
Kebijakan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, untuk menutup USAID menimbulkan kekhawatiran banyak pihak, utamanya negara-negara penerima donor.
Kebijakan ini sejalan dengan prinsip Trump, yakni America First. Slogan tersebut menekankan fokus kebijakan Amerika Serikat pada urusan nasional atau domestik.
USAID adalah lembaga Amerika Serikat yang bergerak untuk mengelola bantuan pembangunan bagi negara berkembang. Bantuan itu diberikan untuk pengembangan berbagai bidang, mulai dari pembangunan hingga kesehatan.
Indonesia merupakan salah satu negara yang menerima manfaat USAID. Lembaga ini sudah banyak “berjasa” untuk menyokong berjalannya berbagai program strategis di Indonesia.
Tahun 2024, USAID memberikan suntikan dana senilai US$153,5 juta. Jumlah ini naik dibandingkan tahun 2023, di mana saat itu Indonesia menerima bantuan sebesar US$151,6 juta.
Pada November 2024, USAID dan Kementerian Perencanaan dan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan (Bappenas) sepakat memperpanjang Kerangka Kerja Sama Pembangunan Bilateral hingga September 2026. Bahkan, melalui Kedutaan Besar dan Konsulat AS di Indonesia, terhitung mulai 2020 hingga 2024, total investasi USAID ke Indonesia menyentuh angka US$800 juta.
USAID juga sempat menyatakan komitmennya untuk mendukung pencapaian visi rencana pembangunan nasional demi mewujudkan visi Indonesia Emas 2045.
Di sisi lain, lembaga ini turut menerapkan strateginya di enam provinsi prioritas di Indonesia, yakni Banten, Jawa Timur, Nusa Tenggara Timur, Sumatra Utara, Sulawesi Selatan, dan Kalimantan Barat. USAID juga bekerja di Papua dan IKN sebagai wilayah minat khusus.
Dengan pembekuan itu, akankah ada dampak yang dirasakan Indonesia, mengingat USAID menjadi salah satu lembaga donor yang paling rajin memberikan bantuan dan pendanaan selama ini?
Apa Itu USAID dan Hubungannya dengan Proyek Kemanusiaan di Indonesia?
Dampak Penutupan USAID untuk Indonesia dan Dunia
Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Airlangga (UNAIR), Dr. Ernawaty, drg., M.Kes., menyatakan bahwa pembekuan pendanaan tersebut berdampak terhadap banyak program kesehatan dan pendidikan. Dengan berhentinya bantuan ini, penanggulangan penyakit, seperti HIV/AIDS, TBC, hingga malaria berisiko terganggu.
“Penghentian bantuan ini juga bisa memicu pemutusan hubungan kerja bagi tenaga profesional yang terlibat dalam proyek tersebut. Ini bukan hanya berdampak pada individu, tetapi juga pada stabilitas ekonomi lokal yang mengandalkan proyek-proyek tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa efek yang ditimbulkan dapat meluas ke bidang lainnya,” jelasnya dalam keterangan resmi UNAIR.
Sebagai informasi, Markas Besar USAID di Washington sudah ditutup pada Senin, (3/2/2025). Tidak hanya itu, ribuan karyawannya juga dirumahkan. Seluruh personel USAID yang berkerja di luar negeri juga diminta untuk kembali.
Namun, Erna menyebut jika saat ini Indonesia sudah memperoleh diversifikasi sumber hibah kesehatan di luar Amerika Serikat. Hal ini juga sudah dijelaskan oleh Menteri Kesehatan RI, Budi Gunadi Sadikin.
Budi mengklaim jika pihaknya sudah mendapatkan komitmen bantuan dari Australia sebesar 130 juta dolar Australia. Tidak berhenti di situ, Indonesia juga akan mencari sumber donor lain.
“Dalam hal ini, diversifikasi sumber hibah Indonesia sudah cukup beragam. Namun, perlu diperhatikan bahwa pemberian dana hibah dapat memberikan beberapa masalah yang mana kemandirian suatu negara dapat berkurang dan bantuan yang bersifat sementara ini perlu diperhatikan lagi agar Indonesia tidak bergantung sepenuhnya pada bantuan negara lain,” imbuh Erna.
Ketergantungan dana kesehatan terhadap bantuan atau pinjaman dari luar negeri sebenarnya merupakan isu yang relevan dalam konteks pembangunan kesehatan di banyak negara, termasuk Indonesia. Sementara itu, masih banyak negara berkembang yang menghadapi kendala finansial untuk menyediakan layanan kesehatan yang baik bagi masyarakatnya.
Erna menyebut perlu ada pengembangan strategi yang lebih mandiri dalam pendanaan kesehatan. Menurutnya, harus ada upaya untuk membangun kapasitas domestik dan meningkatkan pendanaan lokal agar negara dapat menyediakan layanan kesehatan yang berkelanjutan.
Di sisi lain, Kementerian Luar Negeri RI menyatakan sudah melakukan persiapan terkait dampak penutupan USAID terhadap Indonesia. Perwakilan Kemlu menyebut, kebijakan apapun yang diambil Amerika Serikat dan seluruh negara mitra Indonesia lainnya pasti dilakukan dengan pertimbangan matang dan rasa saling menghormati.
Rincian Bantuan USAID di Indonesia
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News