Posted on Leave a comment

KUBET – Potret Makam Pasutri Crazy Rich Belanda di Kota Batu, Dikelilingi Perbukitan Indah

Potret Makam Pasutri Crazy Rich Belanda di Kota Batu, Dikelilingi Perbukitan Indah

images info

Makam warga Belanda di Desa Tulungrejo, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu menarik perhatian sejumlah pengunjung. Makam ini menyimpan sejarah mengenai sosok crazy rich di Kota Malang bernama Graff Jan Dinger.

Pria yang dikenal dengan nama Tuan Dinger ini Lahir di Amsterdam Belanda tahun 1853. Dirinya kemudian datang ke Hindia Belanda dan menjadi pengusaha sukses di perkebunan.

Dia mendirikan pabrik pengolahan kina di Bumiaji Kota Batu. Gedung-gedung untuk pabrik dan gudang, mesin pengolahan Kina, Kincir raksasa pernah berdiri disini, tetapi semua telah berganti fungsi menjadi perumahan rakyat.

Jan Dinger meninggal di daerah Tulungrejo pada 2 Maret 1917. Dirinya bersikukuh ingin dimakamkan di lahan pertanian miliknya yang sekarang masuk wilayah Kota Batu. 

Hal yang sama dilakukan kepada istrinya, Elisabeth Malvine Ernestine van Polanen Petel yang meninggal pada 7 Maret 1938. Wanita ini kemudian dimakamkan di bangunan yang sama.

“Dinger ini dulu adalah tuan tanah, hampir seluruh tanah yang ada di sini milik dia. Namun sayangnya tidak ada data berapa luas tanah yang dia miliki saat itu,” ungkap Deny Omboh, pria yang merawat dan menjaga makam tersebut.

Pemakaman mewah

Pada tahun 1957, kerabat atau ahli waris Jan Dinger memindahkan jenazah Dinger dan istrinya ke makam di Belanda. Sejak saat itu, bangunan di tengah perkebunan Kota Batu tersebut sudah tidak difungsikan sebagaimana tujuan awal pembangunannya.

“Mungkin dulu dirawat dan dipercantik oleh istrinya, karena ada rentan waktu cukup lama sekitar 21 tahun, sebelum istrinya meninggal. Kemudian dirawat anaknya sebelum kedua jenazah tersebut dikirim ke Belanda,” ucap pria berusia 62 tahun itu.

Tetapi bila diperhatikan bangunan ini masih cukup mewah. Pemakaman ini didesain cukup indah di mana di bagian bawah bangunan utama terdapat kolam yang mengelilinginya, walau saat ini sudah kering.

Pemakaman ini dihiasi marmer yang sangat indah yang didatangkan langsung dari Eropa. Makam Dinger saat ini sudah berubah fungsi sebagai tempat menyimpan peralatan pemakaman penduduk sekitar (Penduso) dan bangunan utama terkesan kumuh dan berjamur.

Maklum bangunan makam itu terlihat klasik dan kokoh. Pintu beserta engselnya masih menggunakan yang asli. Makam ini terlihat cukup mewah jika dibandingkan dengan makam-makan pada umumnya. 

Sebab desain arsitektur bergaya Eropa sangat khas. Selain itu bangunan ini berdiri kokoh dan berada di tengah-tengah area perkebunan milik warga.

Jadi cagar budaya

Saat ini, bangunan yang telah berusia ratusan tahun itu sudah ditetapkan sebagai cagar budaya. Saat ini Pemkot Batu telah memasang pagar di sekeliling bangunan itu. 

“Pembangunannya sebelum pandemi, sekitar tahun 2019. Mulai dipasangi pagar, lampu, jalan masuk sudah dipasangi paving block. Tapi sejak pandemi pengerjaan terhenti,” katanya.

Pria yang sudah merawat bangunan ini sejak tahun 1973 berharap, pemerintah bisa memberikan perhatian lebih terhadap bangunan bersejarah ini. Deni sangat yakin, bangunan tua ini berpotensi menambah jumlah destinasi wisata di Kota Batu.

Hal itu terbukti saat wartawan koran ini berada di makam tersebut. Dua orang pemuda asal Kabupaten Malang turut mampir dan mengabadikan moment di area makam. 

“Biasanya kalau lewat pagarnya terkunci, tadi kebetulan lewat sini dan terbuka jadi mampir mau lihat-lihat,” ujar pria mengenakan sweter hijau tersebut.

Sumber:

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News



Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *