
Permainan tradisional tidak hanya ditujukan untuk anak-anak bersenang-senang. Bagi orang tua, permainan tradisional menjadi salah satu terapi untuk sejenak melepaskan beban dan rutinitas harian.
Hal ini sesuai definisi yang diungkapkan Kurniawan (2019) bahwa permainan tradisonal merupakan bentuk pengetahuan masyarakat secara turun temurun dan mempunyai beragam fungsi yang pada prinsipnya permainan dapat dilakukan oleh siapapun, anak maupun dewasa.
Memang, ada keseruan yang dirasakan di dalamnya saat orang dewasa bermain. Akan tetapi, yang lebih penting, permainan tradisional menjadi media bagi orang tua untuk merawat ingatan di masa lalu.
“Dari sisi anak-anak bermanfaat bagi tumbuh kembang, menyenangkan secara kejiwaan; bagi orang dewasa itu nostalgia,” ungkap Achmad Irfandi, penggagas Kampung Lali Gadget (KLG) Sidoarjo.
Selain menghadirkan kenangan-kenangan masa kecil, nostalgia lewat permainan tradisional juga bermanfaat bagi khazanah kebudayaan Indonesia. Sebab, permainan tradisional merupakan salah satu kekayaan budaya Indonesia.
Oleh karena itu, arsip dan ingatan yang berserakan mengenai permainan tradisional perlu untuk dikumpulkan lewat para orang tua.
Hidup di Dunia Sejatinya Hanya Bermain: Jadi, Ayo Main di Luar Rumah!
Di Kampung Lali Gadget misalnya, sebuah kampung yang menghadirkan beragam permainan tradisional untuk anak-anak agar mereka dapat melepaskan gadget, ternyata juga menarik minat orang dewasa. Mereka di sana tidak hanya sekadar bermain, tetapi juga turut andil menginformasikan dan membetulkan peraturan-peraturan permainan yang berlaku sejak zaman dahulu.
“KLG itu yang hadir mulai usia 2 tahun hingga lansia. Jadi kalau ada pengunjung usia di atas 50 kami senang minta ampun karena mereka berbagi permainan tradisional, sehingga jadi data kami tentang permainan tradiisonal. Di tempat kami bagi mereka nostalgia,” imbuh Achmad Irfandi.
Cerita Unik dari KLG: Lepas dari Gadget, Anak Keasyikan dengan Permainan Tradisional
Orang Tua yang Terus Belajar dan Mengajar Anaknya
Achmad Irfandi sadar bahwa keberhasilan anak mengurangi paparan layar gawai bukan semata-semata disebabkan oleh Kampung Lali Gadget dan permainan tradisional itu sendiri. Orang tua lah yang justru memiliki peran paling besar dalam proses melepaskan anak dari gadget.
Oleh karena itu, kegiatan di Kampung Lali Gadget tidak hanya menyasar anak-anak, tetapi juga para orang tua. Sebab, orang tua adalah pendidikan awal dan garda terdepan dalam memantau aktivitas anak-anak.
“Kami juga mengadakan kegiatan parenting, di acara-acara tertentu. Jadi ibu-ibu bisa daftar di kita gratis juga. Yang paling pentingnya supaya tidak terlalu terpaku oleh gadget, kami juga sekaligus mengedukasi para ibu-ibu,” ungkap Gista, salah satu tim KLG, sebagaimana dikutip dari Kominfo Jatim.
Gerakan 100 Komunitas Bermain Tanpa Gadget oleh GNFI X KLG, Pertemukan Komunitas Demi Anak Indonesia
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News