Posted on Leave a comment

KUBET – Ketahanan Pangan Nasional Terancam Akibat Naiknya Suhu Bumi, Begini Solusinya

Ketahanan Pangan Nasional Terancam Akibat Naiknya Suhu Bumi, Begini Solusinya

images info

Sektor pertanian menghadapi ancaman serius akibat perubahan iklim yang signifikan. Kenaikan suhu bumi yang semakin mengkhawatirkan menimbulkan risiko di bidang pangan.

Tahun 2024, Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) merilis sebuah data yang menunjukkan bahwa di tahun tersebut, terdapat kenaikan suhu global hingga 1,5 derajat celcius. Bahkan, tahun 2024 dinobatkan sebagai tahun terpanas selama satu dekade terakhir.

Satu tahun sebelumnya, Copernicus Climate Change System Service (C3S) ikut mencatatkan rekor suhu global di tahun 2023 yang mencapai 1,48 derajat celcius. Perubahan ekstrem ini disebabkan oleh manusia dan diperparah oleh fenomena El Nino.

Kondisi ini dapat semakin memburuk jika tidak ditangani dengan tepat. Jika dibiarkan, krisis pangan hingga kesenjangan sosial-ekonomi dapat terjadi. Bukan hanya itu, ketahanan pangan nasional yang menjadi pilar utama untuk menjaga stabilitas dan kesejahteraan masyarakat juga dapat terganggu.

Menukil dari laman resmi milik Universitas Gadjah Mada (UGM), pakar pertanian, agro-meteorologi, dan perubahan iklim, Bayu Dwi Apri Nugroho, S. TP., M. Agr., Ph.D., menerangkan jika kenaikan suhu bumi dapat berdampak buruk pada tanaman pangan.

Banyak tanaman yang mengalami gagal panen karena suhu yang terus meningkat. Penyebaran hama penyakit yang semakin meluas hingga gangguan metabolisme tanaman juga menjadi masalah serius yang dapat menghambat pertumbuhan dan kualitas hasil panen.

“Semua komoditas pertanian terdampak, karena setiap tanaman memiliki kondisi lingkungan ideal untuk tumbuh optimal. Misalnya, teh dan kopi yang tumbuh di daerah pegunungan membutuhkan suhu 13-25°C, sementara padi membutuhkan suhu 20-33°C. Jika suhu meningkat melebihi ambang batas, tanaman bisa mengalami kerusakan,” ungkap Bayu dalam ugm.ac.id.

Tenaga Ahli Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) ini turut menjelaskan jika perubahan suhu mendorong petani untuk menyesuaikan komoditas yang ditanam lewat varietas yang lebih tahan pada suhu tinggi dan tidak memerlukan banyak air.

Menurutnya, untuk menghadapi permasalahan ini, perlu adanya mitigasi yang tepat. Salah satu caranya adalah melalui reboisasi dan adaptasi dalam sistem pertanian.

Perubahan Iklim Picu Perubahan Gizi

Kenaikan suhu bumi ternyata juga memengaruhi aspek gizi dari hasil pertanian. Bahkan, perubahan tersebut juga menyebabkan perubahan dalam pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman, seperti percepatan berbunga hingga perubahan ukuran dan kualitas biji.

Kandungan nutrisinya pun dapat berkurang. Hal ini mengakibatkan turunnya nilai gizi yang dikonsumsi masyarakat.

Jika ditilik lebih jauh, petani juga dapat dirugikan secara ekonomi. Belum lagi penurunan produksi pangan ini juga akan berdampak pada ketahanan pangan nasional.

Pangan adalah penentu stabilitas negara. Ketersediaannya sangat menentukan kesejahteraan rakyat dan stabilitas ekonomi nasional.

Solusi untuk Mengatasi Ketahanan Pangan yang Terancam Akibat Naiknya Suhu Bumi

Bayu menyebut jika langkah utama untuk menghadapi dampak perubahan iklim adalah reboisasi dan adaptasi sistem pertanian yang dapat dilakukan lewat penanaman varietas yang lebih toleran pada suhu tinggi.

Di sisi lain, perlu juga untuk mengurangi ketergantungan pada tanaman yang membutuhkan banyak air. Inovasi dan teknologi pertanian berperan penting dalam menghadapi tantangan besar ini.

Menariknya, beberapa peneliti UGM sudah sukses menghasilkan varietas tanaman yang lebih tahan pada suhu tinggi dan melakukan pengembangan bangunan pertanian, seperti green house dan plant factory yang dapat mengontrol suhu.

Akan tetapi, Bayu menerangkan jika penerapan teknologi saat ini masih terkendala oleh biaya yang cukup tinggi. Meskipun demikian, ia menyoroti peran akademisi yang harus terus aktif mengembangkan varietas yang lebih tahan terhadap suhu tinggi.

Di sisi lain, pemerintah juga perlu meningkatkan pendampingan bagi petani agar mereka dapat menyesuaikan jadwal dan pola tanam. Penyuluhan mengenai teknik bertani yang lebih adaptif juga harus diperkuat.

Seluruh langkah tersebut harus diadaptasi sesuai dengan kondisi lingkungan agar hasilnya dapat efektif. Jika dilakukan dengan benar, bukan tidak mungkin jika sektor pertanian Indonesia bisa terus memiliki peluang besar untuk bertahan menghadapi tantangan perubahan iklim yang semakin ekstrem.

“Dengan begitu, ketahanan pangan nasional dapat tetap terjaga dalam jangka panjang, baik dari segi ketersediaan bahan pangan, distribusi yang merata ke seluruh daerah, maupun kualitas hasil pertanian yang dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat di negeri ini,” pungkasnya.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News



Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *