Posted on Leave a comment

KUBET – Mengintip Bagaimana Kampung Lali Gadget Mengelola Sumber Daya Manusia di Komunitas

Mengintip Bagaimana Kampung Lali Gadget Mengelola Sumber Daya Manusia di Komunitas

images info

“Manusia itu menurut kami hal yang paling penting,” tegas Achmad Nizar Pratama, penggerak Kampung Lali Gadget (KLG) Sidoarjo.

Di antara tiga unsur pendukung komunitas: SDM, dana, dan kegiatan/program, manusia menjadi aspek paling krusial. Sebab, manusia adalah inti. Hanya manusia yang memiliki akal sehingga ia mampu berperan sebagai penggerak dalam hal apapun: funding, ide program, bahkan menggerakkan manusia lain.

Maka, keberhasilan Kampung Lali Gadget (KLG) bertahan hingga 7 tahun adalah keberhasilan para manusia yang ada di dalamnya. Tolok ukur keberhasilan KLG adalah melewati masa kritis di 3 tahun pertama.

Menurut Nezar, 3 tahun pertama adalah masa percobaan tingkat resistansi suatu gerakan. Sedangkan, 7 tahun pertama adalah percobaan tingkat lanjut untuk membuktikan apakah komunitas tetap hidup dan masih bertahan.

“Kami punya pemahaman bahwa komunitas yang hidup sudah lebih dari 3 tahun paling tidak, itu adalah komunitas yang namanya sudah mulai dikenal, tapi masih belum cukup kuat. Kami sudah memasuki tahun ke-7. Ini adalah fase kami baru selesai magang hitungannya. Karena kami punya pemahaman bahwa 7 tahun komunitas bergerak dan hidup itu baru selesai magang,” jelasnya.

Belajar Memahami Dinamika Komunitas dari Kampung Lali Gadget Sidoarjo

Apa Saja Rahasia Kampung Lali Gadget hingga Berhasil Bertahan 7 Tahun?

Nizar dalam Bootcamp Gerakan 100 Komunitas Bermain Tanpa Gadget mengatakan bahwa sebelum membuat sebuah gerakan, penggagas perlu memetakan kebutuhan terhadap tim yang akan dibentuk. Hal ini jelas bertujuan agar visi dan misi komunitas dapat lebih mudah dicapai secara bersama-sama.

“Pertama kali melakukan pergerakan, itu masuk ke tahap menentukan kebutuhan. Kebutuhan mau punya tim yang bagaimana,” jelasnya.

Ia mencontohkan, Kampung Lali Gadget (KLG) membagi kebutuhan SDM-nya menjadi empat bagian.

Kenapa Kita Harus Berkomunitas? Sebuah Refleksi dari Achmad Irfandi, Pendiri Kampung Lali Gadget

Pertama, KLG memerlukan sumber daya manusia dengan minat dan gairah yang sama. Kesamaan ini akan membantu KLG mencapai tujuan yang dicita-citakan.

“Kami ingin memiliki manusia dengan passion yang sama. Passion yang sama itu bukan berarti kalau misalnya saya suka lari, terus tim yang lain harus juga sama suka lari. Tapi sama-sama suka olahraga,” imbuh Nizar.

Kedua, SDM di dalam KLG memiliki determinasi yang cukup baik. Artinya, mereka punya ketetapan hati yang kuat untuk berkomitmen mencapai tujuan bersama.

“Terus memiliki tim yang punya determinasi yang baik, punya keinginan, terus ikhlas yang bagus. Yang kalau misalnya teman-teman yang lain itu memberikan effort lebih, terus dia malah, ‘wah saya harus juga punya effort yang lebih daripada dia,’” ungkap Nizar.

Tidak hanya itu, effort juga perlu didahului dengan rasa kepemilikan terhadap komunitas. KLG menghindari sistem one man show, yang artinya KLG selalu memberikan ruang bagi tim untuk mengungkapkan ide-idenya.

Stafsus Komdigi: Mencegah Kecanduan Gadget pada Anak Perlu Sinergi Pemerintah dan Komunitas

Ketiga, KLG menetapkan SDM dalam komunitas memiliki keterampilan dalam berkomunitasi. Sebab, KLG akan banyak berkomunikasi dengan berbagai pihak, terutama anak-anak.

Lebih penting lagi, Nizar menegaskan bahwa keterampilan berkomunikasi akan lebih berguna saat ia akan mengungkapkan ide-idenya. Ide yang bagus tidak akan bisa terealisasi secara apik tanpa dibarengi komunikasi yang baik.

“Tidak hanya berkomunikasi tentang keseharian atau hanya bercerita saja, tapi kami ingin punya tim yang bisa mengkomunikasikan idenya.”

Keempat, yang tidak kalah penting adalah tim dengan kesehatan jasmani maupun psikis yang baik. Nizar menggarisbawahi bahwa kegiatan di KLG banyak dilakukan di lapangan bersama anak-anak. Oleh karena itu, kesehatan fisik dan mental sangat diperlukan.

“Karena ternyata investasi yang paling besar itu ada di kesehatan dan pengetahuan,” tandasnya.

One Pot, Kenali Tanaman Sekitar dari Komunitas Global Youth Conference

Bagaimana KLG Mendapat SDM yang Sesuai Kriteria?

Setidaknya, ada beberapa strategi yang KLG terapkan agar menemukan sumber daya manusia yang sesuai dengan kriteria.

Misalnya, KLG membuat kegiatan yang mudah dan murah, menyesuaikan dengan masyarakat sekitar. Strategi ini berhasil dilakukan sehingga program-program yang dicanangkan bisa diterima bahkan menarik banyak partisipan.

Tidak hanya itu, KLG juga membuka kolaborasi dengan komunitas-komunitas lain. Kolaborasi ini akan membuka peluang untuk menemukan orang-orang dengan minat yang sama.

“Jadi kami itu punya keyakinan bahwa, oke banyak anak muda yang berkegiatan atau berkomunitas. Misalnya dari satu komunitas yang isinya 50 orang, pasti ada 2-10 orang yang menangkap ide kami, sehingga mereka akan membantu kami, memiliki kerelawanan untuk membantu ide ini yang ternyata juga idenya mereka,” terang Nizar.

Potret Kesehatan di Kepulauan Seribu: Anak Sekolah Rentan Masalah Mata, Kolaborasi Astra-Perdami Hadirkan Solusi

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *