Posted on Leave a comment

KUBET – Mitos Situ Lengkong Panjalu di Ciamis Jawa Barat, Berasal dari Tumpahan Air Zam-Zam

Mitos Situ Lengkong Panjalu di Ciamis Jawa Barat, Berasal dari Tumpahan Air Zam-Zam

images info

Situ Lengkong merupakan danau buatan yang berada di Desa Panjalu, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat. Terdapat sebuah mitos yang beredar di tengah masyarakat terkait asal usul Situ Lengkong Panjalu tersebut.

Konon menurut legendanya air yang ada di Situ Lengkong ini berasal dari air zam-zam yang ditumpahkan langsung di sana. Hal ini berdasarkan pada cerita ujian yang diberikan kepada Prabu Sanghyang Boros Ngora dari sang ayah agar bisa menjadi penerus takhta Kerajaan Panjalu dulunya.

Bagaimana kisah lengkap dari mitos Situ Lengkong Panjalu tersebut?

Mitos Situ Lengkong Panjalu

Dilihat dari buku Wahyu Setyorini dan Tim Wong Indonesia Nulis yang berjudul 78 Legenda Ternama Indonesia, pada zaman dahulu sekitar abad ke-7 berdiri sebuah kerajaan bernama Panjalu. Kerajaan Panjalu ini dipimpin oleh Sanghyang Ratu Permana Dewi.

Penamaan nama kerajaan ini sendiri berasal dari bahasa Sunda, yakni “Pan” dan “Jalu”. Kata “Pan” berarti bukan.

Sementara itu, kata “Jalu” bermakna laki-laki. Oleh sebab itu, Kerajaan Panjalu diartikan sebagai sebuah kerajaan yang tidak dipimpin seorang laki-laki, melainkan perempuan.

Sanghyang Ratu Permana Dewi memiliki sebuah falsafah hidup yang diajarkan di kerajaan yang dia pimpin. Falsafah tersebut berbunyi.

“Mangan karna halal, pake karna suci, tekad ucap lampah sabenere.”

Falsafah ini berarti, “Makan yang halal, berpakaian yang bersih, itikad ucapan perilaku yang benar.” Falsafah ini menjadi pegangan hidup bagi masyarakat Panjalu.

Dalam riwayatnya, Sanghyang Ratu Permana Dewi menikah dengan Raja Gumilang. Dari pernikahan ini, dia dikaruniai seorang putra yang bernama Prabu Sanghyang Lembu Sampulur.

Putra dari Sanghyang Ratu Permana Dewi ini kemudian melanjutkan takhta Kerajaan Panjalu. Selanjutnya takhta kerajaan diberikan kepada Prabu Sanghyang Cakra Dewa.

Nama Prabu Sanghyang Cakra Dewa sendiri berarti menolak dewa. Hal ini disebabkan oleh Prabu Sanghyang Cakra Dewa yang sudah memeluk agama Islam dan tidak percaya dengan adanya dewa ilmu Sunda Wiwitan.

Prabu Sanghyang Cakra Dewa memiliki enam orang putra. Pada suatu hari, sang raja hendak memberikan takhta kekuasaan kepada salah satu putranya, yakni Prabu Sanghyang Boros Ngora.

Namun takhta kerajaan ini tidak diberikan begitu saja. Sang raja hendak memberikan ujian kepada putranya tersebut terlebih dahulu.

Apalagi Prabu Sanghyang Boros Ngora diketahui memiliki ilmu kebal. Ilmu kebal ini didapatkan Prabu Sanghyang Boros Ngora lewat kebiasaannya yang suka berkelana untuk menuntut ilmu kesaktian.

Ilmu kebal yang dimiliki Prabu Sanghyang Boros Ngora tentu berlawanan dengan ajaran agama Islam. Oleh sebab itu, Prabu Sanghyang Cakra Dewa memerintahkan putranya tersebut untuk menuntut ilmu ke tanah Makkah.

Sebelum berangkat, Prabu Sanghyang Cakra Dewa memberikan sebuah gayung yang bolong kepada Prabu Sanghyang Boros Ngora. Prabu Saghyang Cakra Dewa berkata bahwa putranya mesti membawa pulang air zam-zam dengan menggunakan gayung tersebut agar dia lulus ujian untuk mendapatkan takhta kerajaan.

Akhirnya Prabu Sanghyang Boros Ngora pergi menuntut ilmu ke Makkah. Sang Prabu berhasil menuntut ilmu dengan baik.

Setelah dirasa cukup, Prabu Sanghyang Boros Ngora kembali ke Kerajaan Panjalu. Tidak lupa dia juga menunaikan ujian yang diberikan oleh sang ayah.

Ajaibnya Prabu Sanghyang Boros Ngora berhasil membawa air zam-zam dengan menggunakan gayung bolong tersebut. Sesampainya di Panjalu, Prabu Sanghyang Boros Ngora menumpahkan air zam-zam tersebut di sebuah lembah yang bernama Pasir Jambu.

Tiba-tiba lembah tersebut berubah menjadi sebuah danau. Konon danau inilah yang menjadi mitos asal usul cerita dari Situ Lengkong Panjalu.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *