Posted on Leave a comment

KUBET – #SaveRajaAmpat, Ini Alasan Ekosistem Raja Ampat Patut Dilindungi

#SaveRajaAmpat, Ini Alasan Ekosistem Raja Ampat Patut Dilindungi

images info

Raja Ampat, gugusan pulau di Papua Barat, telah dinobatkan oleh New York Times sebagai salah satu dari “52 Places to Go in 2025”.

Destinasi ini dipuji sebagai rumah bagi ekosistem laut paling beragam di dunia, terutama sebagai jantung Segitiga Terumbu Karang (Coral Triangle).

Namun, ancaman pertambangan nikel kini membayangi kelestariannya, memicu gerakan #SaveRajaAmpat di media sosial.  

Keajaiban Biodiversitas Raja Ampat

Raja Ampat bukan sekadar destinasi wisata, melainkan laboratorium hidup bagi keanekaragaman hayati. Kawasan ini mencakup Pulau Waigeo, Batanta, Salawati, dan Misool, yang menyimpan kekayaan alam tak ternilai.  

Baca juga Raja Ampat Masuk dalam Destinasi Terbaik Dunia untuk 2025 Versi National Geographic, Ini Daya Tariknya! 

Biota Laut Endemik yang Unik

  • Hiu karpet (Hemiscylliumfreycineti): Spesies hiu kecil yang hanya ditemukan di perairan Raja Ampat.
  • Manta ray (Mobulaalfredi): Raja Ampat menjadi salah satu tempat terbaik di dunia untuk melihat pari manta.
  • Ikan endemik seperti Pseudanthias raja: Ikan karang warna-warni yang hanya hidup di perairan ini.
  • Terumbu karang dengan 75% spesies karang dunia: Termasuk Acropora spp. dan Montipora spp. yang membentuk taman bawah laut.  

Flora Endemik yang Langka  

  • Anggrek hitam (Coelogynepandurata): Spesies langka yang tumbuh di hutan Waigeo.
  • Pohon sagu endemik: Sumber pangan penting bagi masyarakat lokal.
  • Mangrove raksasa (Rhizophoraspp.): Melindungi pesisir dari abrasi sekaligus menjadi habitat ikan juvenil.  

Satwa Darat Asli Papua

  • Cendrawasih merah (Paradisaearubra): Burung surga ikonis Papua yang hampir punah.
  • Kuskus Waigeo (Spilocuscuspapuensis): Marsupial endemik yang hanya ada di Pulau Waigeo.
  • Kakatua raja (Proboscigeraterrimus): Burung paruh besar yang dilindungi.  

Ancaman Tambang Nikel dan Dampaknya

Meski telah ditetapkan sebagai UNESCO Global Geopark, Raja Ampat kini terancam oleh rencana pertambangan nikel.

Greenpeace memperingatkan bahwa eksploitasi tambang dapat merusak terumbu karang akibat sedimentasi dan polusi limbah tambang, mengancam habitat biota endemik, serta mengganggu pariwisata berkelanjutan yang menjadi sumber ekonomi bagi masyarakat lokal.  

Tagar #SaveRajaAmpat lantas menggaung di media sosial sebagai bentuk protes terhadap izin pertambangan. New York Times sendiri menyebut Raja Ampat sebagai “The Last Paradise on Earth” yang harus dijaga, bukan dieksploitasi.  

Baca juga Kawasan Geopark Raja Ampat Resmi Ditetapkan sebagai Warisan Dunia UNESCO

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *