
Bank DBS Indonesia menyelenggarakan diskusi lintas sektor bertajuk “Impact Beyond Dialogue – Future-Proofing Indonesia: From Demographic Bonus to Ageing Readiness”. Diskusi ini untuk merespon data di mana pada 2030, Indonesia akan resmi memasuki era ageing population dengan lebih dari 14 persen penduduk berusia di atas 60 tahun.
Forum diskusi ini juga menampilkan beberapa studi kasus dari negara-negara lain. President Director Living Well Seniors Communities Benjamin Cass membagikan pelajaran yang dapat dipetik Indonesia dari negara-negara seperti Jepang, Singapura, hingga Australia yang telah lebih dulu menghadapi tantangan populasi menua.
“Indonesia memiliki sekitar 14-15 ahli gerontologi untuk mendukung negara yang terdiri dari 275 juta jiwa. Ini kontras jika dibandingkan dengan Australia yang memiliki 1.000 ahli untuk 30 juta warga,” jelas Benjamin Cass.
“Selain itu, menurut saya, tidaklah wajar bila lansia harus menghabiskan 10-15 tahun setelah pensiun hanya duduk menonton televisi. Kita perlu jujur menghadapi realitas ini. Masa tua harus produktif dan bermakna, dihabiskan bersama keluarga dan teman, bukan sebagai warga tidak produktif yang hanya menunggu waktu.”
Ia juga menerangkan perlunya investasi terhadap infrastruktur untuk populasi menua, seperti Singapura yang menganggarkan SGD100 juta untuk 200 pusat perawatan lansia. Lebih dari itu, diskusi antara Kementerian Kesehatan, Kementerian Sosial, dan seluruh pemangku kepentingan menjadi krusial untuk mencegah keadaan ini berkembang menjadi masalah di kemudian hari.
Adanya kesenjangan
Selain itu, Bank DBS Indonesia juga melakukan studi yang bertajuk DBS Ageing Society pada bulan April-Mei 2025. Survei yang dilakukan online terhadap 400 responden dari usia 22-59 tahun yang berada di Jakarta, Surabaya dan Medan ini mengungkap kesenjangan nyata antara harapan masyarakat dan kesiapan institusi dalam menghadapi era populasi menua:
*) 69 persen responden masih mengandalkan keluarga sebagai sumber dukungan emotional di masa tua
*) Hanya 41 persen yang percaya pemerintah siap menghadapi tantangan ini, dengan skeptisisme tertinggi muncul dari kelompok usia 44-59 tahun (66 persen menilai pemerintah belum siap)
Sebaliknya, 53 persen responden menilai sektor swasta lebih siap melalui berbagai program pensiun
Tiga prioritas utama yang diharapkan dari pemerintah adalah peningkatan akses layanan kesehatan (43 persen), peluang kerja dan pengembangan keterampilan bagi lansia (28 persen), serta dukungan sistem pensiun (28 persen).
Hasil ini mempertegas urgensi kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat dalam membangun ekosistem silver economy yang inklusif. Bank DBS Indonesia berkomitmen mendukung solusi holistik menghadapi tantangan penuaan populasi melalui pendekatan finansial dan sosial yang berdampak.
Inovasi Sektor Perbankan untuk Layanan Keuangan yang Inklusif
Sementara itu, President Director, Bank DBS Indonesia Lim Chu Chong menekankan bahwa inklusivitas lansia juga harus tercermin dalam solusi perbankan dan layanan pelanggan bagi nasabah.
“Berdasarkan Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2023, hanya 33,53 persen lansia yang memiliki tabungan di lembaga keuangan. Data terbaru dari survei kami juga menunjukkan kesenjangan pengetahuan yang serius—meski 74 persen orang Indonesia mengaku memiliki rencana pensiun, 36 persen generasi muda usia 22-27 tahun tidak tahu cara memulai perencanaan pensiun,” ungkap Lim Chu Chong.
Temuan survei DBS Ageing Society bahkan mengungkap fenomena yang mengejutkan: kelompok usia 44-59 tahun yang mendekati masa pensiun justru menunjukkan kesiapan perencanaan pensiun terendah (66 persen), lebih rendah dibanding generasi lebih muda (77 persen responden usia 22-43 tahun mengaku sudah punya perencanaan pensiun).
Kendati demikian, sebagai kompensasi, mereka memiliki strategi investasi yang lebih matang, dengan 52 persen mengandalkan properti, 43 persen kepemilikan bisnis, dan 35 persen pendapatan pasif. Ini berbeda dengan generasi muda yang masih bergantung pada tabungan konvensional.
“Sebagai bank yang digerakkan oleh tujuan positif, Bank DBS Indonesia berkomitmen mendampingi nasabah di setiap fase kehidupan melalui solusi perbankan yang mendukung kesiapan pensiun hingga perencanaan kekayaan lintas generasi,” kata Lim Chu Chong.
“Terlebih lagi, 69 persen masyarakat terbuka untuk bekerja pasca-pensiun, yang mencerminkan pergeseran mindset dari pensiun sebagai akhir karier menjadi babak baru yang produktif.”
Merespons tren ini, ia menambahkan bahwa sektor keuangan memiliki peran strategis dalam membangun silver economy.
“Dengan menyediakan layanan inklusif, mendorong edukasi finansial, dan menjalin kemitraan dengan sektor kesehatan serta wirausaha sosial, kami ingin menciptakan dampak lebih luas. Ke depan, kami akan mengeksplorasi kolaborasi lintas industri untuk merancang produk perbankan yang holistik bagi lansia, agar mereka tetap aktif secara ekonomi, finansial, dan sosial.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News