
Dengke mas naniura merupakan salah satu makanan tradisional yang berasal dari Sumatra Utara. Makanan tradisional ini berkembang di tengah masyarakat suku Batak Toba.
Tahukah Kawan bahwa dulunya dengke mas naniura dikenal sebagai makanan yang hanya dihidangkan bagi kalangan raja saja? Bahkan makanan ini juga sering disebut sebagai sashimi-nya masyarakat Batak.
Lantas bagaimana penjelasan lebih lanjut terkait makanan tradisional dengke mas naniura? Simak ulasan lengkapnya dalam artikel berikut ini.
Mengenal Makanan Tradisional Dengke Mas Naniura
Dengke mas naniura merupakan makanan tradisional yang berkembang di tengah masyarakat Batak Toba. Makanan ini dulunya berasal dari wilayah Danau Toba, Tapanuli Utara, Pulau Samosir, dan Humbang Hasundutan.
Makanan yang juga dikenal dengan nama naniura ini diwariskan secara turun temurun di tengah masyarakat sejak dulunya. Hal ini membuat keberadaan naniura masih tetap terjaga hingga saat ini.
Meskipun demikian, keberadaan naniura tidak semudah itu untuk Kawan dapatkan. Apalagi makanan ini tidak sering dijual di warung-warung makan yang ada di daerah Sumatra Utara.
Dilansir dari laman Indonesia.go.id, naniura biasanya disajikan dalam acara tertentu saja. Misalnya makanan tradisional tersebut dihidangkan pada saat acara Bona Taon para marga-marga Batak.
Selain itu, makanan ini biasanya juga hanya disajikan pada saat acara khusus keluarga saja. Hal ini membuat keberadaan naniura menjadi tidak selalu mudah untuk dijumpai ketika Kawan berkunjung ke daerah tersebut.
Sashimi-nya Masyarakat Batak
Penamaan dengke mas naniura pada makanan ini sebenarnya berasal dari bahan dasar yang digunakan dalam proses pembuatannya. Dalam bahasa Batak, naniura memiliki arti ikan yang tidak dimasak melalui api.
Sama seperti namanya, ikan menjadi bahan utama dalam proses pembuatan naniura. Dulunya ikan yang digunakan untuk membuat makanan ini adalah ikan endemik dari Danau Toba, yakni ihan.
Namun keberadaan ikan tersebut sudah makin jarang dijumpai. Akhirnya seiring berjalannya waktu, penggunaan bahan dasar pembuatan naniura mulai beralih, dari yang awalnya menggunakan ihan menjadi ikan mas.
Proses pembuatan naniura juga tidak dimasak, seperti direbus, digoreng, atau dibakar. Makanan tradisional yang satu ini hanya disajikan mentah begitu saja.
Hal ini membuat dengke mas naniura sering kali disandingkan dengan makanan khas dari Jepang, yakni sashimi. Tidak jarang naniura juga sering disebut sebagai sashimi-nya masyarakat Batak.
Meskipun disajikan mentah, Kawan bisa menikmati makanan tradisional ini tanpa rasa amis sedikitpun. Penggunaan bumbu menjadi kunci mengapa makanan tersebut bisa demikian.
Dikutip dari laman Indonesia Kaya, proses pembuatan naniura bisa memakan waktu empat hingga lima jam. Bumbu yang digunakan untuk marinasi ikan pada makanan ini juga berasal dari alam.
Beberapa bumbu rempah yang digunakan untuk membuat naniura adalah asam jungga, bawang merah, cabai, bawang putih, kunyit, kemiri, jahe, kecombrang, dan lengkuas. Selain itu, ada satu bumbu penting lainnya yang juga digunakan dalam proses pembuatan naniura, yakni andaliman yang juga dikenal dengan nama merica batak.
Makanan Para Raja
Salah satu fakta unik dari dengke mas naniura adalah makanan ini dulunya tidak bisa dinikmati oleh masyarakat umum begitu saja. Dulunya makanan tradisional ini hanya khusus disajikan bagi raja Batak di Tapanuli.
Selain itu, hidangan ini dulunya juga sering menjadi salah satu santapan istimewa yang disajikan untuk menjamu raja-raja dari kerajaan lainnya. Tidak hanya itu, tidak sembarangan orang yang diperbolehkan memasak makanan tersebut.
Pembuatan naniura hanya boleh dimasak oleh juru masak kerajaan. Namun seiring berjalannya waktu, makanan tradisional ini sudah bisa dinikmati oleh masyarakat secara umum.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News