
Industri kerajinan manik-manik menyimpan potensi besar sebagai salah satu subsektor ekonomi kreatif yang mampu mendorong pertumbuhan ekonomi inklusif.
Keindahan, nilai budaya, serta fleksibilitas bentuknya menjadikan manik-manik sebagai produk kriya yang tidak hanya bernilai estetika, tetapi juga ekonomis.
Pesona Manik-Manik Khas Dayak Kalbar
Potensi Ekonomi dari Warisan Budaya
Sebagai bagian dari industri kriya, kerajinan manik-manik tumbuh dari tradisi panjang masyarakat Indonesia, terutama di wilayah-wilayah seperti Kalimantan, Papua, dan Nusa Tenggara.
Selain menjadi identitas budaya lokal, produk ini juga bertransformasi menjadi komoditas bernilai jual tinggi di pasar domestik dan internasional.
Industri ini tergolong padat karya, sehingga mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar dan tersebar di berbagai daerah.
Dengan pengembangan yang tepat, kerajinan manik-manik dapat menjadi penggerak ekonomi kreatif berbasis komunitas yang kuat.
Produk Kriya RI Unjuk Gigi di Pameran Salone del Mobile Milan, Italia
Kontribusi terhadap Industri Kreatif Nasional
Berdasarkan data Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Baparekraf), industri kriya menyumbang nilai tambah sebesar Rp102,44 triliun pada semester I tahun 2024.
Angka ini menunjukkan kontribusi 13,6 persen terhadap total nilai tambah industri kreatif Indonesia.
Potensi pertumbuhan sektor ini juga tergolong tinggi. Laporan lembaga riset 6Wresearch memperkirakan industri kerajinan nasional, termasuk manik-manik, memiliki proyeksi pertumbuhan tahunan (CAGR) sebesar 7,2 persen pada periode 2020–2026.
“Industri kriya merupakan salah satu subsektor yang menjadi top 3 kontributor perekonomian Indonesia di antara subsektor industri kreatif lainnya,” jelas Dirjen Industri Kecil, Menengah dan Aneka (IKMA) Kemenperin, Reni Yanita sebagaimana dikutip dari keterangan resmi.
Angka-angka ini menunjukkan bahwa industri manik-manik tidak sekadar pelestarian budaya, melainkan juga menjadi peluang ekonomi yang menjanjikan, khususnya bagi pelaku industri kecil dan menengah (IKM).
Sang Perajin, Pengabdi Seni Kriya Logam dari Yogyakarta
Diversifikasi Produk dan Perluasan Pasar
Salah satu kekuatan utama industri manik-manik terletak pada kemampuannya untuk terus berinovasi. Produk manik-manik kini tidak hanya digunakan sebagai aksesori atau ornamen tradisional, tetapi juga dikembangkan menjadi bagian dari fesyen, dekorasi interior, hingga cendera mata.
Diversifikasi produk yang kreatif menjadikan kerajinan manik-manik semakin relevan dengan kebutuhan pasar modern, baik lokal maupun internasional. Inovasi ini membuka peluang lebih besar bagi perajin untuk menjangkau segmen konsumen yang lebih luas dan beragam.
Selain itu, pendekatan pemasaran yang memanfaatkan storytelling dan branding kultural menjadi nilai tambah tersendiri. Cerita di balik proses pembuatan, makna simbolik, hingga keterlibatan komunitas lokal menjadi daya tarik yang semakin diapresiasi oleh konsumen global.
Punya Potensi Industri Kreatif Besar, Indonesia Bakal Jadi Destinasi Utama Ekraf ASEAN?
Penguatan Kapasitas dan Dukungan Pemerintah
Berbagai inisiatif telah dilakukan untuk mendukung penguatan kapasitas pelaku IKM di sektor ini. Salah satunya melalui penyelenggaraan pelatihan teknis dan diversifikasi produk yang memberi pembekalan keterampilan, akses pembiayaan, dan penguatan legalitas usaha.
Langkah-langkah seperti ini penting untuk meningkatkan kualitas dan daya saing produk manik-manik, sekaligus memperkuat ekosistem industri kerajinan secara berkelanjutan.
Dukungan lintas sektor, termasuk dari pemerintah, lembaga kerajinan, dan komunitas kreatif, menjadi kunci dalam membuka peluang pasar dan mempercepat pertumbuhan sektor ini.
Kombinasi antara nilai tradisi, inovasi desain, dan perluasan pasar menjadikan kerajinan ini sebagai sektor yang patut mendapatkan perhatian lebih.
Keragaman Budaya Indonesia Dorong Industri Kreatif Semakin Unggul
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News