
Tahukah Kawan bagaimana legenda dari asal usul Gunung Merapi yang ada di Yogyakarta? Gunung Merapi merupakan salah satu gunung aktif yang berada di Pulau Jawa.
Selain berada di wilayah Yogyakarta, Gunung Merapi juga berbatasan langsung dengan daerah Magelang, Boyolali, dan Klaten, Jawa Tengah. Menurut legendanya, gunung ini diposisikan oleh para dewa untuk menyeimbangkan Pulau Jawa yang dulunya miring dan tidak rata.
Lantas bagaimana kisah lengkap dari legenda asal usul Gunung Merapi tersebut?
Legenda Asal Usul Gunung Merapi
Dilihat dari buku Irwan Rouf dan Shenia Ananda yang berjudul Rangkuman 100 Cerita Rakyat Indonesia: dari Sabang sampai Merauke, dikisahkan pada zaman dahulu Pulau Jawa memiliki letak yang tidak rata dan miring. Melihat hal ini, para dewa di kahyangan berniat untuk mengatasi masalah tersebut.
Setelah berdiskusi sekian lama, para dewa kemudian bersepakat untuk meletakkan sebuah gunung di tengah Pulau Jawa. Dengan demikian, gunung tersebut akan menyeimbangkan Pulau Jawa yang miring dan tidak rata.
Para dewa kemudian mencari gunung mana yang akan dipindahkan dan diletakkan di tengah Pulau Jawa. Kemudian jatuhlah pilihan untuk memindahkan Gunung Jamurdipa yang sebelumnya berada di Laut Selatan untuk dipindahkan di tanah datar yang ada di sekitaran daerah Yogyakarta.
Namun terdapat sebuah kendala dari rencana yang akan dijalankan oleh para dewa ini. Di daerah tempat gunung tersebut akan diposisikan ternyata sudah dihuni oleh dua orang empu sakti.
Kedua empu ini bernama Empu Rama dan Empu Pamadi. Sehari-hari kedua empu ini membuat keris sakti.
Empu Rama dan Empu Pamadi juga dikenal memiliki kemampuan dan kesaktian tingkat tinggi. Hal inilah yang menjadi penghalang para dewa untuk memindahkan gunung ke tempat kedua empu tersebut.
Batara Guru yang menjadi raja para dewa kemudian memutuskan untuk tetap melanjutkan rencana mereka. Batara Guru kemudian mengutus Batara Narada dan Dewa Penyarikan untuk membujuk kedua empu tersebut.
Batara Narada dan Dewa Penyarikan kemudian turun dari kahyangan untuk menemui Empu Rama dan Empu Pamadi. Perjalanan mereka diiringi oleh pengawal dari istana kahyangan.
Kedua dewa ini kemudian membujuk Empu Rama dan Empu Pamadi untuk pindah ke tempat lain. Namun permintaan dewa ini ditolak oleh kedua empu tersebut.
Para empu ini beralasan bahwa proses pembuatan keris tidak bisa dilakukan di sembarang tempat. Oleh sebab itu, mereka tidak bisa meninggalkan tempat tersebut.
Perselisihan antara kedua dewa dan empu ini tidak menemukan titik temu. Akhirnya pertarungan terjadi antara kedua pihak.
Empu Rama dan Empu Pamadi berhasil memenangkan pertarungan tersebut. Para pengawal yang mendampingi kedua dewa kemudian melaporkan hasil pertarungan ini ke Batara Guru.
Batara Guru menjadi murka setelah mengetahui hal tersebut. Dirinya kemudian memerintahkan Dewa Bayu untuk meniup Gunung Jamurdipa.
Dewa Bayu melaksanakan perintah Batara Guru dengan segera. Ketika Dewa Bayu menipu Gunung Jamurdipa, gunung tersebut langsung terbang melayang di udara.
Gunung Jamurdipa tepat jatuh di perapian tempat membuat keris kedua empu tersebut. Tidak hanya itu, Empu Rama dan Empu Pamadi juga ikut tertimpa Gunung Jamurdipa dan tewas seketika.
Roh kedua empu ini kemudian diyakini sebagai sosok penunggu dari gunung tersebut. Sementara itu, perapian tempat membuat keris berubah menjadi kawah yang ada di gunung tersebut.
Berdasarkan hal ini, para dewa kemudian memberikan nama gunung tersebut dengan sebutan Gunung Merapi.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News