Posted on Leave a comment

KUBET – Duit Tak Banyak, Indonesia Tetap Bisa Lebih Makmur dari Negara Maju

Duit Tak Banyak, Indonesia Tetap Bisa Lebih Makmur dari Negara Maju

images info

Uang acap kali dijadikan parameter sebuah negara dikatakan makmur atau tidak. Dalam konteks ini, jika berbicara soal kesejahteraan di bidang ekonomi, Indonesia jelas berada di bawah banyak negara maju di dunia.

Namun, kabar baiknya, meskipun secara pendapatan dan ekonomi masyarakat Indonesia belum dapat dikatakan “gacor” seperti halnya negara-negara Eropa, Jepang, Amerika Serikat, atau Australia, ternyata masyarakat Indonesia tetap dianggap lebih makmur dibandingkan negara maju.

Indonesia sebagai middle income class country berhasil mengungguli banyak negara maju lainnya. Dalam sebuah studi bertajuk Global Flourishing Study menunjukkan, Indonesia mendapatkan skor rata-rata 8,10—jadi yang paling tinggi di dunia.

Indonesia dianggap sangat unggul dalam berbagai bidang, termasuk kebahagiaan, kepuasan hidup, kebebasan, sikap positif, seperti harapan dan rasa syukur yang baik, optimis, beramal, dan sebagainya. Ini menunjukkan, masyarakat Indonesia secara umum merasa hidup mereka baik dan bermakna.

Belum lagi hubungan kekeluargaan yang masih sangat erat di Indonesia, di mana hal ini berbeda dengan mayoritas negara maju yang cenderung lebih “apatis”. Hal tersebut dapat dimaknai bahwa uang atau ekonomi bukan satu-satunya penentu kebahagiaan atau kesejahteraan sebuah negara.

Meskipun uang masyarakat Indonesia pada umumnya tak berjumlah fantastis, hasil dari Global Flourishing Study menggambarkan bagaimana masyarakat merasa hubungan yang baik, rasa syukur, dan hubungan sosial dapat menentukan “kemakmuran” di lingkungan mereka.

Apa Itu GFS, Tujuan, Parameternya?

Meskipun uang masyarakat Indonesia umumnya tidak banyak, tetapi Indonesia justru dianggap sebagai negara paling makmur di dunia.

info gambar

Global Flourishing Study (GFS) adalah sebuah penelitian yang dilakukan oleh akademisi di Human Flourishing Program Harvard University dan Baylor’s Institute for Studies of Religion. Studi ini juga bekerja sama dengan Gallup dan Center for Open Science.

Apa tujuan dari penelitian ini? Melalui situs The Human Flourishing Program milik Harvard University, studi ini dibuat untuk mengetahui bagaimana kehidupan masyarakat dapat dianggap “berkembang” atau “berkualitas baik”—bukan hanya dari segi ekonomi, tetapi juga aspek lain.

Beberapa parameter yang digunakan adalah tingkat kebahagiaan dan kepuasan dalam hidup, kesehatan fisik dan mental, makna dan tujuan hidup, karakter dan kebajikan (termasuk kejujuran, empati, dan nilai moral lainnya), hubungan sosial yang dekat, dan stabilitas keuangan.

Bangladesh hingga AS Masuk Negara dengan Biaya Hidup Termurah, Indonesia Nomor Berapa?

Data yang dikumpulkan melibatkan sekitar 200 ribu partisipan dari 22 negara di seluruh dunia yang beragam, baik secara geografis maupun budaya, termasuk Indonesia. Menariknya, dijelaskan jika pengumpulan data ini tidak sebentar, karena mereka menggunakan annual data atau data tahunan selama lima tahun.

Tak heran jika studi ini juga disebut sebagai longitudinal study atau studi jangka panjang, di mana penelitian bukan hanya berfokus pada potret atau kondisi masyarakat dalam kondisi tertentu saja, tetapi juga melihat perkembangannya dalam beberapa waktu.

Selain Indonesia, beberapa negara yang terlibat dalam studi ini adalah Argentina, Australia, Brasil, Hong Kong, Mesir, Jerman, India, Israel, Jepang, Kenya, Meksiko, Nigeria, Filipina, Polandia, Turki, Afrika Selatan, Spanyol, Swedia, Tanzania, Britania Raya, dan Amerika Serikat.

Negara-negara ini dipilih atas beberapa pertimbangan, di antaranya cakupan yang luas dan dapat mewakili sebanyak mungkin populasi di dunia, keberagaman dari segi geografis, budaya, dan agama, serta ketersediaan infrastruktur untuk mendukung data.

Negara Paling Makmur Menurut Studi GFS

Berikut daftar negara yang dianggap makmur berdasarkan studi GFS:

  1. Indonesia
  2. Israel
  3. Filipina
  4. Meksiko
  5. Polandia
  6. Nigeria
  7. Mesir
  8. Kenya
  9. Tanzania
  10. Argentina
  11. Hong Kong
  12. Amerika Serikat
  13. Swedia
  14. Afrika Selatan
  15. Brasil
  16. Jerman
  17. Australia
  18. Spanyol
  19. India
  20. Britania Raya
  21. Turki
  22. Jepang

Uniknya, hasil penelitian ini sangat kontradiksi dengan studi tahunan lainnya, yakni World Happiness Report yang diterbitkan Oxford University dan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), di mana umumnya posisi teratas biasa diisi oleh negara-negara Eropa. Bahkan, data World Happiness Report 2024 menunjukkan Indonesia ada di ranking cukup “bontot”, yakni 83 dari 147.

Dalam studi GFS, negara maju seperti Jepang dianggap memiliki ketidakpuasan dengan hidup mereka. Dituliskan bahwa mereka cenderung kurang optimis, kurang bebas dan kurang kontrol atas diri sendiri, dan sebagainya.

Realitas sosial di Jepang memang berbeda dengan Indonesia. Masyarakat Jepang cenderung lebih sering menghadapi tantangan-tantangan, seperti isolasi sosial, tekanan kerja yang tinggi, dan tingkat kesepian yang meningkat.

Oleh karena itu, penelitian akademisi Harvard ini seakan memperkuat pemahaman bahwa, “kebahagiaan tidak bisa (sepenuhnya) dibeli dengan uang”, di mana Indonesia menjadi contoh nyata dalam studi tersebut.

Bangga! Indonesia Naik 13 Peringkat pada UN E-Government Survey 2024: Bukti Pelayanan Publik Semakin Mudah

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News



Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *