
Upacara Bau Nyale merupakan salah satu tradisi yang diadakan oleh masyarakat Suku Sasak di Lombok, Nusa Tenggara Barat setiap tahunnya. Menurut kepercayaan masyarakat setempat, upacara ini dilakukan sebagai wujud penghormatan kepada sosok Putri Mandalika.
Tahukah Kawan bahwa terdapat sebuah cerita rakyat yang diyakini sebagai asal usul dari upacara Bau Nyale tersebut. Bagaimana cerita lengkap dari asal usul upacara Bau Nyale tersebut? Simak kisahnya dalam artikel berikut ini.
Asal Usul Upacara Bau Nyale
Dilihat dari buku Irwan Rouf dan Shenia Ananda yang berjudul Rangkuman 100 Cerita Rakyat Indonesia: dari Sabang sampai Merauke, dikisahkan pada zaman dahulu di pantai selatan Pulau Lombok terdapat sebuah kerajaan yang bernama Tunjung Butu. Kerajaan ini dipimpin oleh seorang raja bernama Raja Tonjang Beru.
Raja Tonjang Beru memiliki seorang permaisuri bernama Dewi Seranting. Selain itu, sang raja juga memiliki seorang anak yang bernama Putri Mandalika.
Putri sang raja ini sangat terkenal dengan kecantikannya. Bahkan kabar kecantikan dari Putri Mandalika tersebar hingga ke seluruh negeri.
Hal ini membuat banyak pangeran dari berbagai kerjaan ingin meminangnya. Namun Putri Mandalika justru menerima setiap pangeran yang datang meminangnya.
Kondisi ini tentu membuat para pangeran kebingungan. Mereka tidak ingin Putri Mandalika diperistri oleh banyak pangeran sekaligus.
Akhirnya para pangeran ini bersepakat untuk berperang antara satu sama lain. Pemenang dari peperangan inilah yang nantinya berhak menjadi suami Putri Mandalika.
Kabar peperangan ini ternyata sampai ke telinga Raja Tonjang Beru. Dirinya kemudian langsung memanggil Putri Mandalika untuk membicarakan hal tersebut.
Mendengar perkataan sang ayah, Putri Mandalika merasa menyesal dengan perbuatan yang sudah dia lakukan. Akhirnya Putri Mandalika mulai mencari solusi agar peperangan tidak pecah di antara para pangeran.
Putri Mandalika kemudian memutuskan untuk melakukan semedi. Setelah bersemedi, akhirnya Putri Mandalika menemukan solusi atas permasalahan tersebut.
Sang putri kemudian mengundang semua pangeran untuk berkumpul di Pantai Seger Kuta, Lombok Tengah pada tangga 20 bulan 10 penanggalan Sasak. Selain itu, Putri Mandalika juga mengundang semua rakyat untuk hadir di sana pada waktu itu.
Pangeran dan rakyat mesti hadir di Pantai Seger Kuta sebelum matahari terbit. Pesan dari Putri Mandalika ini kemudian dipenuhi oleh para pangeran dan semua rakyat.
Pada hari yang ditentukan, ribuan undangan sudah memenuhi Pantai Seger Kuta. Tidak lama kemudian, Putri Mandalika tampil di hadapan semua undangan.
Putri Mandalika menyampaikan bahwa dia tidak bisa memilih salah satu dari pangeran yang sudah meminangnya. Oleh sebab itu, dia lebih memilih menjadi Nyale agar bisa bermanfaat bagi banyak orang.
Ucapan dari Putri Mandalika ini tentu mengagetkan semua undangan. Tidak hanya itu, Raja Tonjang Beru dan Dewi Seranting yang juga hadir merasa kebingungan dengan ucapan putrinya tersebut.
Tidak lama kemudian, Putri Mandalika langsung menceburkan dirinya ke dalam laut. Semua undangan sontak mencari Putri Mandalika yang menghilang tiba-tiba.
Namun semua undangan tidak bisa menemukan sosok Putri Mandalika. Tidak lama kemudian, muncul binatang yang berbentuk cacing laut yang disebut sebagai Nyale.
Para undangan kemudian meyakini bahwa Nyale tersebut merupakan jelmaan dari Putri Mandalika. Akhirnya semua undangan mengambil binatang tersebut sebagai tanda sayang mereka kepada Putri Mandalika.
Peristiwa inilah yang kemudian diyakini sebagai asal usul upacara Bau Nyale yang diadakan di Nusa Tenggara Barat.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News