi—Kerajaan Majapahit. Di bawah kepemimpinan Sri Rajasanagara Hayam Wuruk, Majapahit bukan hanya menjadi kerajaan terbesar di Asia Tenggara, tetapi juga simbol kejayaan peradaban Nusantara yang menginspirasi hingga kini.
Kebangkitan Sang Raja Muda
Hayam Wuruk naik takhta pada tahun 1350, menggantikan ibunya, Tribhuwana Tunggadewi. Saat itu usianya baru 16 tahun. Namun dengan kecerdasan, visi kepemimpinan yang kuat, dan dukungan para penasihat istana, ia cepat menunjukkan kebesaran karakter sebagai pemimpin.
“Hayam Wuruk adalah raja yang tegas dan pemberani, serta memiliki pemahaman yang mendalam dalam ilmu pemerintahan,” tulis Sekar Nur Hidayah dan kawan-kawan dalam artikel Kepemimpinan Hayam Wuruk dan King Alfred: Kisah Dua Raja yang Menentukan Nasib Bangsa.
Pilar utama pemerintahan Hayam Wuruk adalah sosok legendaris Gadjah Mada, Patih Amangkubhumi yang telah lebih dulu bersumpah untuk menyatukan Nusantara melalui Sumpah Palapa. Bersama, keduanya menciptakan era keemasan Majapahit yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Hayam Wuruk sebagai seorang pemimpin berhasil menciptakan sistem pemerintahan yang efektif dan aktif. Hal ini terlihat dari sistem upeti dan caranya dalam membangun hubungan dengan kerajaan-kerajaan lain.
“Hayam Wuruk mengirimkan utusan setiap tahun kepada raja-raja di seluruh Nusantara dan internasional, dan menunjukkan keterlibatan aktifnya dalam memperkuat hubungan diplomasi,” paparnya.
Majapahit dan Peta Kekuasaannya
Masa pemerintahan Hayam Wuruk pun ditandai dengan kestabilan yang luar biasa di Kerajaan Majapahit. Kerajaan ini mampu menjaga kohesi di antara wilayah-wilayahnya, sehingga memperkuat posisi Majapahit sebagai pusat kekuasaan yang kokoh.
Di bawah duet Hayam Wuruk dan Gadjah Mada, Majapahit meluaskan pengaruhnya ke berbagai penjuru Asia Tenggara.
Berdasarkan catatan dalam naskah Negarakertagama karya Mpu Prapanca (1365), wilayah kekuasaan Majapahit mencakup:
* Sebagian besar pulau di Indonesia modern (Jawa, Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Bali, Nusa Tenggara)
* Wilayah Semenanjung Melayu
* Tumasik (kini Singapura)
* Sebagian wilayah Filipina selatan dan Thailand selatan
Keberhasilan Hayam Wuruk dalam membangun ekonomi juga terlihat dari hidupnya perniagaan Majapahit. Armada Majapahit melakukan perjalanan ke seluruh Nusantara, memperkuat posisi ekonomi dan pengaruh kerajaan.
“Perniagaan menjadi faktor penting dalam memperkaya sumber daya kerajaan dan menjalin hubungan dagang yang erat dengan wilayah-wilayah Nusantara.”
Pencapaian Budaya dan Sastra
Kejayaan Majapahit bukan hanya soal wilayah, tetapi juga perkembangan budaya dan intelektual:
* Kitab Negarakertagama menggambarkan struktur administrasi kerajaan, tatanan sosial, serta ekspedisi kerajaan.
* Seni bangunan, sastra Jawa Kuna, dan seni pertunjukan seperti wayang tumbuh subur pada masa ini.
* Majapahit dikenal pula sebagai pusat perdagangan rempah yang menghubungkan jalur dagang India–Tiongkok.
Warisan dan Refleksi
Kejayaan Hayam Wuruk menjadi puncak terakhir dari supremasi kerajaan Hindu-Buddha di Nusantara sebelum kedatangan Islam. Pemerintahannya dikenang sebagai era stabilitas, kemakmuran, dan keterbukaan terhadap diplomasi antarbangsa.
Setelah wafatnya Gadjah Mada pada 1364 dan Hayam Wuruk pada 1389, Majapahit mulai mengalami perpecahan internal yang perlahan melemahkan kekuasaannya. Namun, warisan kejayaannya tetap membekas dalam sejarah Indonesia sebagai simbol penyatuan dan kebesaran masa lalu.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News