Posted on Leave a comment

KUBET – Bisa Raup Rp1 Miliar Per Hari, Kampung Pengrajin Tempe di Malang Ini Sudah Ada Sejak Zaman Kompeni

Bisa Raup Rp1 Miliar Per Hari, Kampung Pengrajin Tempe di Malang Ini Sudah Ada Sejak Zaman Kompeni

images info

kota Malang, Jawa Timur selama ini selalu identik sebagai Kota Apel. Padahal di daerah ini terdapat sebuah kampung yang menjadi sentra pembuatan tempe yaitu Kampung Sanan.

Dimuat dari Kompas, kampung yang mempunyai luas sekitar dua hektare ini konon telah ditempati sejak tahun 1800-an. Sejak era itu, warga sekitar mulai memproduksi tempe secara rumahan.

Berkembangnya pengrajin tempat di Kampung Saman juga tidak lepas dari kondisi ekonomi di bawah bayang-bayang pemerintahan kolonial Belanda. Tempe dianggap salah satu makanan rakyat.

“Sekitar tahun 1800-an (dibuka secara luas oleh buyut). Kami ada data bukti yang masih dijaga sampai saat ini—makam dari sesepuh yang membabat alasan Sanan. Kalau untuk tempe sendiri sebelum buyut sudah ada pengrajin tempe,” kata ketua Paguyuban Pengrajin Tempe dan Keripik Tempe Sanan, Ivan Kuncoro.

Mampu hasilkan 30 ton setiap hari

Ivan mengungkapkan warga Kampung Sanan setiap harinya mampu memproduksi 30 ton tempe. Produksi berlimpah ini merupakan gabungan dari tiga RW, yaitu RW 14, RW 15, dan RW 16.

“Yang terdaftar di paguyuban saat ini ada 400 pengrajin. Di RW 15 ada 150an (pengrajin),” ujar Ivan yang dimuat Kumparan.

Karena produktivitas yang tinggi, sirkulasi dana di Kampung Saman bisa mencapai Rp1 miliar setiap harinya. Produk tempe yang dihasilkan pun beragam, mulai dari keripik, brownies, stik, cokelat, burger, sate dan masih banyak lagi.

“Orang bisa jual sendiri dengan mereknya masing-masing. Sekarang yang ngetren itu,” tutur Ivan yang sudah 25 tahun berbisnis tempe ini.

Bantuan dari pemerintah

Ivan mengaku perkembangan industri tempe di Kampung Sanan tak lepas dari dukungan pemerintah. Pada 2017 lalu,

Kampung Sanan baru saja menerima bantuan dari Dinas Perindustrian Kota Malang berupa dana revitalisasi senilai Rp 1,9 miliar.

Para pengrajin dibekali dengan mesin pemecah kedelai, mesin pemotong, alat packing, pelatihan standar mutu, dan lain-lain. Sarana infrastruktur kampung juga tak luput dari perbaikan, seperti pengaspalan jalan dan pemugaran gapura kampung.

Warga juga mempercantik kampungnya dengan mencat warna-warni dinding rumahnya. Karena itu atmosfer ceria akan didapatkan saat berkeliling di kampung tersebut.

“Ya meningkatkan produksi, menambah daya tarik tersendiri. Kita akan membuat kampung paling unik, supaya mendongkrak wisatawan masuk kemari,” ungkap Ivan.

“Yang kita kejar saat ini kampungnya, masih (terus) berbenah,” tutupnya.

Sumber:

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *