
Legenda Nenek Luhu merupakan cerita rakyat dan mitos yang berkembang di tengah masyarakat Maluku. Menurut kisahnya, Nenek Luhu diyakini sebagai roh halus yang suka mencuri anak kecil yang ada di sana.
Lantas bagaimana cerita lengkap dari legenda Nenek Luhu dari daerah Maluku tersebut?
Legenda Nenek Luhu
Dilihat dari buku Irwan Rouf dan Shenia Ananda yang berjudul Rangkuman 100 Cerita Rakyat Indonesia: dari Sabang sampai Merauke, pada zaman dahulu di Maluku terdapat sebuah daerah yang kaya akan hasil cengkehnya. Daerah tersebut dikenal dengan nama Negeri Luhu.
Daerah ini dipimpin oleh seorang raja bernama Raja Gimelaha Luhu Tuban. Sang raja juga dikenal dengan nama Raja Luhu oleh masyarakatnya.
Sang raja diketahui memiliki tiga orang anak yang terdiri dari dua orang putra dan satu orang putri. Dua orang putra Raja Luhu bernama Sabadin Luh dan Kasim Luhu.
Sementara itu sang putri bernama Ta Ina Luhu. Mereka hidup bersama di bawah kepemimpinan Raja Luhu yang arif dan bijaksana.
Pada saat pasukan Belanda datang ke Maluku, Negeri Luhu menjadi salah satu daerah yang menjadi sasaran oleh para penjajah. Namun Raja Luhu bersama pasukannya menyambut penjajah dengan perlawanan.
Namun sayang perlawanan masyarakat Negeri Luhu berakhir dengan kekalahan. Raja Luhu beserta keluarga dan seluruh rakyatnya meninggal dunia akibat pertempuran tersebut.
Satu-satunya yang selamat dari serangan ini adalah sang putri Ta Ina Luhu. Meskipun demikian, dirinya ditangkap untuk dijadikan istri panglima perang Belanda.
Sang putri kemudian dibawa ke Ambon untuk dinikahkan. Akan tetapi pada malam hari, Ta Ina Luhu berhasil melarikan diri dari tangkapan pasukan Belanda.
Dalam pelariannya, Ta Ina Luhu sampai ke sebuah negeri bernama Negeri Soya. Kedatangan sang putri di sana kemudian disambut oleh Raja Soya.
Ta Ina Luhu kemudian dianggap sebagai bagian dari keluarga istana. Dirinya tinggal berbulan-bulan di negeri tersebut.
Setelah beberapa bulan berlalu, Ta Ina Luhu menyadari bahwa dirinya tengah hamil. Sang putri kemudian berniat untuk meninggalkan Negeri Soya dengan diam-diam akibat kondisi yang dia alami.
Keesokan harinya, sang putri mengendap-ngendap keluar istana saat kondisi sepi. Dirinya berjalan ke arah pintu belakang istana dan mengambil kuda raja untuk melarikan diri.
Ta Ina Luhu pergi ke sebuah gunung yang tidak jauh dari negeri tersebut. Di tengah perjalanan, dia memutuskan untuk beristirahat di bawah pohon rindang.
Pada saat beristirahat, sang putri mendengar sebuah nama yang memanggil namanya. Ternyata Raja Soya sudah mengutus pasukannya untuk mencari sang putri.
Pasukan Raja Soya kemudian sampai di pohon tempat Ta Ina Luhu beristirahat. Namun sayang sang putri ternyata sudah meninggalkan tempat tersebut.
Sejak saat itu pasukan Raja Soya memberi nama tempat tersebut sebagai Puncak Gunung Nona. Di tempat lain, Ta Ina Luhu kembali beristirahat di sebuah mata air yang tidak jauh dari sana.
Setelah beristirahat sebentar, sang putri berniat kembali ke Puncak Gunung Nona lewat jalan yang berbeda. Namun di tengah perjalanan, sang putri ternyata bertemu dengan pasukan Raja Soya.
Salah satu pasukan Raja Soya kemudian menarik tangan sang putri. Namun secara ajaib Ta Ina Luhu tiba-tiba menghilang begitu saja.
Sejak saat itu muncul sebuah mitos di daerah Maluku jika hujan turun bersamaan dengan cuaca panas, maka akan sering terjadi anak-anak hilang. Anak-anak tersebut dipercaya akan dicuri oleh roh halus jelmaan Ta Ina Luhu.
Oleh masyarakat setempat, roh halus tersebut kemudian diberi nama Nenek Luhu.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News