
Tahukah Kawan bahwa di daerah Mandailing, Sumatra Utara terdapat salah satu makanan tradisional yang menjadi pilihan menu takjil saat Ramadan? Makanan tradisional khas Mandailing Natal tersebut bernama pakat.
Pakat menjadi salah satu makanan tradisional yang unik dan berbeda dengan kuliner lainnya. Keunikan dari makanan tradisional tersebut terletak pada bahan dasar pembuatannya.
Lantas bagaimana penjelasan lebih lanjut terkait keunikan dari makanan tradisional pakat tersebut? Temukan jawabannya dalam ulasan artikel berikut ini.
Pakat, Makanan Tradisional yang Terbuat dari Rotan Muda
Seperti yang sudah dituliskan pada awal artikel, pakat merupakan salah satu makanan khas yang berasal dari masyarakat Mandailing. Biasanya makanan ini bisa Kawan jumpai di daerah Mandailing Natal dan Tapanuli Selatan.
Meskipun demikian, Kawan tetap bisa menjumpai makanan tradisional ini di daerah lain yang ada di Sumatra Utara. Akan tetapi, pakat hanya bisa dijumpai pada momen tertentu saja, khususnya saat Ramadan tiba.
Salah satu keunikan dari makanan tradisional ini adalah penggunaan rotan muda sebagai bahan dasar pembuatan panganan tersebut. Dilansir dari laman Mongabay, penggunaan rotan muda sebagai bahan dasar makanan berkaitan dengan kondisi tempat kuliner ini berasal.
Sebab di daerah asalnya, rotan muda menjadi salah satu tumbuhan yang banyak dijumpai di hutan. Kondisi ini membuat masyarakat setempat mulai mengolah rotan muda tersebut agar bisa menjadi makanan dan dikonsumsi.
Proses memasak pakat cukup mudah untuk dilakukan. Kawan hanya perlu mengumpulkan rotan muda yang menjadi bahan dasar pembuatan terlebih dahulu.
Rotan muda ini nantinya akan dipotong dengan ukuran tertentu. Setelah itu, rotan muda ini akan dibakar dengan menggunakan arang.
Proses pembakaran ini biasanya memakan waktu lebih kurang 30 menit. Nantinya rotan muda yang dibakar akan mengeluarkan getah berwarna putih.
Hal ini menandakan bahwa pakat sudah matang dan bisa disajikan. Rotan muda tersebut nantinya akan dikupas bagian luar untuk diambil isinya.
Isi dari rotan muda yang sudah dibakar inilah yang menjadi makanan tradisional pakat. Makanan ini bisa dikonsumsi secara langsung atau disandingkan dengan tambahan lainnya.
Secara rasa, makanan tradisional ini memiliki cita rasa pahit. Namun cita rasa ini justru diyakini bisa menambah selera dari setiap penikmatnya.
Salah Satu Menu Takjil saat Ramadan
Pakat juga menjadi salah satu kuliner musiman yang ada di daerah Sumatra Utara. Makanan tradisional ini menjadi salah satu menu takjil yang banyak dicari pada saat momen Ramadan.
Sebenarnya Kawan tetap bisa menjumpai makanan tradisional ini pada momen lain di luar Ramadan. Namun penjual pakat biasanya akan banyak bermunculan pada saat momen bulan suci bagi umat Islam tersebut.
Dilihat dari laman Halo Indonesia, anggapan pakat bisa menambah nafsu makan membuat banyak orang memburu kuliner ini sebagai menu takjil untuk berbuka puasa. Biasanya makanan ini dikonsumsi bersamaan dengan nasi dan lauk tambahan lainnya.
Cita rasa pahit yang ada dari pakat membuat makanan lainnya terasa lebih nikmat. Hal inilah yang membuat makanan tradisional ini dianggap bisa menambah nafsu makan setiap orang yang mengonsumsinya.
Tidak hanya itu, pakat juga dianggap memiliki khasiat yang bagus bagi kesehatan. Masih dari laman web yang sama, makanan tradisional ini dipercaya ampuh untuk mengobati berbagai macam penyakit, seperti diabetes, malaria, dan hipertensi.
Selain itu, pakat juga menjadi salah satu hidangan yang disajikan pada saat acara khusus yang diadakan oleh masyarakat Mandailing dan sekitarnya.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News