
Sejak kemunculannya pada medio 1950-an, Titiek Puspa telah mengabdikan hidupnya pada dunia musik Tanah Air. Mengawali karirnya sebagai bintang radio, selama 70 tahun setelahnya namanya tetap harum.
Wanita yang lahir dengan nama Sudarwati ini melambung namanya setelah mengeluarkan album Si Hitam dan Pita pada 1963. Dia juga pernah diundang ke Istana Negara saat usia 23 tahun.
Karena telah berkenalan dengan Presiden Indonesia Soekarno, Titiek pernah mendapatkan peran penting dalam misi pembebasan Irian Barat (sekarang Papua). Saat itu, dia bersama rombongan musisi – termasuk Bing Slamet dan Sam Saimun, dipentaskan di beberapa tempat di Irian Barat.
Titiek menjelaskan saat itu warga di Papua tidak ada yang mau bergabung dengan Indonesia karena dicekoki propaganda Belanda. Namun dengan pendekatan budaya, Titiek bisa merebut hati masyarakat Papua.
“Tidak satu pun orang Irian yang mau masuk Indonesia karena Belanda bilang ‘Orang Indonesia itu makan orang, jadi jangan mau ke Indonesia’. Begitu kita nyanyi pakai koteka… jadi hati dia kesentuh oleh kita,” ucap Titiek yang dimuat dari Medcom.
Disukai warga Papua
Titiek mengakui kehidupan di Irian Barat menakutkan saat itu cukup mencekam. Bahkan dia mengatakan saat tiba disama langsung diserang.
Penyanyi senior yang meninggal dunia pada usia 87 tahun ini bersyukur karena selama menyanyi dikawal tentara. Pengawalan itu untuk memastukan keselamatan mereka hingga akhir acara.
Dia terharu ketika selesai menyanyi, masyarakat di sana yang menginginkan mereka bisa tampil lagi di sana. Apalagi masyarakat Papua akhirnya memilih bergabung dengan Indonesia.
“Itu dia nangis, aku melu (ikut) nangis. ‘Saya nanti datang lagi,'” janjinya.
“Saya ke sana lagi (menepati janji), dipanggil sama bapak-bapak tentara (untuk tampil lagi),” pungkasnya.
Ciptakan lagu
Wanita kelahiran Tanjung, Kalimantan Selatan pada 1 November 1937 ini juga menciptakan lagu untuk masyarakat Papua. Lagu berjudul Pantang Mundur ini menjadi salah satu lagu perjuangan Indonesia yang memiliki makna sangat dalam.
Lagu ini kerap diperdengarkan dalam berbagai momen peringatan hari besar nasional, termasuk dalam lomba-lomba paduan suara yang digelar untuk memeriahkan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia.
Dengan lirik yang menyentuh, lagu ini menggambarkan keteguhan dan keikhlasan hati seorang istri saat melepas kepergian suaminya ke medan perang demi membela negara tercinta. Lagu ini diciptakan oleh Titiek Puspa pada tahun 1963, saat ia masih bernaung di bawah Irama Records.
“Habis nonton adegan seorang ibu yang mengandung mengantar suaminya ke Irian Barat tahun 1964,” ujarnya dikutip dari YouTube Alvin in Love.
Sumber:
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News