
PetaBencana.id meluncurkan Peta Gotong Royong, platform baru dengan dukungan AI yang dirancang untuk mendukung penyaluran bantuan bencana antar-warga, memberdayakan aksi di tingkat lokal, dan memenuhi kebutuhan di saat kritis dalam respons kemanusiaan.
Dibangun di atas fondasi tepercaya PetaBencana.id, Peta Gotong Royong memperluas komitmen selama satu dekade untuk memperkuat ketahanan masyarakat melalui teknologi yang terbuka dan mudah diakses oleh seluruh masyarakat.
Inisiatif ini hadir di tengah tantangan besar dalam dunia sains iklim global, di mana proses penyusunan Laporan Penilaian Ketujuh (AR7) oleh Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC) mengalami penundaan signifikan. Keterlambatan ini menimbulkan kekhawatiran atas ketersediaan data iklim yang tepat waktu, yang dibutuhkan untuk mendukung proses pengambilan kebijakan secara responsif dan berbasis bukti.
“Masyarakat harus diperlengkapi sumberdaya yang tepat untuk bertindak ketika bencana terjadi,” kata Nashin Mahtani, Direktur Yayasan Peta Bencana.
“Peta Gotong Royong dibangun di atas tradisi gotong royong yang kuat di kawasan ini dengan menyediakan perangkat digital yang sesuai dengan tantangan abad ke-21.”
Pentingnya gotong royong
Selama bencana, platform media sosial sering kali menjadi pusat penting untuk koordinasi dan berbagi informasi. Tetapi banyaknya unggahan dapat dengan cepat menjadi sangat banyak, sehingga sulit untuk memverifikasi kebutuhan, memprioritaskan tanggapan, dan memastikan bahwa bantuan menjangkau mereka yang paling membutuhkannya.
Peta Gotong Royong menanggapi tantangan ini dengan menyediakan platform gratis dan terbuka tempat siapapun dapat melaporkan kebutuhan mendesak, menawarkan bantuan, dan mendapatkan bantuan secara langsung — semuanya menggunakan alat yang sudah dikenal seperti WhatsApp dan media sosial lain seperti Telegram dan Facebook Messenger.
Platform ini dirancang untuk memanfaatkan kekuatan media sosial—tempat sebagian besar koordinasi respons bencana telah terjadi dan menyalurkannya ke dalam sistem yang terorganisasi, terstruktur, dan dapat ditindaklanjuti yang dapat digunakan oleh masyarakat dan relawan.
“Pada saat krisis, masyarakat adalah penanggap pertama. Masyarakat perlu mengaktualisasikan semangat gotong-royong melalui dukungan, penggunaan juga lewat PetaBencana.id, tak lain untuk Indonesia bisa lebih tangguh menghadapi bencana,” kata Bambang Surya Putra, Direktur Pengelolaan Logistik dan Peralatan di Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
Bambang menyatakan ancaman risiko di Indonesia sewaktu-waktu bisa terjadi, karena itu dengan adanya data bersama menjadi sumbangsih dan bentuk gotong royong yang unik. Ini merupakan ladang pahala baru melalui Peta Gotong Royong.
“Mengapa disebut Gotong Royong? Karena tidak ada pemimpinnya, karena kita semua setara dan bekerja bersama untuk mengatasi masalah yang kita hadapi di lingkungan kita. Peluncuran ini menjadi momen penting untuk memperkuat solidaritas kemanusiaan melalui Peta Gotong Royong dari PetaBencana.id,” paparnya.
Pentingnya kolaborasi
Senada dengan pernyataan di atas, Indra Kurniawan, Kepala Departemen Manajemen Bencana PMI Bogor 2015–2017 sekaligus penyintas Gempa Sukabumi 2022, menekankan pentingnya kolaborasi dan informasi di lapangan. Baginya yang sering turun ke lokasi bencana, informasi cepat dan akurat sangat penting.
Baginya aplikasi ini bisa menjadi jembatan untuk warga, relawan, komunitas, sampai pemerintah supaya saling tahu, saling bantu, dan bergerak bersama.
Lebih lanjut, Indra menyoroti bagaimana Peta Gotong Royong memperkuat upaya tersebut dengan pendekatan berbasis komunitas. Sehingga kebutuhan aplikasi itu sangatlah mendesak.
“Peta Gotong Royong dari PetaBencana.id merupakan perangkat penting yang membantu mengidentifikasi kebutuhan mendesak dan memberdayakan masyarakat setempat, yang selalu menjadi penanggap pertama di saat krisis. Dengan mendukung koordinasi dan saling melengkapi dalam upaya kemanusiaan, platform ini mewujudkan komitmen kemanusiaan inti untuk tanggap bencana yang efektif dan dipimpin secara lokal.” jelasnya.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News