Posted on Leave a comment

KUBET – Nutrifood Ajak Masyarakat Cegah Obesitas dengan Kampanye #BatasiGGL dan Cermati Label Kemasan

images info

Obesitas merupakan masalah global yang mengancam kesehatan masyarakat termasuk di Indonesia. Di Indonesia dalam kurun waktu 10 tahun terjadi peningkatan obesitas yang cukup signifikan, dari 8% di tahun 2007 menjadi 21,8% di tahun 2018.

Obesitas dapat dicegah dengan menjalani pola hidup sehat sejak dini, dengan mencermati pola konsumsi Gula Garam dan Lemak (GGL), baca label kemasan pada kemasan pangan olahan dan latihan fisik secara rutin.

Oleh karenanya, bertepatan dengan Hari Obesitas Sedunia pada hari ini, Nutrifood bersama dengan Kementerian Kesehatan RI dan Badan POM mengajak masyarakat meningkatkan literasi nilai gizi pada makanan kemasan dan memahami bahan tambahan pangan pada makanan untuk cegah obesitas. 

Susana, Head of Strategic Marketing Nutrifood mengatakan, “Tahun ini Hari Obesitas Sedunia 2025 bertemakan “Changing Systems, Healthier Lives” dimana kampanye ini mengajak semua pihak untuk bersama-sama memperhatikan sistem yang memengaruhi obesitas serta mengupayakan penanggulangan obesitas.

“Sistem terkecil dalam masyarakat adalah keluarga, dimana pemahaman atau literasi terhadap nilai gizi harus dimiliki oleh para keluarga termasuk dimulai dari diri sendiri setiap anggotanya Melalui edukasi, diharapkan keluarga memiliki pemahaman terhadap kandungan nilai gizi dari makanan yang dikonsumsi termasuk kandungan Gula, Garam dan Lemak serta  Bahan Tambahan Pangan (BTP) yang digunakan,” ujarnya. 

Nutrifood sendiri telah memimpin kampanye #BatasiGGL dan mendapatkan dukungan dari Kementerian Kesehatan RI dan Badan POM RI sejak 2013, untuk memberikan edukasi mengenai pentingnya membatasi konsumsi gula, garam, lemak dan membaca label kemasan agar orang semakin banyak orang terhindar dari risiko obesitas yang bisa menyebabkan prediabetes, diabetes dan penyakit tidak menular lainnya.

Pengendalian Obesitas di Indonesia

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM), Kementerian Kesehatan RI Siti Nadia Tarmizi menekankan bahwa obesitas tidak hanya berdampak pada kesehatan secara fisik tapi juga pada masalah sosial dan ekonomi. Oleh karena itu, pemerintah sangat mendukung kolaborasi berbagai pihak dalam menanggulangi kasus obesitas di Indonesia, termasuk sektor swasta seperti Nutrifood.

“Inisiatif edukasi ini sangat penting, karena literasi gizi merupakan langkah awal dalam meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai bahaya obesitas. Selain itu, pemerintah juga telah mengambil langkah konkret, di antaranya menerbitkan Panduan Pelaksanaan Gerakan Nusantara Tekan Angka Obesitas (GENTAS) tahun 2017 dan Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) tentang Pencantuman Informasi Gula, Garam, dan Lemak di Pangan Olahan & Siap Saji,” papar Nadia.

Lebih lanjut, Nadia mengungkapkan bahwa pengendalian obesitas dapat berjalan efektif jika kebijakan pemerintah didukung oleh partisipasi dan pemberdayaan masyarakat. Oleh karena itu, masyarakat dapat memanfaatkan berbagai fasilitas yang telah disediakan pemerintah untuk mendukung gaya hidup sehat.

“Kami juga mengimbau masyarakat untuk mengikuti pola hidup sehat yang dikenal dengan konsep CERDIK, yang mencakup enam langkah, yaitu Cek kesehatan secara teratur, Enyahkan asap rokok, Rajin berolahraga, Diet seimbang dengan menerapkan konsep Isi Piringku, Istirahat yang cukup, dan Kelola stres dengan baik. Dengan menerapkan pola hidup CERDIK, masyarakat Indonesia dapat mencapai kualitas kesehatan yang lebih baik serta mengurangi risiko obesitas,” paparnya.

Baca juga Menyantap Gula Berlebihan Tidak Baik untuk Tubuh, Begini Tipsnya dari Nutrifood

Pentingnya membaca label kemasan

Dwiana Andayani, Direktur Standardisasi Pangan Olahan, Badan POM RI mengajak masyarakat untuk memahami pentingnya membaca label kemasan dengan cermat, terutama terkait kandungan gula, garam, dan lemak dalam pangan olahan. 

“Badan POM telah menetapkan regulasi yang mewajibkan pencantuman informasi nilai gizi pada kemasan produk. Masyarakat diimbau untuk selalu memperhatikan Informasi Nilai Gizi (ING) yang mencantumkan jumlah sajian per kemasan, energi total per sajian, zat gizi utama seperti lemak, lemak jenuh, protein, dan karbohidrat (termasuk gula), serta persentase Angka Kecukupan Gizi (AKG) per sajian. Selain itu, label Front-of-Pack Nutrition Labelling dan pesan kesehatan pada kemasan dapat membantu konsumen dalam memilih produk yang lebih sehat,” kata Dwiana.

Sebagaimana ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan RI, idealnya dalam sehari masyarakat dapat mengonsumsi gula tidak lebih dari 50 gram (setara 4 sendok makan), garam tidak lebih dari 5 gram (setara 1 sendok teh), dan lemak tidak lebih dari 67 gram (setara 5 sendok makan).

Sebagai upaya untuk mengetahui asupan gula, garam, dan lemak dari pangan olahan kemasan, masyarakat diajak untuk lebih cermat dalam membaca label gizi kemasan pangan olahan yang dikonsumsi, dengan memperhatikan empat informasi nilai gizi dalam label kemasan. Yaitu jumlah sajian per kemasan, energi total per sajian, zat gizi (lemak, lemak jenuh, protein, karbohidrat (termasuk gula), dan persentase AKG (Angka Kecukupan Gizi) per sajian.

“Dalam rangka upaya promotif dan preventif dalam penanggulangan Penyakit Tidak Menular (PTM), penerapan Prinsip Gizi Seimbang sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, biasakan membaca Informasi Nilai Gizi sebelum membeli produk makanan atau minuman yang sesuai dengan kebutuhan gizi kita. Cermati dan batasi konsumsi gula, garam dan lemak sehari sesuai dengan anjuran dalam pesan kesehatan,” jelas Dwiana.

Kegunaan bahan tambahan pangan 

Secara khusus mengenai bahan tambahan pangan, Direktur of Southeast Asian Food and Agricultural Science and Technology (SEAFAST) Center, IPB, Puspo Edi Giriwono menjelaskan bahwa keamanan merupakan prasyarat penggunaan bahan tambahan pangan dan bahan tersebut berfungsi menciptakan produk yang lebih sehat, praktis dan nikmat, dan juga lebih aman.

“Kajian keamanan bahan tambahan pangan dilakukan melalui analisis risiko dalam membantu menentukan batas atau dosis penggunaannya. Pendekatan kajian risiko tersebut meliputi hasil studi toksikologi yang mencakup ”Dose Response” sepanjang hidup model hewannya. Dari hasil ini kajian tersebut, dapat menentukan batasan Acceptable Daily Intake (ADI) yang dijamin keamanannya untuk konsumsi seumur hidup konsumen,” kata Puspo.

Pendekatan kajian risiko ini, lanjut Puspo merupakan pendekatan baru dalam membantu pengaturan penggunaan bahan tambahan pangan yang bisa digunakan sehingga penggunaannya tidak sia-sia, aman dan melindungi konsumen. Penggunaan BTP yang tepat dapat meningkatkan daya saing produk bagi dunia industri yang akan meningkatkan daya saing bangsa di pasar global.

Dapat disimpulkan, bahan tambahan pangan boleh digunakan dengan mengikuti aturan yang telah ditetapkan yang berlandaskan kajian ilmiah yang kokoh, sehingga aman dikonsumsi dan tidak perlu khawatir saat mengonsumsi makanan kemasan yang memiliki bahan tambahan pangan.

Baca juga Kolaborasi Nutrifood dan Media, Dorong Literasi Kesehatan untuk Masyarakat Indonesia

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News



Posted on Leave a comment

KUBET – Pakat, Makanan Tradisional Khas Mandailing yang Menjadi Takjil Andalan saat Ramadan

images info

Tahukah Kawan bahwa di daerah Mandailing, Sumatra Utara terdapat salah satu makanan tradisional yang menjadi pilihan menu takjil saat Ramadan? Makanan tradisional khas Mandailing Natal tersebut bernama pakat.

Pakat menjadi salah satu makanan tradisional yang unik dan berbeda dengan kuliner lainnya. Keunikan dari makanan tradisional tersebut terletak pada bahan dasar pembuatannya.

Lantas bagaimana penjelasan lebih lanjut terkait keunikan dari makanan tradisional pakat tersebut? Temukan jawabannya dalam ulasan artikel berikut ini.

Pakat, Makanan Tradisional yang Terbuat dari Rotan Muda

Seperti yang sudah dituliskan pada awal artikel, pakat merupakan salah satu makanan khas yang berasal dari masyarakat Mandailing. Biasanya makanan ini bisa Kawan jumpai di daerah Mandailing Natal dan Tapanuli Selatan.

Meskipun demikian, Kawan tetap bisa menjumpai makanan tradisional ini di daerah lain yang ada di Sumatra Utara. Akan tetapi, pakat hanya bisa dijumpai pada momen tertentu saja, khususnya saat Ramadan tiba.

Salah satu keunikan dari makanan tradisional ini adalah penggunaan rotan muda sebagai bahan dasar pembuatan panganan tersebut. Dilansir dari laman Mongabay, penggunaan rotan muda sebagai bahan dasar makanan berkaitan dengan kondisi tempat kuliner ini berasal.

Sebab di daerah asalnya, rotan muda menjadi salah satu tumbuhan yang banyak dijumpai di hutan. Kondisi ini membuat masyarakat setempat mulai mengolah rotan muda tersebut agar bisa menjadi makanan dan dikonsumsi.

Proses memasak pakat cukup mudah untuk dilakukan. Kawan hanya perlu mengumpulkan rotan muda yang menjadi bahan dasar pembuatan terlebih dahulu.

Rotan muda ini nantinya akan dipotong dengan ukuran tertentu. Setelah itu, rotan muda ini akan dibakar dengan menggunakan arang.

Proses pembakaran ini biasanya memakan waktu lebih kurang 30 menit. Nantinya rotan muda yang dibakar akan mengeluarkan getah berwarna putih.

Hal ini menandakan bahwa pakat sudah matang dan bisa disajikan. Rotan muda tersebut nantinya akan dikupas bagian luar untuk diambil isinya.

Isi dari rotan muda yang sudah dibakar inilah yang menjadi makanan tradisional pakat. Makanan ini bisa dikonsumsi secara langsung atau disandingkan dengan tambahan lainnya.

Secara rasa, makanan tradisional ini memiliki cita rasa pahit. Namun cita rasa ini justru diyakini bisa menambah selera dari setiap penikmatnya.

Salah Satu Menu Takjil saat Ramadan

Pakat juga menjadi salah satu kuliner musiman yang ada di daerah Sumatra Utara. Makanan tradisional ini menjadi salah satu menu takjil yang banyak dicari pada saat momen Ramadan.

Sebenarnya Kawan tetap bisa menjumpai makanan tradisional ini pada momen lain di luar Ramadan. Namun penjual pakat biasanya akan banyak bermunculan pada saat momen bulan suci bagi umat Islam tersebut.

Dilihat dari laman Halo Indonesia, anggapan pakat bisa menambah nafsu makan membuat banyak orang memburu kuliner ini sebagai menu takjil untuk berbuka puasa. Biasanya makanan ini dikonsumsi bersamaan dengan nasi dan lauk tambahan lainnya.

Cita rasa pahit yang ada dari pakat membuat makanan lainnya terasa lebih nikmat. Hal inilah yang membuat makanan tradisional ini dianggap bisa menambah nafsu makan setiap orang yang mengonsumsinya.

Tidak hanya itu, pakat juga dianggap memiliki khasiat yang bagus bagi kesehatan. Masih dari laman web yang sama, makanan tradisional ini dipercaya ampuh untuk mengobati berbagai macam penyakit, seperti diabetes, malaria, dan hipertensi.

Selain itu, pakat juga menjadi salah satu hidangan yang disajikan pada saat acara khusus yang diadakan oleh masyarakat Mandailing dan sekitarnya.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News



Posted on Leave a comment

KUBET – Industri Perhiasan Indonesia Punya Peluang Besar Topang Ekonomi Nasional

images info

Industri perhiasan Indonesia terus menunjukkan potensi besar sebagai penopang ekonomi nasional.

Selain memiliki nilai ekspor yang tinggi, sektor ini juga berkontribusi terhadap penyerapan tenaga kerja, pelestarian budaya, serta daya saing produk lokal di pasar global.

Data Kemenperin mencatat bahwa nilai ekspor barang perhiasan dan barang berharga Indonesia pada Desember 2024 mencapai USD 435 juta, meningkat 17,9 persen dibandingkan bulan sebelumnya.

Industri Perhiasan Indonesia Makin Kinclong, Jadi Primadona di Pasar AS hingga China

Peluang Besar di Pasar Ekspor

Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka (IKMA) Kemenperin, Reni Yanita, mengungkapkan bahwa industri perhiasan memainkan peran penting dalam perekonomian nasional.

“Dengan kontribusinya terhadap penyerapan tenaga kerja, peningkatan ekspor, serta pengembangan budaya dan kearifan lokal, industri ini memiliki potensi besar untuk bersaing di pasar global,” ujarnya dalam keterangan resmi pada Rabu (5/3).

Secara keseluruhan, nilai ekspor industri perhiasan sepanjang tahun 2024 tercatat USD 5,5 miliar.

“Kami memiliki optimisme yang tinggi terhadap peningkatan ekspor industri perhiasan di tahun 2025, dengan harapan kondisi perekonomian global dapat semakin membaik,” kata Reni.

Awal Mula Jayengan Kampung Permata, Surga Bagi Pencinta Perhiasan di Kota Solo

Transformasi Industri Perhiasan, Dari Tradisi ke Modernisasi

Seiring dengan perkembangan zaman, industri perhiasan mengalami perubahan yang signifikan, baik dari segi desain, teknologi, maupun perilaku konsumen. Reni menjelaskan bahwa perhiasan kini bukan hanya sekadar aksesori, tetapi juga menjadi simbol budaya, keberlanjutan, dan modernitas.

Salah satu tren yang berkembang dalam industri ini adalah penggunaan teknologi 3D printing. Teknologi ini memungkinkan produsen menciptakan perhiasan dengan desain lebih inovatif, bobot lebih ringan, serta tingkat presisi tinggi.

Selain itu, personalisasi produk sesuai dengan preferensi konsumen juga semakin diminati, terutama oleh generasi muda.

“Perhiasan tidak lagi hanya digunakan dalam acara perayaan tertentu, tetapi telah menjadi bagian dari gaya hidup sehari-hari. Oleh sebab itu, desain perhiasan terus berkembang mengikuti permintaan pasar yang mengarah pada desain yang lebih minimalis, fungsional, dan elegan,” lanjut Reni.

Industri Perhiasan Kian Mengkilap dengan Nilai Ekspor yang Makin Meningkat

Pentingnya Kolaborasi dan Ekosistem Industri

Untuk memperkuat daya saing industri perhiasan Indonesia, Kemenperin terus mendorong kolaborasi antara pelaku industri kecil dan menengah (IKM), desainer lokal, akademisi, serta pemangku kepentingan lainnya.

Salah satu upaya strategis yang dilakukan adalah dengan mendukung Jakarta International Jewellery Fair (JIJF) 2025, pameran dagang perhiasan bertaraf internasional.

Diselenggarakan oleh Asosiasi Pengusaha Emas dan Permata Indonesia (APEPI) pada 27 Februari-2 Maret 2025, pameran ini menjadi wadah bagi pelaku industri untuk memperkenalkan produk terbaru, menjalin kerja sama bisnis, serta berbagi informasi terkait tren dan inovasi dalam industri perhiasan.

Reni mengapresiasi peran APEPI dalam mendukung delapan pelaku IKM binaan Ditjen IKMA yang telah lolos seleksi untuk berpartisipasi dalam JIJF 2025.

“Hal ini menunjukkan dukungan kuat dari asosiasi sebagai upaya untuk mendorong perluasan akses pemasaran produk perhiasan dan perkembangan pelaku industri perhiasan,” ungkapnya.

Dengan nilai ekspor yang terus meningkat, adaptasi terhadap tren global, serta dukungan dari pemerintah dan asosiasi, industri perhiasan Indonesia memiliki peluang besar untuk menjadi pemain utama di kancah internasional.

Produk UMKM RI Sukses Pukau Pengunjung di Pameran Perhiasan Singapura

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News



Posted on Leave a comment

KUBET – Saat Langit Tak Lagi Biru: Letusan Toba yang Mengubah Peradaban

images info

Sekitar 74.000 tahun yang lalu, ketika Homo sapiens mulai bermigrasi dari Afrika ke Asia dan Eropa, Gunung Toba di Sumatra Utara, Indonesia, meletus dengan kekuatan dahsyat. Letusan ini menjadi salah satu bencana geologis terbesar dalam sejarah, dengan energi setara jutaan ton bahan peledak, bahkan melampaui letusan Gunung Krakatau pada 1883.

Awan panas membumbung tinggi ke stratosfer, sementara material vulkanik melesat hingga 320 km/jam, membakar segala yang dilewatinya. Abu vulkanik menyelimuti Sumatra hingga Asia Selatan, bahkan mencapai India, di mana lapisan abu setebal 15 cm mengeras seperti semen setelah terkena hujan. Gelombang tsunami akibat aktivitas seismik semakin memperburuk kehancuran.

Dampaknya terhadap ekosistem sangat parah. Hutan tropis terbakar, sungai tertutup lumpur, dan udara dipenuhi abu beracun bagi manusia serta hewan. Kelaparan melanda karena sumber makanan hilang, sementara partikel abu yang terhirup merusak paru-paru makhluk hidup.

Letusan yang Mengubah Dunia

Letusan Gunung Toba tidak hanya menjadi bencana lokal, tetapi juga peristiwa global yang mengubah wajah Bumi. Awan abu yang mencapai atmosfer menyebabkan pendinginan global, menurunkan suhu Bumi hingga 5°–9°F selama satu dekade. Hal ini berdampak luas pada ekosistem, mengganggu pola cuaca, dan hampir menyebabkan kepunahan manusia.

Abu vulkanik dari letusan ini tersebar hingga ribuan kilometer, bahkan ditemukan di lapisan es Greenland. Lebih dari 11 miliar ton asam sulfat dan 6,6 juta ton sulfur dioksida dilepaskan ke atmosfer, membentuk partikel asam yang merusak kehidupan. Partikel vulkanik ini menghalangi sinar matahari, membuat langit gelap, dan menyebabkan pendinginan ekstrem, serupa dengan efek letusan Krakatau 1883.

Penurunan suhu yang drastis membuat hutan tropis tidak layak huni, bahkan salju turun di daerah dataran tinggi yang sebelumnya hangat. Dampaknya 1.000 kali lebih besar dari “Tahun Tanpa Musim Panas” akibat letusan Gunung Tambora pada 1815, yang menyebabkan gagal panen dan kelaparan di Eropa dan Amerika Utara.

Warisan Kehancuran dan Ketahanan

Para ahli genetika dan arkeologi meyakini bahwa letusan ini menciptakan “genetic bottleneck” atau penyempitan keanekaragaman genetik manusia. Diperkirakan hanya sekitar 1.000 hingga 10.000 pasang manusia yang berhasil bertahan setelah bencana ini.

Fenomena ini didukung oleh berbagai bukti genetika, termasuk perubahan yang tercatat pada gen kutu manusia dan bakteri Helicobacter pylori, yang menunjukkan pola penyempitan genetik pada periode yang sama dengan letusan Toba. Tidak hanya manusia, spesies lain seperti harimau dan panda juga mengalami masa kritis serupa, menegaskan dampak luas bencana ini terhadap kehidupan di Bumi.

Gunung Toba memuntahkan material vulkanik dalam jumlah luar biasa, dengan dampak yang terasa hingga ribuan kilometer jauhnya. Dengan volume letusan ribuan kali lebih besar dibandingkan letusan bersejarah seperti Tambora dan Krakatau, Toba menciptakan lapisan abu yang menutupi langit, menghalangi sinar matahari, dan menyebabkan pendinginan global yang drastis.

Selama tiga tahun setelah letusan, suhu global turun rata-rata 5° hingga 9°F, dan pemulihan iklim memakan waktu lebih dari satu dekade. Dampak letusan Toba bahkan dibandingkan dengan peristiwa kepunahan massal yang memusnahkan dinosaurus 65 juta tahun lalu.

Namun, letusan ini tidak hanya meninggalkan jejak kehancuran, tetapi juga kisah ketahanan dan kelangsungan hidup. Baru pada akhir 1990-an, para ilmuwan mulai memahami skala letusan Toba melalui penelitian di bidang geologi dan genetika. Temuan ini tidak hanya mengungkap besarnya bencana, tetapi juga menunjukkan ketangguhan manusia dalam menghadapi kehancuran yang begitu luas.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News



Posted on Leave a comment

KUBET – Gatot Singkong, Kuliner Tradisional khas Gunungkidul yang Jadi Solusi di Musim Paceklik

images info

Apakah Kawan pernah mencicipi salah satu kuliner khas yang berasal dari daerah Gunungkidul, Yogyakarta, yakni gatot singkong? Kuliner yang satu ini merupakan salah satu jajanan tradisional yang bisa Kawan jumpai ketika berkunjung di daerah tersebut.

Pada saat ini, gatot singkong sudah tidak memiliki banyak peminat seperti dulunya. Padahal dulunya kuliner yang satu ini digunakan oleh masyarakat sebagai pengganti pangan lokal ketika musim paceklik tiba.

Namun Kawan masih bisa menjumpai kuliner tradisional ini di beberapa toko oleh-oleh yang ada di daerah Gunungkidul. Lantas bagaimana penjelasan lebih lanjut terkait kuliner tradisional gatot singkong tersebut?

Simak ulasan lengkap terkait makanan tradisional khas Gunungkidul tersebut dalam artikel berikut ini.

Asal Usul Gatot Singkong

Seperti yang sudah dijelaskan pada bagian sebelumnya, gatot singkong merupakan salah satu makanan tradisional yang berasal dari daerah Gunungkidul. Kuliner tradisional yang satu ini dibuat dengan menggunakan bahan dasar singkong yang difermentasi.

Tahukah Kawan bahwa penamaan gatot dalam makanan tradisional ini merupakan sebuah akronim atau singkatan? Dilansir dari laman RRI, kata gatot sendiri merupakan singkatan dari “gagal total”.

Penamaan ini merujuk pada bahan utama yang digunakan untuk membuat gatot. Makanan ini biasanya dibuat dari sisa bahan jajanan tradisional lainnya, yakni tiwul yang tidak berproses.

Sisa bahan inilah yang nantinya akan diolah dan difermentasi hingga menjadi gatot. Meskipun memiliki singkatan “gagal total”, gatot singkong tetap menjadi salah satu kuliner tradisional yang patut Kawan coba ketika berkunjung ke daerah ini.

Pengganti Pangan Pokok

Konon gatot singkong diketahui sebagai salah satu kuliner yang tercantum di dalam Serat Centhini. Jika memang demikian, maka kuliner tradisional ini sudah eksis sejak ribuan tahun silam.

Namun ada juga sumber lain yang menyebutkan bahwa gatot singkong ditemukan setelah kemerdekaan Indonesia. Masih dari laman RRI, pada awal kemerdekaan terjadi krisis pangan di beberapa daerah Indonesia, termasuk di Gunungkidul.

Krisis pangan ini tentu menyulitkan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan utama mereka. Apalagi kondisi daerah Gunungkidul yang tandus dan krisis air makin memperparah situasi tersebut.

Hal inilah yang kemudian memunculkan inisiatif masyarakat untuk mengganti makanan pokok mereka. Alih-alih membuka sawah yang membutuhkan banyak air, masyarakat lebih memilih singkong sebagai pangan pokok utama.

Kondisi ini kemudian membuat Gunungkidul dikenal sebagai daerah dengan ketersediaan singkong yang banyak. Ketersediaan bahan baku inilah yang kemudian membuat masyarakat mengolah singkong tersebut hingga menjadi gatot.

Umumnya gatot singkong dikonsumsi sebagai pengganti makanan pokok yang lazim dijumpai di Indonesia, yakni nasi. Terkadang masyarakat juga mengonsumsi makanan tradisional ini sebagai kudapan sehari-hari.

Kaya akan Kandungan Gizi

Meskipun terlihat sederhana, sebenarnya gatot singkong memiliki kandungan gizi yang mumpuni. Hal ini tentu bisa mendatangkan manfaat bagi setiap orang yang mengonsumsi makanan tradisional tersebut.

Dikutip dari laman AgroMedia, gatot singkong menjadi salah satu makanan yang kaya akan serat. Kandungan gizi ini didapatkan dari singkong yang menjadi bahan baku pembuatan makanan tersebut.

Kandungan serat ini nantinya akan berguna untuk menjaga kondisi tubuh. Misalnya makanan dengan kandungan serat bisa membantu memperlancar proses pencernaan dari setiap orang yang dikonsumsinya.

Selain serat, gatot singkong juga diketahui memiliki kandungan gizi lainnya, yakni asam amino. Adanya kandungan gizi ini tentu tidak sekadar menghadirkan kenikmatan ketika mengonsumsi makanan tersebut, tetapi juga manfaat lain bagi setiap penikmatnya.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News



Posted on Leave a comment

KUBET – Merek Keuangan ASEAN Bersinar di Global Top 500 Tahun 2025

images info

Sepuluh merek dari ASEAN berhasil masuk dalam daftar Brand Finance Global 500 tahun 2025, dengan DBS Bank mencuri perhatian sebagai merek perbankan paling bernilai di kawasan.

Bank asal Singapura ini mencatat peningkatan nilai merek sebesar 56% menjadi USD 17,2 miliar, didorong oleh pendapatan bunga bersih yang kuat, biaya kartu kredit, serta kinerja luar biasa dalam manajemen kekayaan dan pinjaman.

DBS Bank melonjak 71 peringkat ke posisi 122 dunia, sekaligus mempertahankan peringkat kekuatan merek AAA. Dominasi Singapura dalam daftar ini semakin terlihat dengan kehadiran empat dari sepuluh merek ASEAN teratas, sementara enam lainnya berasal dari Malaysia, Indonesia, Thailand, dan Vietnam.

Merek Singapura Perkuat Posisi di ASEAN dan Global

Selain DBS, beberapa merek terkemuka asal Singapura juga mencetak pencapaian penting dalam Brand Finance Global 500 tahun 2025.

OCBC Bank mengalami peningkatan nilai merek sebesar 28% menjadi USD 6,4 miliar, naik 109 peringkat ke posisi 374 dunia. Pertumbuhan ini didorong oleh peningkatan pendapatan bunga bersih dan ekspansi di pasar utama seperti Malaysia, Indonesia, dan China.

UOB juga menunjukkan kinerja solid dengan peningkatan nilai merek 9% menjadi USD 6,1 miliar. Akuisisi bisnis perbankan konsumen Citigroup memperkuat kehadiran UOB di Malaysia, Indonesia, Thailand, dan Vietnam.

Marina Bay Sands tetap menjadi ikon global, menempati peringkat keempat merek terkuat di dunia dengan skor Brand Strength Index (BSI) 94 dari 100 serta peringkat AAA+. Di sektor pariwisata, Marina Bay Sands terus menjadi daya tarik utama bagi Singapura, menarik jutaan wisatawan setiap tahunnya.

Merek ASEAN Perluas Dominasi di Berbagai Sektor

Maybank Malaysia kembali masuk dalam daftar Brand Finance Global 500 setelah absen sejak 2019, dengan nilai mereknya melonjak 52% menjadi USD 5,2 miliar. Pertumbuhan ini didorong oleh strategi digital dan fokus pada pelanggan.

Dari Indonesia, Bank Mandiri masuk dalam daftar sebagai pendatang baru, dengan nilai mereknya meningkat 52% menjadi USD 5,6 miliar, berkat kinerja yang kuat dalam investasi, perbankan syariah, dan pertumbuhan finansial. Sementara itu, BRI mencatatkan peningkatan nilai merek sebesar 36% menjadi USD 7,3 miliar, naik 123 peringkat ke posisi 323 dunia.

Tren lain yang patut dicatat dalam daftar ini adalah kekuatan sektor energi ASEAN yang terus bertahan, meskipun ada tantangan global. PETRONAS Malaysia mencatatkan nilai merek sebesar USD 14,4 miliar, meskipun mengalami penurunan 1%, sementara PTT Thailand naik 11% menjadi USD 9,2 miliar.

Satu-satunya merek Vietnam dalam daftar ini, Viettel, mengalami penurunan 29% dalam nilai mereknya menjadi USD 6,4 miliar, meskipun skor kekuatan mereknya sedikit meningkat, yang mencerminkan tantangan dalam pertumbuhan pendapatan.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News



Posted on Leave a comment

KUBET – Daftar Negara dengan Internet Tercepat dan Terlambat di Dunia 2025

images info

nternet terus berkembang pesat, menghubungkan 5,52 miliar orang di seluruh dunia—sekitar 67,5% dari populasi global. Perannya kini semakin tak tergantikan dalam komunikasi, bisnis, dan akses informasi.

Internet seluler menjadi pendorong utama revolusi digital ini, memungkinkan lebih dari separuh populasi dunia tetap terhubung melalui smartphone. Meskipun kecepatan internet seluler terus meningkat, kesenjangan kualitas koneksi masih nyata, dengan beberapa negara unggul sementara yang lain tertinggal. Tren ini terus membentuk ekonomi global dan dinamika sosial.

Perbedaan kecepatan internet antarnegara tetap signifikan, dengan Timur Tengah dan Asia memimpin dalam koneksi tercepat. Peringkat ini lebih dari sekadar angka—ia mencerminkan kualitas layanan, kemajuan teknologi, dan pengalaman pengguna dalam mengakses internet secara global.

Berdasarkan data Global Relocate, berikut daftar negara dengan kecepatan internet tercepat dan terlambat di dunia.

10 Negara dengan Kecepatan Internet Tercepat di Dunia

Negara Kecepatan Internet (Mbps)
Qatar 286,42
Uni Emirat Arab 284,21
Kuwait 216,96
Korea Selatan 173,95
Denmark 157,94
China 144,85
Norwegia 141,40
Islandia 136,91
Belanda 134,15
Arab Saudi 125,19

Menurut Global Relocate, Qatar memiliki internet tercepat di dunia dengan rata-rata 286,42 Mbps, berkat investasi besar dalam infrastruktur telekomunikasi dan pengembangan 5G.

Arab Saudi menutup daftar 10 besar dengan kecepatan 125,19 Mbps, sejalan dengan ambisi digitalnya dalam Visi 2030.

