Posted on Leave a comment

KUBET – Pembangunan Teramat Pesat, Bagaimana Bali Bertahan di Tengah Ledakan Wisatawan?

images info

Bali, pulau yang dikenal dengan julukan “Pulau Dewata”, telah lama menjadi destinasi favorit bagi wisatawan domestik maupun internasional.

Namun, dalam beberapa tahun terakhir, Bali menghadapi tantangan pembangunan pariwisata dan kunjungan turis.

Setelah pariwisata dibuka kembali pasca pandemi, Bali mulai pulih dan kembali mencatatkan angka kunjungan yang positif, meskipun belum sepenuhnya kembali seperti sebelum pandemi.

“Bali mengalami minus 9,3% dari pendapatan nasional saat pandemi. Namun, begitu border dibuka, perkunjungan wisata mulai bangkit dan Bali sudah mulai pulih,” ujar I Made Mendra Astawa, pengamat pariwisata Bali yang juga menjadi Ketua Forum Komunikasi Desa Wisata Bali (Forkomdewi) kepada GNFI.

Meskipun demikian, perkembangan pariwisata yang pesat membawa tantangan baru, terutama dalam hal pengelolaan kepadatan wisatawan di beberapa lokasi utama seperti Kuta, Seminyak, dan Ubud.

Dunia Terancam Mengalami Overtourism pada 2024, Bagaimana dengan Indonesia?

Overtourism atau Overdevelopment?

Menanggapi isu overtourism, Mendra menegaskan bahwa Bali sebenarnya tidak mengalami overtourism, melainkan lebih kepada overdevelopment.

“Bali sebenarnya tidak mengalami overtourism, tapi lebih ke overdevelopment. Pariwisata terus berkembang pesat, tapi tidak dibarengi dengan perencanaan pembangunan yang matang. Akibatnya, terjadi penumpukan wisatawan di daerah-daerah tertentu, sementara daerah lain belum mendapat manfaat yang sama,” jelasnya.

Pembangunan infrastruktur, perhotelan, dan industri hiburan yang masif, terutama di wilayah-wilayah seperti Canggu, sering kali tidak mempertimbangkan daya dukung lingkungan dan keseimbangan sosial masyarakat setempat.

“Investor datang dengan membawa model-model baru seperti hiburan malam yang sangat berkembang di Canggu. Kami dari pihak lokal tidak bisa banyak berbuat karena banyaknya aturan yang ada di pusat,” lanjutnya.

Fenomena ini menunjukkan bahwa tantangan utama Bali bukan hanya jumlah wisatawan yang berlebihan, tetapi bagaimana mengelola pembangunan agar tetap seimbang dan berkelanjutan.

Bali Kian Harum dengan Pusat Flavor dan Fragrance untuk Hilirisasi Minyak Atsiri

Menyebarkan Pariwisata Lebih Merata

Untuk mengurangi kepadatan di kawasan wisata utama seperti Canggu, Seminyak, dan Ubud, diperlukan upaya serius dalam mendorong wisatawan agar menjelajahi daerah lain di Bali.

Misalnya, Bali Timur dengan Kabupaten Karangasem memiliki Amed yang menawarkan keindahan alam dan budaya yang masih asli, dengan pantai-pantai eksotis serta situs sejarah yang menarik.

Di sisi lain, Bali Utara, seperti Munduk dan Lovina, menyuguhkan pengalaman wisata yang lebih tenang dengan pesona air terjun, kebun kopi, serta atraksi lumba-lumba di perairan yang lebih sepi dibandingkan pantai selatan.

Sementara itu, Bali Barat dengan Jembrana dan Pulau Menjangan menyimpan potensi wisata alam yang luar biasa, mulai dari ekowisata hingga penyelaman kelas dunia di Taman Nasional Bali Barat.

Selain itu, tiga pulau kecil di tenggara Bali; Nusa Penida, Nusa Lembongan, dan Nusa Ceningan, juga semakin populer sebagai destinasi alternatif yang menawarkan pantai-pantai spektakuler serta keindahan bawah laut yang masih alami.

Dengan pemerataan pembangunan dan promosi yang lebih merata, destinasi-destinasi ini dapat menjadi solusi untuk menghindari kepadatan di kawasan yang sudah terlalu ramai, sekaligus menciptakan dampak ekonomi yang lebih luas bagi masyarakat lokal.

Mendra menekankan pentingnya menyebarkan wisata ke daerah-daerah ini agar manfaat ekonomi lebih merata.

“Pemerintah sudah gentong melakukan promosi bersama mengajak pariwisata, ayo bagi kue-kue ini misalnya bawa ke timur ke daerah Gianyar dan Klungkung, dan tentu dari Singaraja, Negara, Tabanan mendapatkan rasa dari ‘kue tart’ atau resort itu sendiri,” ujarnya.

Dengan demikian, tidak hanya wilayah selatan yang berkembang, tetapi seluruh Bali dapat menikmati pertumbuhan pariwisata secara berkelanjutan.

Bubur Mengguh, Makanan Tradisional dari Bali yang Dulunya Disajikan Saat Upacara Adat

Mengembangkan Desa Wisata untuk Penyebaran Kunjungan

Selain itu, Mendra juga mengatakan salah satu solusi yang bisa diterapkan dan tengah dikembangkan adalah memperkuat konsep desa wisata.

Saat ini, Bali memiliki 240 desa wisata yang diharapkan dapat mendistribusikan arus wisatawan ke berbagai daerah di luar kawasan yang sudah padat seperti Kuta dan Seminyak.

“Desa wisata Bali sudah terbukti menjadi daya tarik wisatawan yang ingin lebih dekat dengan budaya lokal. Beberapa desa di Bali bahkan memenangkan penghargaan tingkat ASEAN dan internasional,” ungkap Mendra.

Dengan berkembangnya desa wisata, wisatawan dapat memperoleh pengalaman yang lebih autentik dengan budaya Bali, sementara masyarakat lokal juga mendapat manfaat ekonomi secara lebih langsung.

Menengok Harmoni Alam yang Berpadu Sentuhan Modern di Desa Pererenan Bali

Menemukan Keseimbangan antara Pariwisata dan Pembangunan

Dengan segala tantangan dan perubahan yang terjadi, Mendra tetap optimis bahwa Bali akan terus menjadi destinasi unggulan dunia.

Ia menegaskan pentingnya menjaga keunikan budaya Bali dan memperjuangkan regulasi yang mendukung keseimbangan antara investasi, pelestarian lingkungan, dan kesejahteraan masyarakat lokal.

“Berikan Bali sebagai otonomi khusus di dalam mengembangkan pariwisata sehingga Bali ini bisa terjaga keasliannya oleh orang Bali, bukan seperti sekarang ini di mana investor-investor asing tidak bisa kami atur karena aturan pusat,” tambahnya.

Dengan komitmen dari seluruh pemangku kepentingan, mulai dari masyarakat, pemerintah, hingga pelaku industri pariwisata, Bali diharapkan tetap menjadi mercusuar pariwisata Indonesia yang berkelanjutan, mempertahankan budayanya yang unik, serta membawa kesejahteraan bagi masyarakat lokal.

Mau Menikmati Pengalaman Baru Menjelajah Banyuwangi, Bali Barat, dan Bali Utara? Ayo Coba Paket Wisata 3B dari Kemenparekraf!

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News



Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *