
Melalui situs World Economics, dari metrik Paritas Daya Beli (PPP), Tiongkok merupakan negara dengan ekonomi terbesar di dunia, dengan 54 persen PDB yang lebih besar dibanding Amerika Serikat. Hal ini menunjukkan jika Tiongkok memiliki kekuatan ekonomi yang besar dalam hal daya beli dalam negeri.
Tidak hanya itu, dekade terakhir, Tiongkok telah berkontribusi sebesar 31,1 persen pada pertumbuhan global. Amerika Serikat sendiri dituliskan berkontribusi sebesar 9,2 persen. PDB Tiongkok turut diproyeksi akan terus tumbuh lebih cepat dalam jangka menengah dibandingkan Amerika Serikat.
Menariknya, dalam sebuah tulisan yang dibuat oleh Roland Rajah dan Ahmed Albayrak di situs Lowy Institute—lembaga pemikir independen asal Australia—sekitar 70 persen perekonomian dunia, atau kurang lebih 145 negara, melakukan perdagangan lebih banyak dengan Tiongkok dibandingkan Amerika Serikat.
Di sisi lain, Kementerian Perdagangan RI mencatatkan bahwa Tiongkok dan Amerika Serikat merupakan dua mitra dagang utama Indonesia. Tiongkok juga tercatat menjadi mitra dagang terbesar Indonesia selama satu dekade terakhir dalam hal nilai total perdagangan, ekspor, dan impor.
Melihat prediksi tersebut, siapa yang “lebih dibutuhkan” untuk mejadi penopang kekuatan ekonomi makro Indonesia di antara Tiongkok dan Amerika Serikat?
Prof. Faris Al-Fadhat, S.IP., M.A., Ph.D., Pakar Ekonomi-Politik Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), menerangkan jika ekonomi perdagangan Indonesia masih akan tetap bergantung pada Tiongkok dan Amerika Serikat, meskipun Tiongkok diperkirakan akan menjadi kekuatan dagang teratas di dunia 10 tahun ke depan.
Tiongkok, Calon “Pemimpin” Dagang Dunia
Menurut Faris, kebijakan tarif yang tengah diberlakukan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, ke berbagai negara di dunia ini merupakan upaya untuk menghalau pertumbuhan ekonomi Tiongkok.
“AS belum siap memberikan posisi teratas bagi Cina. Kebijakan tarif ini adalah sebagai upaya untuk memperlambat perekonomian Cina. Dengan menarik kembali negara-negara yang mesra dengan Cina untuk balik ke gerbong AS melalui kebijakan tarif tadi,” jelas Guru Besar Ekonomi Politik Internasional UMY ini.
Saat ini, Negeri Paman Sam merupakan sponsor terbesar untuk IMF, World Bank, dan WTO. Sebaliknya, Tiongkok dalam beberapa dekade terakhir juga giat membangun kekuatan ekonomi melalui proyek mega infrastrukturnya, seperti Asian Infrastructure Investment Bank (AIIB) dan Belt Road Initiative (BRI).
Pertumbuhan signifikan yang dialami Tiongkok bahkan diprediksi banyak ekonom dunia akan menggeser Amerika Serikat menjadi negara adidaya ekonomi di tahun 2035. Faris pun menyatakan pernyataan serupa.
“Itu pasti (Cina akan menggeser AS). Pertanyaan, kapan itu akan terjadi? Prediksinya 10 tahun ke depan,” imbuhnya.
Tiongkok dan AS Tetap Dibutuhkan Indonesia
Indonesia disebut harus menggandeng investor dari luar secara masif. Hal ini perlu dilakukan agar pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa mencapai angka enam persen.
Sebagai informasi, Presiden Prabowo menyampaikan keyakinannya bahwa Indonesia akan mampu mencapai target pertumbuhan ekonomi sebesar delapan persen di periode 2025-2029. Menjawab mimpi ini, Faris menyatakan perlunya tambahan investasi dari luar, utamanya Amerika Serikat dan Tiongkok.
“Pertumbuhan ekonomi terakhir Indonesia di angka 5,1 persen. 2 persennya didukung dari ekonomi domestik. Jika ingin menyentuh pertumbuhan di angka 6 persen, maka kita membutuhkan setidaknya 4,6 persen dari total GDP untuk menaikkan 1 persen pertumbuhan ekonomi. Artinya, kita tidak bisa menambah investasi dari domestik, kita harus mengundang dari luar, utamanya dari AS dan Cina,” sebut Faris.
Faris menilai pentingnya dua negara itu sebagai penopang ekonomi makro Indonesia. Melihat posisi Tiongkok sebagai mitra dagang terbesar Indonesia dan Amerika Serikat sebagai investor terbesar Indonesia, ia menyatakan keduanya tetap penting dan dibutuhkan oleh Indonesia.
“Kita masih bergantung kepada AS dan juga Cina. Cina adalah negara mitra dagang terbesar bagi Indonesia, dengan 118 Miliar USD. Sementara AS merupakan investor terbesar bagi Indonesia secara kumulatif mulai dari perusahaan yang sudah hadir sejak 70 tahun yang lalu hingga sekarang. Berdagang dengan Cina adalah nomor 1, investasi dari AS juga nomor 1,” pungkasnya.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News
Kabar Baik Indonesia
Good News From Indonesia
Makin Tahu Indonesia
ekonomi terbesar di dunia
Tiongkok
amerika serikat
china
mitra dagang terbesar indonesia
investor terbesar indonesia
amerika serikat vs china
ekonomi tiongkok lebih besar dari amerika serikat
apakah ekonomi tiongkok lebih besar dari amerika serikat
perang tarif
perang tarif tiongkok dan amerika serikat
indonesia condong ke amerika serikat atau tiongkok