Posted on Leave a comment

KUBET – Menelusuri Kampung Mati di Tengah Kota Semarang, Rumah Megah dan Mewah tak Berpenghuni

Menelusuri Kampung Mati di Tengah Kota Semarang, Rumah Megah dan Mewah tak Berpenghuni

images info

Kabar mengenai “kampung mati” di Kelurahan Cepoko, Kota Semarang, Jawa Tengah (Jateng) sempat menghebohkan dunia maya. Hal ini karena kampung ini sudah ditinggalkan oleh penghuninya dan hanya menyisakan beberapa keluarga.

Dimuat dari Kompas, Kampung Mati ini dulu dikenal dengan nama Perumahan Dua Belas. Karena jumlah rumah yang dibangun di tempat tersebut berjumlah dua belas.

gambar

Perumahan ini dibangun pada tahun 1980-an yang diperuntukkan untuk masyarakat kelas menengah atas. Tetapi saat itu, kondisi Kelurahan Cepoko masih sepi sehingga membuat kawasan tersebut tak aman.

Karena itu, banyak terjadi perampokan yang membuat penghuni rumah pindah. Sejak tahun 2000-an, kampung ini pun mulai ditinggalkan penghuninya.

“Dulu, awalnya itu hanya 2-3 rumah, terus nambah-nambah. Tapi karena di sini dulu sepi, ada garong masuk rumah. Minta-minta uang, terus yang punya rumah takut,” jelas Musanusi, pekerja yang ikut membangun rumah tersebut dimuat dari Kompas.

Dibeli pengusaha

Karena telah ditinggalkan oleh penghuninya, seorang pengusaha asli Desa Cepoko bernama Sumardani memutuskan untuk membeli beberapa rumah. Dia mengatakan saat ini sudah membeli tujuh dari 12 rumah di perumahan tersebut.

“Tadinya ada 12 rumah dan sudah pada saya beli 7 rumah,” ujarnya.

Berbeda dengan pengakuan Musanusi, Sumardani menyebut para penghuni yang meninggalkan perumahan ini karena menjadi korban Tragedi Mina. Para penghuni ini telah menjual rumahnya untuk keperluan berangkat haji.

“Beberapa rumah itu sempat dijual untuk biaya haji, namun malah menjadi korban Tragedi Mina.”

“Hingga tahun 2000-an rumah itu mangkrak, kemudian saya beli,” tandasnya.

Tempat konten horor

Dilihat dari Kompas, banyak bangunan rumah sudah terbengkalai. Beberapa rumah juga sudah tertutup dengan rumput ilalang dan atapnya banyak yang roboh.

Karena itulah, beberapa konten kreator memanfaatkannya sebagai tempat syuting horor. Namun hal ini ternyata tanpa seizin masyarakat di perumahan tersebut.

“Terganggu dengan adanya konten-konten horor itu. Apalagi buatnya tanpa ijin,” jelas Nailil.

Dia mengatakan banyak informasi yang diposting di media sosial tidak sesuai fakta. Hal ini yang membuatnya risih dengan konten horor tersebut.

“Pada buat konten katanya horor, padahal saya di sini biasa saja. Tak ada kesan horor,” kata dia menceritakan.

Sumber:

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News



Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *