Posted on Leave a comment

KUBET – Dari Sampah Plastik Jadi Bahan Bakar, Intip Inovasi Petasol Kolaborasi BRIN dan Petani Banjarnegara

Dari Sampah Plastik Jadi Bahan Bakar, Intip Inovasi Petasol Kolaborasi BRIN dan Petani Banjarnegara

images info

Indonesia menghasilkan sekitar 64 juta ton sampah per tahun, dengan 15% berupa plastik. Di Banjarnegara sendiri, masalah sampah plastik semakin pelik seiring pertumbuhan penduduk dan aktivitas ekonomi.

Tumpukan plastik di TPA tidak hanya mencemari tanah tetapi juga berpotensi menjadi sumber penyakit. Kondisi inilah yang mendorong lahirnya terobosan PETASOL.

Teknologi Fast Pyrolysis: Mengubah Limbah Jadi Berkah

Inti dari inovasi ini adalah teknologi fast pyrolysis (FASPOL) yang dikembangkan BRIN. Proses kerjanya melibatkan tiga tahap utama:

  1. Pemilahan sampah – Plastik dipisahkan dari kontaminan lain
  2. Proses pirolisis – Plastik dipanaskan pada suhu 400-500°C tanpa oksigen
  3. Penyulingan – Uap yang dihasilkan didinginkan menjadi cairan bahan bakar

“Kami bisa menghasilkan 0,8 liter bahan bakar dari setiap 1 kg sampah plastik,” jelas Heru Susanto, peneliti BRIN. Menurutnya, kualitas bahan bakar yang dihasilkan setara solar biasa setelah melalui proses penyaringan lanjutan.

Baca juga 30 Kota Ditargetkan Mampu Olah Sampah Jadi Listrik dan BBM pada 2029, Berapa Besar Potensinya?

Dari Laboratorium ke Lapangan

Setelah dua tahun pengembangan, teknologi ini mulai diaplikasikan secara nyata, pertama dari Bank Sampah Banjarnegara menjadi pelopor dalam mengumpulkan bahan baku. Kemudian, kelompok tani mulai menggunakan PETASOL untuk traktor dan mesin penggilingan serta UMKM memanfaatkannya untuk generator listrik

Budi Trisno Aji menceritakan pengalaman menarik, “Awalnya petani ragu, tapi setelah mencoba, mereka justru antusias karena mesin lebih bersih dari residu dibanding solar biasa.”

Beberapa peluang pengembangan yang sedang dieksplorasi pihak BRIN, antara lain integrasi dengan sistem pengelolaan sampah perkotaan, kerja sama dengan industri untuk skala komersial, pengembangan varian bahan bakar untuk kebutuhan berbeda, serta pemanfaatan sampah organik sebagai pendukung sistem

Dampak Ekonomi dan Lingkungan

Analisis awal menunjukkan proyek ini berpotensi mengurangi beban TPA hingga 30 persen, menciptakan lapangan kerja baru di sektor pengolahan sampah, menghemat devisa melalui substitusi bahan bakar fosil, dan menurunkan emisi karbon dari pembakaran sampah terbuka

Adapun rencana pengembangan dalam 5 tahun ke depan meliputi, pembangunan lima unit pengolahan skala kecamatan, penyusunan regulasi pendukung, program edukasi masyarakat secara masif, serta  riset lanjutan untuk meningkatkan efisiensi.

Baca juga Pakai Teknologi yang Sama dengan Singapura, TPA Benowo Jadi Percontohan Pengelolaan Sampah Nasional

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News



Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *