
Orang tua adalah aktor utama yang menentukan kebiasaan dan kemampuan anak. Kemampuan belajar, perkembangan diri, hingga intensitas bermain, termasuk penggunaan gawai, menjadi tanggung jawab penuh orang tua.
Masalahnya, sebagian dari orang tua merasa fenomena anak kecanduan gawai yang banyak terjadi saat ini adalah murni karena kebiasaan anak. Padahal, orang tua punya banyak andil di dalamnya.
Wahyu Aji, CEO Good News From Indonesia mengungkapkan bahwa aktivitas anak yang dihabiskan untuk bermain gadget, sebagian besar disebabkan oleh tidak adanya alternatif yang dikenalkan orang tua kepada anaknya.
Permainan Tradisional Jaranan dari Jawa, Bermain Sekaligus Melestarikan Budaya Lokal
Orang tua kurang mendampingi dan mengenalkan aktivitas, seperti menggambar, merangkai, berkebun, bermain peran, dan kegiatan-kegiatan seru lainnya. Orang tua justru memberikan pilihan yang serba praktis, hanya dengan menyodorkan gadget yang di dalamnya telah tersedia beragam dunia dengan segala keseruan.
“Kita berkeyakinan penuh bahwa anak-anak suka gadget bukan karena cinta banget sama gadget, tetapi mereka tidak punya alternatif dan paparan yang selain gadget,” ungkapnya.
Dalam hal ini, orang tua tidak berperan untuk menciptakan keseruan di dunia nyata, tetapi justru menawarkan keseruan serba instan yang hadir di dunia maya.
“Kecanduan gadget terjadi karena orang dewasa tidak bisa menjadi lebih asik daripada gadget,” kata Achmad Irfandi, penggagas Kampung Lali Gadget.
Cerita Unik dari KLG: Lepas dari Gadget, Anak Keasyikan dengan Permainan Tradisional
Kampung Lali Gadget, Terapi Sementara Alihkan Anak dari Gadget
Sesuai namanya, Kampung Lali Gadget merupakan sebuah komunitas kolektif yang bertujuan mengajak anak untuk melepaskan diri dari paparan gadget. KLG menawarkan beragam permainan tradisional yang seru agar anak berhenti melihat layar dan mulai menikmati bermain dengan teman.
Menariknya, KLG memanfaatkan bahan-bahan alam untuk mengajak anak bermain, seperti tanah, batu, bambu, dan masih banyak lagi. Tiap hari Minggu, KLG menggelar 4 agenda yang dapat diikuti oleh anak-anak di Sidoarjo. 3 agenda di antaranya bermain bersama dan 1 agenda workshop untuk belajar membuat sesuatu.
Tidak Hanya Pesantren, Metode Sorogan Juga Bermanfaat bagi Kemampuan Baca Anak Usia Dini
Dari gerakan itu, nama KLG kini dikenal luas oleh masyarakat Indonesia. Banyak anak yang bisa lepas dari gadget dan justru kecanduan bermain permainan tradisional di KLG.
Oleh karena itu, permainan tradisional dan KLG dinilai sebagai salah satu bentuk terapi anak.
Achmad Irfandi sebagai penggagas tentu senang melihat misi yang dicetuskan berhasil. Akan tetapi, ia menegaskan bahwa keberadaan Kampung Lali Gadget dalam proses pelepasan dari kecanduan gadget hanya berperan sedikit. Selebihnya, orang tua memiliki peran yang lebih banyak untuk menjaga anak dan menawarkan keseruan agar anak tidak lagi bermain gadget.
Hidup di Dunia Sejatinya Hanya Bermain: Jadi, Ayo Main di Luar Rumah!
“Parenting jadi satu hal yang penting untuk membangun gerakan ini karena kita tidak bisa mengubah anak yang kecanduan agadget menjadi kembali bermain sesuai kodrat anak tanpa orang tua,” ungkapnya.
Oleh karena itu, melepaskan anak dari bayang-bayang gadget membutuhkan proses yang panjang, tekun, dan konsisten. Peran orang tua sangat besar, bahkan menjadi sosok kunci dalam perjuangan ini.
“Jadi kalau ada anak yang berhasil lepas dari gadget karena KLG, bukan sepenuhnya peran KLG. KLG hanya memantik, sedang dia di rumah karena orang tua. Konsistensi dan treatment-nya panjang. Makanya parenting sangat penting. Kami hanya memantik. Yang ngajak bermain tiap hari orang tua,” tandasnya.
Mengajak Orang Tua Bernostalgia di Kampung Lali Gadget Sidoarjo
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News