10 Negara dengan Kecepatan Internet Terlambat di Dunia

Negara Kecepatan Internet (Mbps)
Timor-Leste 3,34
Kuba 3,84
Afghanistan 5,07
Sudan 7,50
Tajikistan 8,14
Haiti 8,38
Yaman 8,87
Bolivia 9,92
Venezuela 11,43
Belarus 11,86

Di sisi lain, beberapa negara masih menghadapi kecepatan internet yang sangat lambat akibat terbatasnya infrastruktur, tantangan ekonomi, atau konflik yang sedang berlangsung. Timor-Leste memiliki internet paling lambat di dunia, disusul oleh Kuba dan Afghanistan, yang semuanya mengalami hambatan besar dalam pengembangan telekomunikasi.

Negara lain dalam daftar ini termasuk Sudan, Tajikistan, Haiti, Yaman, Bolivia, dan Venezuela. Faktor seperti kemiskinan, konflik, dan bencana alam telah menghambat pertumbuhan infrastruktur digital di negara-negara tersebut.

Sementara itu, Belarus menutup daftar ini, di mana kontrol ketat pemerintah terhadap layanan telekomunikasi turut membatasi kecepatan internet di negara tersebut.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News



Posted on Leave a comment

KUBET – Thailand Terapkan Aturan Baru untuk Wisatawan, Berlaku Mulai 1 Mei

images info

Mulai 1 Mei 2025, Thailand akan menerapkan kebijakan baru yang mewajibkan seluruh wisatawan internasional untuk mengisi formulir digital TM6 sebelum memasuki negara tersebut.

Aturan ini berlaku bagi pelancong yang tiba melalui udara, darat, maupun laut, dengan pengecualian hanya bagi pemegang paspor Thailand. Formulir TM6, yang akan segera tersedia secara online, dapat diakses gratis.

Menurut Mongkon Wimonrat, Wakil Sekretaris Tetap Kementerian Pariwisata dan Olahraga Thailand, formulir ini wajib diisi oleh semua wisatawan non-Thailand, termasuk pemegang visa turis, visa jangka panjang, serta mereka yang masuk dengan program bebas visa. Formulir ini akan mengumpulkan informasi detail wisatawan, termasuk alamat tujuan mereka di Thailand.

Aturan ini berlaku tanpa pengecualian, termasuk bagi pemegang izin re-entry dan wisatawan dari 93 negara yang sebelumnya dapat tinggal hingga 60 hari tanpa dokumen tambahan. Semua pelancong non-Thailand wajib mematuhi ketentuan ini sebagai bagian dari prosedur masuk terbaru Thailand.

TM6 Kembali dengan Versi Digital

Sebelumnya, formulir TM6 digunakan dalam format fisik, tetapi dihentikan pada Juli 2022 untuk meningkatkan daya tarik Thailand bagi wisatawan internasional.

Sebelumnya, formulir ini diberikan kepada penumpang sebelum kedatangan di Thailand, namun sering kali diisi terburu-buru, sehingga menyulitkan petugas imigrasi dalam membaca informasi. Selain itu, data dari formulir fisik tidak terintegrasi dalam sistem imigrasi, sehingga kurang efisien.

Kini, TM6 kembali dalam format digital, menggantikan sistem manual yang memakan waktu. Dengan pengisian secara online sebelum perjalanan, proses masuk ke Thailand diharapkan menjadi lebih efisien dan terintegrasi dengan prosedur imigrasi.

Meningkatkan Sistem Pemantauan Wisatawan

Kebijakan baru ini bertujuan untuk memantau keberadaan wisatawan asing, mempercepat proses kedatangan, serta menyediakan data alamat yang dapat digunakan dalam keadaan darurat. Wisatawan yang tidak memperbarui alamat mereka di Thailand berpotensi menghadapi sanksi, meskipun aturan ini masih dalam pembahasan.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News



Posted on Leave a comment

KUBET – Macet Parah! Kota-Kota dengan Lalu Lintas Terburuk di Asia Tenggara 2024

images info

Kemacetan lalu lintas telah menjadi tantangan utama di banyak kota besar, memengaruhi mobilitas, produktivitas, dan kualitas hidup penduduk. Pertumbuhan populasi, peningkatan jumlah kendaraan, dan infrastruktur yang kesulitan mengikuti perkembangan adalah faktor utama yang memperburuk kondisi lalu lintas.

Laporan terbaru dari TomTom Traffic Index memberikan wawasan tentang kondisi lalu lintas di 500 kota di 62 negara. Menggunakan Floating Car Data (FCD), indeks ini menawarkan analisis mendalam tentang waktu perjalanan rata-rata dan tingkat kemacetan di berbagai kota sepanjang tahun 2024.

Studi ini mempertimbangkan dua faktor utama yang memengaruhi waktu perjalanan: faktor statis seperti infrastruktur jalan dan batas kecepatan, serta faktor dinamis seperti kemacetan, pemeliharaan jalan, dan kondisi cuaca.

Dengan memproses data dari lebih dari 737 miliar kilometer perjalanan, laporan ini memberikan gambaran tentang bagaimana kemacetan berkembang di kota-kota di seluruh dunia.

Alih-alih mencakup semua kota dalam daftar, analisis ini fokus pada Asia Tenggara. Berikut adalah peringkat Kota dengan Kemacetan Terburuk di Asia Tenggara (TomTom Traffic Index 2024):

Peringkat Kota Negara Waktu Tempuh Rata-rata per 10 km
1 Davao City Filipina 32 menit 59 detik
2 Bandung Indonesia 32 menit 37 detik
3 Manila Filipina 32 menit 10 detik
4 Medan Indonesia 32 menit 3 detik
5 Caloocan Filipina 30 menit 44 detik
6 Ha Noi Vietnam 30 menit 28 detik
7 Ho Chi Minh Vietnam 30 menit 14 detik
8 Palembang Indonesia 27 menit 55 detik
9 Surabaya Indonesia 26 menit 59 detik
10 George Town Malaysia 26 menit 36 detik
11 Jakarta Indonesia 25 menit 31 detik
12 Hat Yai Thailand 24 menit 12 detik
13 Chiang Mai Thailand 23 menit 31 detik
14 Kota Bharu Malaysia 22 menit 30 detik
15 Khon Kaen Thailand 22 menit 19 detik
16 Bangkok Thailand 21 menit 51 detik
17 Ipoh Malaysia 21 menit 48 detik
18 Nakhon Ratchasima Thailand 20 menit 57 detik
19 Singapura Singapura 20 menit 16 detik
20 Johor Bahru Malaysia 19 menit 58 detik
21 Kuala Lumpur Malaysia 17 menit 26 detik
22 Seberang Perai Malaysia 14 menit 30 detik
23 Da Nang Vietnam 14 menit 7 detik
24 Klang Malaysia 13 menit 9 detik
25 Kajang Malaysia 12 menit 33 detik

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News



Posted on Leave a comment

KUBET – Durasi Puasa di Indonesia Cenderung Pendek, tapi Kenapa Negara Dekat Kutub Justru Sangat Lama?

images info

Kawan GNFI, puasa Ramadan di Indonesia umumnya berdurasi tidak terlalu panjang, yakni 12,5 jam hingga 13 jam saja per harinya. Namun, tahukah Kawan, kenapa waktu puasa Indonesia cenderung pendek dan sama setiap tahunnya?

Durasi puasa di Indonesia tergolong pendek dan cepat karena letak Indonesia yang berada di garis khatulistiwa. Negara yang terletak di garis khatulistiwa sangat lumrah memiliki waktu atau panjang puasa yang stabil tiap tahunnya.

Garis lintang menentukan waktu terbit dan terbenamnya matahari. Indonesia berada di antara 6° LU-11° LS yang membuat Indonesia menjadi negara tropis. Garis lintang Indonesia ini termasuk rendah. Hal ini mengakibatkan Indonesia memiliki suhu panas dan curah hujan yang tinggi sepanjang tahun.

Berbeda dengan Indonesia yang memiliki waktu puasa pendek, Nuuk, sebuah kota di Greenland yang dekat dengan Kutub Utara justru memiliki durasi puasa yang sangat panjang. Tahun 2025, Nuuk memiliki durasi puasa terpanjang hingga 16 jam 26 menit!

Nuuk memiliki garis lintang antara 64°10′ LU. Kota ini berada di garis lintang tinggi. Semakin tinggi garis lintang, semakin dingin suhu wilayahnya. Nah, uniknya, Nuuk juga didapuk sebagai ibu kota paling utara di dunia, di mana suhu dinginnya juga cukup ekstrem karena dekat dengan wilayah kutub.

Saat musim panas, wilayah di area dekat Kutub Utara akan mengalami siang yang lebih lama. Sebaliknya, saat musim dingin, siang akan menjadi lebih pendek.

Kawan GNFI, perbedaan durasi puasa ini disebabkan oleh rotasi bumi dan kemiringan sumbu bumi pada bidang orbitnya. Menukil dari sos-jordan.org, semakin dekat dengan Kutub Utara, maka waktu puasanya akan semakin panjang.

Mengulik Alasan Mengapa Awal Ramadan di Indonesia dan Arab Saudi Sering Tak Sama

Bagaimana Puasa di Negara dengan Durasi Waktu yang Sangat Panjang?

Bagi Indonesia yang berada di ‘lingkar’ khatulistiwa, durasi puasa bukan menjadi masalah serius. Masyarakat selalu berpuasa dalam kurun waktu yang sama setiap tahunnya.

Namun, negara-negara Arktik, seperti Greenland, Islandia, Alaska, hingga Norwegia yang berada di dekat Kutub Utara memiliki kesenjangan waktu antara siang dan malam yang besar.

Saat musim panas, matahari di lingkar utara nyaris tidak pernah tenggelam. Bahkan, Muslim Greenland pernah berpuasa hingga 20 jam pada edisi Ramadan tahun 2021 silam.

Melansir dari metrouniv.ac.id milik IAIN Metro Lampung, negara-negara di area utara memang memiliki rata-rata waktu puasa di atas 15 jam. Lalu, apakah mereka harus selalu berpuasa dalam durasi yang sangat panjang setiap hari?

Jawabannya, tidak. Masyarakat Arktik diperbolehkan mengikuti jam salat dan puasa yang berlaku di negara yang dekat dengan mereka. Artinya, mereka bisa menyesuaikan dengan jam waktu salat, sahur, dan berbuka dari negara yang memiliki ‘keseimbangan’ waktu antara malam dan siang hari.

Selain itu, mereka juga dapat menyesuaikan kadar waktu puasanya dengan Makkah atau Madinah. Apabila Makkah atau Madinah sudah berbuka, maka mereka juga diperbolehkan untuk berbuka.

Namun, dijelaskan juga bahwa masyarakat tetap diperbolehkan untuk berpuasa dengan mengikuti jam waktu yang sesuai di negaranya, meskipun harus berpuasa hingga lebih dari 15 jam, atau bahkan 22 jam.

Keren! Prestasi Gemilang Putri Handayani, Taklukkan Puncak Gunung Vinson di Antartika

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News