
Sungai Brantas merupakan salah satu sungai yang mengalir di daerah Jawa Timur. Terdapat sebuah legenda yang menceritakan tentang asal usul Sungai Brantas ini.
Menurut legenda, Sungai Brantas tercipta untuk membagi sebuah kerajaan menjadi dua bagian di masa lalu. Lantas bagaimana kisah dari legenda asal usul Sungai Brantas tersebut?
Legenda Asal Usul Sungai Brantas
Dikutip dari buku Wahyu Setyorini dan Tim Wong Indonesia Nulis yang berjudul 78 Legenda Ternama Indonesia, dikisahkan pada zaman dahulu terdapat sebuah kerajaan besar yang ada di Tanah Jawa. Kerajaan tersebut bernama Kahuripan.
Kerajaan ini dipimpin oleh seorang raja yang bernama Prabu Airlangga. Dirinya merupakan seorang putra raja dari sebuah kerajaan yang ada di Bali.
Prabu Airlangga hanya memiliki seorang putri dari sang ratu. Putri tersebut bernama Sanggramawijaya.
Ketika sudah memasuki usia tua, Prabu Airlangga berniat untuk meletakkan takhta kekuasaannya. Dia berniat untuk melanjutkan hidup menjadi seorang petapa.
Prabu Airlangga berniat untuk memberikan kekuasaan kepada putri semata wayangnya. Namun pemberian ini ternyata ditolak oleh Sanggramawijaya.
Ternyata sang putri juga berkeinginan untuk menjadi seorang petapa. Sanggramawijaya kemudian pamit untuk pergi bertapa ke Gua Selomangleng di Gunung Klotok dan mengganti namanya menjadi Dewi Kilisuci.
Prabu Airlangga menjadi bingung memikirkan penerusnya. Sebenarnya sang raja masih memiliki dua orang putra dari selirnya.
Kedua putra ini bernama Sri Samarawijaya dan Mapanji Garasakan. Namun sang raja tidak bisa memutuskan kepada siapa takhta kerajaan akan diberikan.
Dia tidak ingin kedua putranya berebut kekuasaan sepeninggalan dirinya. Akhirnya sang raja memutar otak untuk mencari solusi atas permasalahan tersebut.
Prabu Airlangga kemudian mengutus penasehatnya, Empu Baradha ke Bali. Prabu memerintahkan Empu Baradha untuk menemui ayahnya di sana.
Dia berharap agar sang ayah bisa memberikan takhta kerajaan ke salah satu putranya kelak. Namun ternyata rencana dari Prabu Airlangga ini tidak berjalan lancar.
Sesampainya di Bali, Empu Baradha diberi tahu bahwa takhta kerajaan nantinya akan diberikan kepada adik Prabu Airlangga. Empu Baradha kemudian kembali ke Kerajaan Kahuripan untuk mengabarkan informasi ini.
Prabu Airlangga menerima kabar ini dengan lapang dada. Akan tetapi, dia masih belum menemukan solusi yang tepat atas masalah yang tengah dia alami.
Empu Baradha kemudian mengusulkan agar Kerajaan Kahuripan dibagi menjadi dua bagian. Dirinya kemudian bersedia untuk membagi kerajaan tersebut nantinya.
Penasehat Prabu hanya meminta sebuah kendi kepada sang raja. Prabu Airlangga hanya bisa terkejut dan memenuhi permintaan penasehatnya tersebut.
Empu Baradha kemudian meminta izin untuk bertapa sambil berdoa dengan membawa kendi yang dia minta. Dia juga meminta semua masyarakat berdoa agar masalah ini bisa teratasi segera.
Setelah bertapa, Empu Baradha kembali menghadap Prabu Airlangga. Ajaibnya tubuh Empu Baradha tiba-tiba terbang hingga mencapai puncak gunung.
Dari sana Empu Baradha menuangkan air dari kendi yang dia bawa. Air tersebut kemudian menyentuh tanah dan berubah menjadi sebuah sungai.
Sungai ini kemudian membagi Kerajaan Kahuripan menjadi dua bagian. Bagian timur diberikan kepada Mapanji Garasakan dan diberi nama Jenggala.
Sementara itu, bagian barat diberikan kepada Sri Samarawijaya dan diberi nama Panjalu atau Kadiri. Akhirnya Prabu Airlangga bisa menyelesaikan masalah yang dia hadapi dan memutuskan menjadi petapa di Pucangan serta mengganti namanya menjadi Maharesi Gentayu.
Empu Baradha berhasil menjalankan tugasnya dengan baik. Kelak sungai inilah yang kemudian menjadi cikal bakal Sungai Brantas yang ada di Jawa Timur.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News