
Bangunan Stasiun Kereta Api (KA) Pangandaran kini terbengkalai layaknya rumah hantu. Padahal Stasiun KA Pangandaran pernah menjadi primadona wisatawan asing dan berjaya pada masanya.
Dinukil dari Detik, Anton mengingat bangunan yang terletak di Dusun Bojongjati, Desa Pananjung, Kecamatan/Kabupaten Pangandaran ini selalu ramai pengunjung pada era 1980-an. Tempat ini menjadi tujuan wisatawan bila ingin sampai ke Pangandaran.
“Dahulu sekitar tahun 80-an, saya sering jemput wisatawan di KA Pangandaran untuk menuju objek wisata Pantai Pangandaran,” kata pria yang pernah menjadi pemandu wisata ini.
Anton mengatakan keberadaan Stasiun Pangandaran sebetulnya sangat strategis bagi denyut nadi kehidupan ekonomi warga setempat. Biasanya wisatawan datang dari Jakarta atau kota lain, lalu turun di Stasiun Pangandaran.
Setelah itu, pemandu wisata akan mengajak wisatawan berkeliling melihat-lihat aktivitas masyarakat di sekitar stasiun KA. Biasanya berkunjung ke industri rumahan ataupun pantai.
“Kalau wisatawan dari Belanda, apalagi yang keluarganya atau leluhurnya pernah bertugas di Indonesia, biasanya bukan ke pantai. Mereka lebih tertarik menyusuri bangunan ikonik lebih dulu. Kami jemput mereka di Stasiun Cijulang, kemudian balik lagi dengan mobil untuk melihat jembatan Cipamotan atau terowongan Wilhelmina. Setelah itu baru ke pantai,” kata Anton.
Terbengkalai
Tetapi semua hal ini hanya tinggal kenangan, beberapa jalur rel peninggalan KA Banjar-Pangandaran mulai hilang dan sebagian ditarik aset. Bangunannya pun kini mati tak berdaya.
Kondisi bangunan KA Pangandaran masih terlihat kokoh, tetapi bagian atapnya merosot termakan usia. Bangunannya mulai retak-retak. Halaman depan Stasiun KA Pangandaran terdapat gerobak salah satu pedagang warga setempat.
Penampakan stasiun sudah mirip tempat rongsokan. Pada bagian stasiun yang terbuka dimanfaatkan warga untuk garasi mobil. Kemudian bagian depannya terdapat rumput ilalang dan tumpukan sampah.
Kondisi ini seperti menggambarkan penurunan wisatawan yang datang ke Pangandaran. Anton menjelaskan hal ini bukan karena pandemi COVID-19, namun sudah terjadi bertahun-tahun sebelumnya.
“Sudah jarang sekali melihat turis jalan-jalan di Pangandaran. Memang ada segelintir, itu pun lebih banyak di Pantai Batukaras,” kata Anton.
Berharap aktif kembali
Anton menyebut keberadaan Stasiun KA Pangandaran sangat dirindukan warga setempat. Apalagi bisa menjadi alternatif kendaraan menuju objek wisata Pangandaran.
Tetapi, dia tidak yakin hadirnya kereta api Banjar-Pangandaran ini bisa mengembalikan animo wisata ke Pangandaran. Dia malah berharap adanya pembangunan jalan tol.
“Ya, kalau mau diaktifkan kembali setuju saja. Tapi kalau melihat kenyataan di lapangan rasanya pesimis. Hampir sepanjang jalur kereta api Banjar-Pangandaran sudah diduduki bangunan warga. Belum lagi besarnya biaya yang harus dikeluarkan. Kalau saya lebih cenderung dibangun jalan tol saja dulu,” ucapnya.
Terkait keberadaan stasiun, dia menyarankan untuk sementara bisa dijadikan museum mini untuk menceritakan sejarah jalur kereta Banjar-Pangandaran.
“Rawat dan manfaatkan bangunan yang tersisa. Kelak itu akan menjadi sangat berharga, sangat bersejarah lalu menjadi daya tarik wisata,” pungkas Anton.
Sumber:
- Memori Kejayaan Stasiun Pangandaran yang Kini Mirip Rumah Hantu
- Mengenang Stasiun Pangandaran: Dulu Berjaya, Kini Tinggal Cerita
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News