
PT Jasa Marga JogjaSolo (JMJ) melakukan prosesi pemindahan makam Kyai Kromo Ijoyo atau Mbah Celeng yang terdampak tol Yogya-Solo Seksi 2.2 pada Januari 2025. Pemindahan makam yang dianggap keramat ini dipimpin oleh Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Mangkubumi sebagai perwakilan Keraton Yogyakarta.
Dimuat dari Merdeka, GKR Mangkubumi didampingi Direktur Teknik PT Jasamarga Jogja Solo Pristi Wahyono berserta tokoh setempat melakukan rangkaian upacara adat kirab prajurit Keraton Yogyakarta dengan sejumlah uba rampe. Di antaranya, kembang setaman, dupa atau kemenyan, air, pisang serta ingkung ayam.
“Kegiatan ini dalam rangka menjaga, mempertahankan dan melindungi cagar budaya peninggalan bersejarah di Daerah Istimewa Yogyakarta dan sekitarnya,” ujar Pristi.
Ritual ini dilakukan agar pemindahan makam keramat ke Padukuhan Ketingan, Tirtoadi, Mlati, Sleman, Yogyakarta ini berjalan lancar. Apalagi jarak menuju makam itu jaraknya tidak jauh dari makam sebelumnya.
“Prosesi ini untuk menghargai kawasan heritage di Jogja. Proses pemindahan makam perlu ditata dengan baik, karena pemindahan makam ini sensitif ya. Melibatkan keluarga dan tedhak turune (keturunannya), ya diproses sebaik-baiknya, Ini prosesnya sudah lama, kami izin keluarga almarhum untuk berkenan dipindah yang tidak jauh dari sini,” katanya.
Sosok Mbah Celeng
Banyak cerita mengenai sosok dari Mbah Celeng ini. Sosok ini dipercaya sebagai sesepuh yang menjadi cikal bakal warga Padukuhan Ketingan. Berdasarkan cerita turun menurun, Mbah Celeng hidup satu zaman dengan Sultan Hamengkubuwono VII.
Tetapi versi lainnya menyebutkan Mbah Celeng merupakan tokoh yang mengungsi dan keluar dari Keraton Yogya hingga sampai ke Ketingan. Dia disebut sebagai
salah satu prajurit Pangeran Diponegoro.
“Ceritanya kalau dari orang-orang seperti itu. Tapi saya tidak tahu apakah itu ceritanya pas atau tidak, atau ditambahi saya ndak tahu,” ungkap dia.
Kerap diziarahi
Karena cerita turun temurun itu, makam Celeng pun termasyhur. Peziarah berdatangan. Bahkan ada yang sengaja datang untuk bersemedi.
“Di situ banyak yang sesirih, semedi. Ziarah itu sering. Malam Jumat dan Selasa Kliwon itu masih banyak yang di sana. Di situ itu banyak yang kabul (terkabul),” ujar dia.
Karena adanya pembangunan tol Jogja-Solo, makam Mbah Kromo perlu dipindah. Sebagai salah satu ahli waris, Mardiharto ingin agar makam itu dipindah ke lokasi yang lebih baik dan dibuatkan bangunan baru yang lebih baik.
Ya nunggu aja. Itu kan nanti mesti ada (lokasi pengganti). Tapi yang jelas itu ya kalau dari saya ingin penginnya dipindah di gumuk, artinya tanah yang munthuk tapi di situ kan nggak ada. Paling nanti ya makamnya akan kita naikkan, tapi itu kan nanti kesepakatan warga. Iya (bangunannya) lebih baik,” harap dia.
Sumber:
- Kisah Makam Mbah Celeng di Jalan Tol Jogja-Solo
- Terdampak Tol Solo-Yogya, Makam Keramat Mbah Celeng Akhirnya Dipindah, Ini Sosoknya
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News