Posted on Leave a comment

KUBET – Kisah Ponpes Jamsaren, Dukung Perang Diponegoro Lawan Kompeni sampai Vakum 50 Tahun

Kisah Ponpes Jamsaren, Dukung Perang Diponegoro Lawan Kompeni sampai Vakum 50 Tahun

images info

Pondok Pesantren (Ponpes) Jamsaren diklaim sebagai ponpes tertua yang ada di Indonesia. Klaim ini ada benarnya, karena ponpes yang berlokasi di Jalan Veteran 263 Serengan Solo ini sudah berdiri sekitar tahun 1750.

Dimuat dari NU Online, Ponpes ini berdiri pada masa pemerintahan Pakubuwono IV. Ketika itu, Raja Solo ini mendatangkan para ulama di antaranya Kiai Jamsari (Banyumas), Kiai Hasan Gabudan dan lain sebagainya. 

Pesantren Ramadan On Air Kemenag, Program Ramadan Produktif Melalui Ngaji Pasaran dalam Jaringan

PB IV memanggil para ulama itu karena resah dengan dengan maraknya adat istiadat jahiliyah, aliran animisme, dan maksiat, di Surakarta. Ternyata kehadiran ulama itu membuat dakwa Islam di Surakarta bisa lebih diterima.

“Dengan hadirnya ponpes, kehidupan masyarakat Kota Solo menjadi lebih sejahtera dan aman.”

Sempat vakum

Ponpes yang diambil dari nama kediaman Kiai Jamsari sering disinggahi oleh ulama dah tokoh-tokoh besar. Bahkan pada 1825, Ponpes ini mengirimkan para santri untuk berperang melawan kolonial Belanda.

Saat itu, pecah perang melawan Belanda yang dimotori Pangeran Diponegoro dan PB VI. Selama lima tahun berperang, penjajah Belanda kewalahan menghadapi militansi pasukan Pangeran Diponegoro dan PB VI.

Belanda melancarkan serangkaian tipu muslihat dan selanjutnya berhasil menjebak Pangeran Diponegoro.  Mereka yang sebelumnya membantu perjuangan Pangeran Diponegoro diburu. Termasuk PB VI, dan Kiai Jamsari II, serta santri Ponpes Jamsaren.

Enam Istilah Populer Pesantren yang Bikin Santri Semakin 'Nyambung'

Hingga akhirnya, Kiai Jamsari II dan para santri hilang, tidak jelas rimbanya. Hal tersebut menyebabkan eksistensi Ponpes Jamsaren vakum selama 50 tahun. 

“Dahulu di sini, Ponpes Jamsaren terdapat sawo kecik (penanda dukungan perjuangan Pangeran Diponegoro). Pohonnya besar. Seiring perkembangan zaman, dan di ponpes juga dipakai sekolah, akhirnya sama bapak saya (Kiai Ali Darokah), pohonya ditebang,” ujar Chusniatun, putri ke-8 Kiai Ali Darokah yang dimuat Radar Solo.

Hidup kembali

Setelah 50 tahun kosong, seorang kiai yang masih keturunan pembantu Pangeran Diponegoro, Kiai H Idris membangun kembali surau, yang kemudian menjadi pesantren tersebut. Bangunan pondok dibuat lebih lengkap dan diperluas dari kondisi semula. 

Dirinya menghidupkan kembali aktivitas di Ponpes Jamsaren dengan mengajarkan kitab-kitab Islam berbahasa Arab yang diterjemahkan ke bahasa Jawa pegon (bahasa Jawa yang disesuaikan dengan susunan bahasa Arab). Cara pengajiannya yakni sorogan atau santri maju satu per satu, ada pula berkelompok.

Semua kiai Ponpes Jamsaren hidup mandiri. Tidak digaji pemerintah maupun instansi lainnya, sedangkan para santri membawa bekal masing-masing dari rumah. Memasak serta mencuci sendiri. Tidak ada pungutan iuran kepada santri.

Tradisi Roan Akbar, Kerja Bakti Menyambut Ramadan di Pesantren

Seiring perkembangan zaman, pada 1913, pengajian cara sorog diganti dengan sistem kelas dibimbing qori atau mualim. Bersamaan dengan itu, PB X mendirikan madrasah di selatan Masjid Agung Surakarta diberi nama Madrasah Mambul Ulum.

“Kiai Idris dipercaya sebagai wedana guru di Mambaul Ulum itu. Setiap pagi, santri Ponpes Jamsaren bersekolah ke Mambul Ulum, lalu pulang ke ponpes untuk melanjutkan mengaji sampai sore, malam, dan pagi,” ujar Yus, sapaan akrab Chusniatun.

Dalam perkembangannya, pada tahun 1923 M, KH. Idris wafat (dimakamkan di pajang Makam Haji) kemudian diganti oleh KH. Abu Amar (Kyai Jamsari/Kyai Ngabei projowijoto). Pada tahun 1965 KH.’Abu Umar wafat. Beliau digantikan oleh putranya, yang salah satunya di ganti oleh KH. Ali Darokah sebagai ketua.

Beberapa nama besar pernah lahir dari pondok ini, di antaranya Munawir Sazali (mantan Menteri Agama RI) dan Miftah Farid (Ketua MUI Jabar). Dalam perkembangannya, Pondok Pesantren Jamsaren kemudian bekerja sama dengan Yayasan Perguruan Al-Islam Surakarta.

Sumber:

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News



Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *