
Sepak bola bukan sekadar permainan di lapangan hijau. Ia adalah bagian dari identitas, warisan, cerita, kebanggaan, dan kenangan kolektif yang terjalin erat dengan suatu komunitas. Setiap gol dan pertandingan menyimpan kisah yang membangkitkan nostalgia dan semangat kebersamaan. Namun, seiring berjalannya waktu, banyak sejarah sepak bola lokal yang mulai terlupakan karena kurangnya dokumentasi. Padahal, arsip yang baik bisa menjadi fondasi kuat bagi perkembangan sepak bola, baik di tingkat daerah maupun nasional. Merawat sejarah sepak bola lokal melalui pengarsipan adalah langkah penting untuk melestarikan warisan budaya dan olahraga kita.
Sepak bola lokal adalah cerminan dari semangat dan identitas masyarakat. Di dalamnya tersimpan kisah perjuangan, persaingan, serta kebanggaan yang dirasakan tidak hanya oleh para pemain, tetapi juga oleh suporter dan warga sekitar. Sayangnya, tanpa adanya dokumentasi yang memadai, cerita-cerita ini bisa lenyap begitu saja. Arsip berperan sebagai penghubung antara masa lalu dan masa kini, memastikan bahwa warisan sepak bola daerah tetap lestari dan dapat menjadi sumber pembelajaran serta inspirasi bagi generasi berikutnya.
Arsip sepak bola lokal tidak hanya berisi foto-foto lama atau kliping koran, tetapi juga dokumen penting klub, wawancara pemain dan bahkan memorabilia seperti jersey atau trofi. Semua elemen ini merupakan bukti nyata dari perjalanan dan perkembangan sepak bola di suatu daerah. Dengan adanya dokumentasi yang terstruktur, sejarah sepak bola lokal bisa dijadikan bahan edukasi serta motivasi bagi para pemain muda untuk terus berkembang dan meneruskan tradisi kejayaan di masa mendatang
Sayangnya, persoalan arsip yang tidak lengkap menjadi urgensi bagi hampir seluruh klub sepak bola di Indonesia. Secara umum, Indonesia masih lemah dalam urusan pengarsipan, bahkan di level yang paling dasar sekalipun. Banyak klub, mulai dari level amatir hingga professional, tidak memiliki sistem dokumentasi yang baik. Akibatnya sejarah dan prestasi mereka rentan hilang seiring berjalannya waktu. Persoalan ini tidak hanya terjadi di level klub, tetapi juga pada level organisasi sepak bola daerah maupun nasional. Minimnya kesadaran akan pentingnya arsip, kurangnya sumber daya dan tidak adanya standart pengarsipan yang jelas menjadi penyebab utama. Padahal, arsip yang lengkap dan terorganisir bisa menjadi modal berharga untuk membangun identitas klub, menarik minat generasi muda dan bahkan meningkatkan nilai komersial klub.
Pengalaman Pribadi: Menelusuri Jejak Sejarah Persis Solo
Keresahan ini berawal dari pengalaman pribadi saya sebagai mahasiswa Pendidikan Sejarah di Universitas Negeri Surabaya. Pada tahun 2015, saya sedang menyelesaikan tugas akhir (skripsi) dengan menelusuri jejak historis salah satu klub pendiri PSSI, yaitu Persis Solo (dulu dikenal sebagai Vorstenlandsche Voetbal Bond). Namun, saya menemukan bahwa sejarah klub ini masih simpang siur, terutama mengenai hari lahir mereka. Beberapa sumber menyebut tahun 1923, sementara yang lain merujuk pada tahun 1928. Ketidakjelasan ini membuat saya menyadari betapa pentingnya merawat
arsip dan dokumentasi sejarah sepak bola lokal.
Setelah penelitian yang mendalam, saya menemukan bukti penting dalam koran Darmo Kondo edisi 31 Maret 1923. Koran tersebut, dengan judul “Njatalah Madjoe“, mewartakan kelahiran Vorstenlandsche Voetbal Bond (VVB) atas inisiatif dari usaha Perhimpoenan Djawa Voetbalen R.O.M.E.O, Legioen, De Leeuw, dan M.A.R.S. Temuan ini menjadi titik terang dalam menentukan hari lahir Persis Solo dan sekaligus menunjukkan betapa berharganya arsip koran lama dalam merekonstruksi sejarah sepak bola.
Penemuan ini tidak hanya menjawab pertanyaan tentang tanggal lahir Persis Solo, tetapi juga semakin membuka wawasan dan pengetahuan saya tentang arsip-arsip yang hilang (missing link) dalam sejarah klub tersebut. Saya menyadari bahwa banyak dokumen penting, seperti catatan pertandingan, foto-foto bersejarah, dan dokumen administratif klub, yang belum ditemukan atau bahkan mungkin telah hilang. Arsip-arsip ini seharusnya menjadi kunci untuk memahami lebih dalam tentang perjalanan Persis Solo, mulai dari masa pendiriannya, peran klub dalam persaingan antaretnis pada era kolonial, hingga kontribusinya dalam membangun sepak bola nasional.
Misalnya, masih ada pertanyaan-pertanyaan yang belum terjawab, seperti bagaimana dinamika internal klub pada masa awal, siapa saja tokoh-tokoh kunci yang berperan dalam membesarkan Persis Solo, dan bagaimana klub ini memengaruhi perkembangan sepak bola di Solo dan sekitarnya. Tanpa arsip yang lengkap, pertanyaan-pertanyaan ini sulit dijawab dengan akurat.
Temuan ini juga semakin menegaskan betapa pentingnya upaya pelestarian arsip bagi klub-klub sepak bola lokal. Arsip bukan sekadar kumpulan dokumen tua, melainkan jendela yang menghubungkan kita dengan masa lalu. Melalui arsip, kita bisa memahami bagaimana sepak bola menjadi bagian dari kehidupan sosial, budaya, dan politik masyarakat pada masanya. Oleh karenanya, penemuan ini tidak hanya menjadi langkah awal dalam mengungkap sejarah Persis Solo, tetapi juga menjadi pengingat bagi kita semua akan pentingnya merawat dan melestarikan arsip sepak bola lokal. Dengan begitu, kita bisa memastikan bahwa sejarah dan warisan klub-klub seperti Persis Solo tidak hilang ditelan zaman, melainkan tetap hidup dan menjadi inspirasi bagi generasi mendatang.
Dari Skripsi ke Buku
Setelah menuntaskan tugas akhir tersebut, saya memutuskan untuk menjadikan penelitian ini dalam bentuk buku agar hasil penelitian tidak hilang dan dapat diakses oleh lebih banyak orang. Selain itu, semua arsip yang saya kumpulkan selama penelitian, saya simpan secara rapi dalam folder di komputer maupun Google Drive. Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa data-data tersebut tetap aman dan mudah diakses di masa depan.
Karena penelitian ini mendapatkan atensi yang cukup baik, saya pun melanjutkan upaya untuk meneliti klub-klub sepak bola lainnya, seperti VIS (Voetbalbond Indonesische Semarang), yang merupakan cikal bakal PSIS Semarang, dan SIVB (Soerabajasche Indonesische Voetbal Bond), yang menjadi awal mula Persebaya Surabaya. Namun, saya menemukan bahwa permasalahan yang sama muncul kembali, yaitu ketidakjelasan mengenai tanggal lahir klub-klub tersebut. Sumber-sumber primer yang ada tercerai-berai dan tidak terorganisir dengan baik. Bahkan, beberapa klub tidak memiliki dokumen resmi sama sekali, yang tentu saja memperlambat proses penelusuran jejak historis mereka.
Hasil penelitian ini kemudian saya terbitkan dalam bentuk buku yang membahas dinamika sepak bola di kota-kota Indonesia, khususnya era kolonial Belanda. Buku tersebut mengulas bagaimana sepak bola berkembang di berbagai kota, dimulai dari klub-klub yang didirikan oleh kalangan Belanda, Timur Asing, hingga Bumiputera. Saya menggali bagaimana sepak bola tidak hanya menjadi ajang olahraga, tetapi juga sarana perjuangan, ekspresi identitas, dan alat pemersatu masyarakat di tengah perbedaan ras dan status sosial.
Melalui buku ini, saya berusaha menampilkan narasi yang lebih komprehensif tentang sejarah sepak bola lokal, termasuk bagaimana persaingan dan kolaborasi antarkelompok masyarakat membentuk wajah sepak bola Indonesia. Misalnya, bagaimana klub-klub Belanda seperti THOR di Surabaya atau UNI di Bandung memengaruhi perkembangan sepak bola di kota-kota tersebut, sementara klub-klub Bumiputera seperti VVB Solo, VIS Semarang dan SIVB Surabaya menjadi simbol kebanggaan lokal.
Buku ini juga menyoroti peran media massa, seperti koran-koran lokal, dalam mendokumentasikan pertandingan dan perkembangan sepak bola pada masa itu. Arsip-arsip koran lama menjadi sumber utama yang membantu saya merekonstruksi sejarah sepak bola lokal, sekaligus menunjukkan betapa pentingnya peran media dalam melestarikan memori kolektif masyarakat.
Mengungkap Jejak Historis Persebaya: Kolaborasi dengan Komunitas Pecinta Sejarah Sepak Bola
Dalam upaya mengungkap jejak historis klub Persebaya, saya menggandeng beberapa orang dan komunitas yang memiliki visi yang sama. Bagi saya, upaya mengungkap jejak historis klub Persebaya Surabaya adalah sebuah misi yang membutuhkan kolaborasi dengan berbagai pihak yang memiliki visi serupa. Salah satunya adalah StatsRawon, sebuah komunitas yang bergerak di bidang yang sama dengan saya. StatsRawon telah mengumpulkan banyak momen bersejarah klub, baik data dan fakta seluruh pertandingan Persebaya Surabaya. Selain mengumpulkan kepingan sejarah Persebaya dari tahun ke tahun, komunitas ini juga merambah pada analisa pertandingan. Semua arsip yang dimiliki oleh StatsRawon tersimpan dengan baik di platform media sosial seperti X dan Instagram, yang menjadi sumber berharga bagi penelitian saya.
Selain StatsRawon, saya juga aktif bergabung dengan dua komunitas lain, seperti Pemerhati Sejarah Persebaya (PSP) dan Bonek Writers Forum (BWF). Kedua komunitas ini memiliki peran penting dalam meningkatkan literasi sejarah sepak bola, khususnya tentang dinamika Persebaya dari masa ke masa. Pertama, Pemerhati Sejarah Persebaya (PSP), komunitas yang menjadi tempat berkumpulnya para pecinta sejarah sepak bola, khususnya Persebaya yang menjadi wadah untuk berdiskusi dan berbagi informasi seputar sejarah klub, mulai dari foto-foto lama, logo, pemain legendaris, hingga jersey yang pernah digunakan. Komunitas ini menjadi tempat berkumpulnya para pecinta sejarah sepak bola yang ingin melestarikan memori kolektif tentang Persebaya.
Kedua, Bonek Writers Forum (BWF) bergerak pada upaya meningkatkan dan menguatkan literasi sepak bola serta melakukan edukasi melalui tulisan. Komunitas yang terbentuk pada 6 Desember 2017 atas dasar kecintaan kepda Persebaya dan Bonek ini merupakan wadah yang menampung minat literasi bonek yang bersifat mandiri, terbuka, respek, anti rasisme dan tidak terikat dengan pihak manapun. BWF sendiri memiliki anggota dari berbagai macam background dan profesi, seperti jurnalis, dosen, pegawai negeri, swasta dan BUMN, freelancer serta mahasiswa.
Kegiatan dan agenda rutin BWF antara lain adalah kopdar (kopi darat), diskusi secara online dan offline membahas seluk beluk sepak bola dan dunia suporter, menerbitkan buku dan koran digital, melakukan edukasi melalui website dan media sosial serta menyelenggarakan pelatihan yang berkaitan dengan literasi dan penulisan terutama kepada bonek.
Saya telah berkontribusi dalam dua buku yang diterbitkan oleh BWF, yaitu Stadion: Kuil Sepak Bola yang membahas pengalaman pribadi saat bermain di Stadion Gelora Bumi Kartini (GBK), Jepara, saat berlaga di Liga 3 tahun 2017 dan Persebaya dan Dinamika Pembinaan Sepak Bola Indonesia yang mengulas sejarah klub anggota Persebaya, El Faza, yang kini dimiliki oleh legenda Persebaya, Mat Halil.
Dalam perjalanan penelitian yang membahas Persebaya, saya menyadari bahwa mendokumentasikan sejarah sepak bola lokal bukanlah hal yang mudah. Seperti yang diungkapan oleh Dhion Prasetya, founder StatsRawon, dalam wawancara via WhatsApp “Membuat dokumentasi itu hal yang relatif mudah. Tetapi bagaimana dokumentasi yang sudah jadi itu bisa mudah dicari dan dikelola untuk kemudian bisa sewaktu-waktu dilakukan riset ini adalah hal yang susah dilakukan di Indonesia. Tetapi hal ini mungkin tidak berlaku bagi klub-klub yang memiliki sejarah panjang, basis suporter besar dan prestasi mentereng. Persebaya Surabaya misalnya. Banyak data dokumentasi berserakan. Tinggal bagaimana mau mengolah dan merisetnya saja. Tentunya juga harus siap dengan dana (untuk merisetnya)”.
Pernyataan Dhion sangat relevan dengan apa yang saya alami. Banyak data dan arsip tentang Persebaya yang masih tersebar dan belum terkelola dengan baik. Namun, justru di situlah tantangan dan peluangnya. Dengan kolaborasi dan dedikasi, kita bisa mengubah data yang berserakan menjadi sumber pengetahuan yang sistematis dan mudah diakses.
Melalui penelitian ini, saya berharap dapat mengungkap lebih banyak lagi sejarah sepak bola lokal yang selama ini terabaikan. Setiap klub memiliki cerita unik yang layak untuk diabadikan. Dengan merawat arsip, kita tidak hanya menjaga kenangan, tetapi juga memastikan bahwa semangat sepak bola lokal terus hidup dan menginspirasi generasi mendatang.
Tidak ada kata terlambat untuk mulai merawat sejarah sepak bola lokal. Mulailah dengan mengumpulkan dokumen-dokumen lama, berbicara dengan para pelaku sejarah, dan membangun arsip yang bisa dinikmati oleh generasi mendatang. Sepak bola lokal adalah bagian dari diri kita. Mari jaga sejarahnya, karena di sana tersimpan identitas dan kebanggaan kita sebagai sebuah komunitas.
Merawat sejarah, menjaga kebanggaan!
Profil Penulis: Fery Widyatama adalah pengajar di SMKN 1 Cerme Gresik sekaligus penulis buku VVB Solo untuk Indonesia Merdeka, Dinamika Sepak Bola di Semarang: dari VIS sampai PSIS 1930-1942 dan SIVB: Pasang Surut Sepak Bola Bumiputera di Surabaya 1926-1942. Penulis bisa dihubungi lewat medsos Instagram-nya @fery.widyatama dan X @WidyatamaFery
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News