Posted on Leave a comment

KUBET – Radioisotop Terapi Kanker Kini Lebih Aman dan Murah Berkat Inovasi BRIN

Radioisotop Terapi Kanker Kini Lebih Aman dan Murah Berkat Inovasi BRIN

images info

Menurut data Kementerian Kesehatan (Kemenkes), kasus kanker di Indonesia terus meningkat dan diprediksi melonjak lebih dari 70% pada 2050 jika tidak ada  pencegahan dan deteksi dini yang lebih baik.

Saat ini, sekitar 400 ribu kasus baru kanker terdeteksi setiap tahun, dengan angka kematian mencapai 240 ribu. Tanpa intervensi efektif, penyakit kanker akan semakin membebani sistem kesehatan dan ekonomi negara. 

Di tengah tantangan ini, kabar menggembirakan datang dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Tim peneliti BRIN berhasil memproduksi radioisotop tembaga-64 (Cu-64), bahan penting untuk diagnosis dan terapi kanker, dengan metode baru yang lebih murah, aman, dan ramah lingkungan.

BRIN Ungkap Potensi Besar Minyak Jelantah untuk Masa Depan Energi Bersih

Inovasi Peneliti BRIN: Metode Produksi Radioisotop yang Lebih Efisien

Produksi radioisotop tembaga-64 (Cu-64) ini dilakukan pada Juni 2024 di Rumah Sakit Kanker Dharmais, Jakarta, melalui kolaborasi antara BRIN, Politeknik Teknologi Nuklir Indonesia, dan beberapa lembaga lainnya. Metode ini menjadi terobosan penting karena mengatasi keterbatasan metode lama yang menggunakan bahan mahal dan sulit diperoleh. 

Imam Kambali, Peneliti Utama BRIN sekaligus dosen di Politeknik Nuklir, menjelaskan pada 15 Mei lalu dan menyebut bahwa metode yang dikembangkan adalah metode pertama di dunia.

“Metode yang kami kembangkan ini adalah yang pertama di dunia. Kami tidak hanya menurunkan biaya produksi, tapi juga memastikan hasilnya bersih dari zat-zat pengotor yang berbahaya,” ungkapnya.

Radioisotop Cu-64 memiliki peran krusial dalam dunia medis, terutama untuk pemindaian PET (Positron Emission Tomography) dan terapi kanker, seperti kanker prostat dan payudara.

Selama ini, Indonesia masih bergantung pada impor. Keberhasilan ini membuka peluang besar bagi kemandirian produksi radioisotop dalam negeri.

Dari Sampah Plastik Jadi Bahan Bakar, Intip Inovasi Petasol Kolaborasi BRIN dan Petani Banjarnegara

Dampak Positif bagi Kesehatan dan Teknologi Nuklir Indonesia

Keberhasilan ini tidak hanya memberikan solusi deteksi dan terapi bagi pasien kanker, tetapi juga menandai kemajuan besar dalam pengembangan teknologi nuklir untuk kepentingan medis. Penelitian ini didukung penuh oleh BRIN dan LPDP (Lembaga Pengelola Dana Pendidikan). 

Angga Dwi Saputra, anggota tim peneliti, menambahkan bahwa sebelum uji coba, tim telah memastikan keamanan proses melalui simulasi komputer. Hasil penelitian ini menunjukkan semua berjalan dengan aman dan sesuai rencana.

Kedepannya, BRIN berkomitmen untuk mengembangkan teknologi ini agar dapat digunakan secara luas di rumah sakit-rumah sakit di Indonesia. ”Langkah ini bisa menjadi awal kemandirian Indonesia dalam produksi radioisotop medis. Ini sangat penting agar layanan diagnosis dan terapi kanker bisa lebih terjangkau dan cepat diakses masyarakat,” pungkas Angga. 

Dengan inovasi ini, Indonesia semakin mendekati kemandirian di bidang kesehatan, khususnya dalam penanganan kanker, sekaligus membuktikan bahwa riset lokal mampu memberikan solusi nyata bagi masalah kesehatan nasional.

Peneliti BRIN Sulap Pelepah Pisang Jadi Food Container yang Ramah Lingkungan

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *