Posted on Leave a comment

KUBET – Ditinggali 350 Kepala Keluarga, Ini Kampung Buddha Terbesar dan Tertua di Wonogiri

Ditinggali 350 Kepala Keluarga, Ini Kampung Buddha Terbesar dan Tertua di Wonogiri

images info

Desa Pijiharjo menjadi salah satu daerah yang berperan penting dalam penyebaran agama Buddha. Desa yang berada di Kecamatan Manyaran ini tercatat sebagai Kampung Budha terbesar & tertua di Wonogiri. 

Dimuat dari Merdeka, Kecamatan Manyaran mempunyai 10 bangunan vihara dan 6 di antaranya berada di Desa Pijiharjo. Diketahui juga salah satu Vihara pertama dibangun di Desa Pijiharjo.

Tercatat ada sekitar 350 KK masyarakat di Kecamatan Manyaran yang beragama Budha, dan sebagian besar berada di Desa Pijiharjo. Masyarakat di Desa Pijiharjo
juga masih aktif dalam melakukan peribadatan di Vihara.

Dilihat dari kanal YouTube Jejak Richard, agama Buddha pertama kali masuk ke Desa Pijiharjo pada rentang tahun 1968. Ketika itu, agama Buddha menjadi kepercayaan mayoritas masyarakat setempat.

“Dulu itu waktu saya sekolah, ada Bikku tapi di Jakarta. Dulu saya tidak ada Guru Budha. Karena mau masuk SMA, terus masuk Islam sampai sekarang. Dulu itu Budha semua disini. Dulu waktu sekolah memang tidak ada guru Buddha,” jelas Tukiman, warga setempat.

“Dulu banyak umatnya, jika tidak banyak mana mungkin banyak Vihara,” lanjut penuturan Tukiman.

Tersebar di beberapa dusun

Agama Buddha tersebar di beberapa Dusun seperti Dusun Jurang, Dusun Ngembong, Dusun Platar, dan Dusun Pengkol. Keberadaan Vihara di Desa Pijiharjo berada di beberapa dusun. 

“Kalau disini banyak. Sini Jurang, Nggambeng, Piji, Platar, Pengkol, Ngembong, ada 6,” tutur Tukiman.

Murwarni, Ketua Umum 2 Umat Buddha menjelaskan saat ini di Kecamatan Manyaran terdapat 8 Vihara yang saat ini masih aktif. Beberapa vihara sudah tidak dipakai lagi karena umatnya sudah tidak ada.

Beberapa umat sudah tua dan tidak ada lagi penerusnya, beberapa juga telah merantau ke luar kota dan ada juga yang pindah agama karena faktor pernikahan.

“Disini rata-rata sudah tua, putranya sudah beda agama karena perkawinan. Ada yang ikut agama suaminya atau istrinya,” jelas Murwani.

Desa toleransi

Desa Pijiharjo juga terkenal dengan daerah yang penuh toleransi. Terdapat Masjid, Gereja, serta Vihara yang saling berdampingan.

Secara positif, masyarakat lokal yang mayoritas beragama Islam hidup berdampingan tanpa menimbulkan masalah dengan umat Buddha di Desa Pijiharjo. Bahkan sering salin membantu saat acara tertentu.

“Biarpun pada tua-tua tapi masih tetap semangat ibadah. Masih tetap aktif tiap malam minggu ada acara puja bakti di Vihara, hari besar agama juga ikut merayakan,” lanjut penuturan Murwani.

Sumber:

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News



Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *