
Legenda Codet merupakan salah satu cerita rakyat yang berasal dari daerah Jakarta. Legenda ini mengisahkan tentang seorang pangeran kaya raya yang tinggal di daerah Condet dulunya.
Harta dari pangeran kaya raya ini kemudian diwariskan kepada anak dan menantunya. Namun ternyata harta ini menjadi incaran orang Belanda yang menjajah wilayah Indonesia pada waktu itu.
Meskipun demikian, masyarakat tetap melakukan perlawanan atas penindasan yang mereka terima. Lantas bagaimana cerita lengkap dari legenda Codet tersebut serta kisah yang terjadi setelah dirinya mewariskan harta kepada anak dan menantunya?
Simak kisah lengkapnya dalam artikel berikut ini.
Legenda Codet
Dinukil dari buku Irwan Rouf dan Shenia Ananda yang berjudul Rangkuman 100 Cerita Rakyat Indonesia: dari Sabang sampai Merauke, pada zaman dahulu di daerah Condet hiduplah seorang pangeran kaya raya yang memiliki harta melimpah. Pangeran tersebut bernama Pangeran Codet.
Penamaan nama pangeran tersebut berdasarkan bekas codet yang ada di dahinya. Bekas codet ini berupa luka yang dia dapatkan di masa lalu.
Pangeran Codet ini memiliki lima orang anak. Salah satu anak dari Pangeran Codet adalah Maemunah.
Pada suatu hari, datanglah seorang pemuda ke rumah Pangeran Codet. Pemuda ini bernama Astawana.
Kedatangan Astawana ke rumah Pangeran Codet bermaksud untuk meminang Maemunah. Astawana sendiri dikenal sebagai seorang pemuda yang memiliki ilmu tinggi dan baik hati dengan sesama.
Pangeran Codet beserta sang istri tentu senang menerima lamaran tersebut. Mereka kemudian menyampaikan lamaran ini kepada anaknya Maemunah.
Ternyata Maemunah juga setuju dengan lamaran yang dia terima. Namun Maemunah memberikan syarat yang mesti dipenuhi Astawana jika ingin menikahinya.
Astawana mesti bisa membuat dua rumah di dua tempat berbeda dalam satu malam. Astawana kemudian menyanggupi syarat yang diberikan oleh Maemunah tersebut.
Akhirnya Astawana berdoa untuk menyanggupi permintaan Maemunah. Ajaibnya, Astawana mampu menunaikan syarat tersebut dengan sempurna.
Astawana membangun dua rumah di dua tempat berbeda. Rumah pertama dia bangun di daerah Batuampar.
Sementara itu, rumah kedua dibangun di daerah Balekambang. Akhirnya Astawana disetujui untuk menikah dengan Maemunah.
Pernikahan antara Astawana dan Maemunah berlangsung dengan meriah. Namun sayang tidak lama setelah pernikahan mereka berlangsung, Pangeran Codet meninggal dunia akibat sakit yang dia derita.
Akhirnya seluruh kekayaan Pangeran Codet diwariskan kepada Maemunah dan Astawana. Ternyata hal ini mendatangkan masalah di kemudian hari.
Beberapa tahun kemudian, wilayah Condet terusik akibat kedatangan bangsa Belanda. Orang-orang Belanda ini dikenal suka merampas tanah milik masyarakat.
Salah seorang orang Belanda yang bermukim di daerah Condet adalah Jan Ament. Dirinya kemudian mengetahui harta kekayaan yang dimiliki oleh Maemunah dan Astawana.
Jan Ament beserta anteknya kemudian mendatangi Maemunah dan Astawana untuk meminta harta mereka. Hal ini tentu memancing kemarahan Astawana.
Dirinya kemudian langsung menyerang Jan Ament hingga tersungkur di tanah. Jan Ament kemudian mengancam akan kembali lagi dengan membawa pasukan lebih banyak.
Benar saja, tidak lama berselang Jan Ament kembali ke tempat Astawana dengan pasukan yang lebih banyak. Sejak saat itu, Jan Ament menjadi penguasa di wilayah Condet.
Sebenarnya masyarakat Condet pernah melakukan perlawanan kepada Jan Ament. Perlawanan ini dipimpin oleh Entong Gendut yang dibantu Astawana dan dua pendekar lainnya, yakni Modin dan Maliki.
Namun masyarakat Condet mengalami kekalahan dalam perlawanan tersebut. Barulah setelah Indonesia merdeka wilayah Condet benar-benar dikuasai oleh masyarakat di sana sepenuhnya.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News