
Masyarakat di Dusun Mlambong, Desa Sruni, Kecamatan Musuk, Boyolali mempunyai tradisi Lebaran Sapi. Momen tersebut digelar pada H+7 Lebaran atau hari ke delapan bulan Syawal atau bersamaan dengan Lebaran Ketupat.
Dimuat dari Radar Solo, Ketua RW 04 Mlambong, Jaman menjelaskan tradisi ini telah ada sejak tahun 1950-an. Tradisi ini berawal dari seorang penyiar agama Islam yang datang ke Boyolali.
“Waktu itu pada 1951, pemuka agama bernama Kiai Anwar Siraj datang ke sini untuk menyebarkan agama Islam. Setiap hari ke delapan bulan Syawal, beliau selalu mengeluarkan sapi untuk digembala,” ujarnya.
Dikatakan oleh Jaman, masyarakat saat itu penasaran dengan kegiatan Kiai Anwar Siraj yang mengeluarkan sapi-sapinya untuk di gembala. Kiai Anwar Siraj lalu mengatakan hal ini sebagai wujud syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rezeki berupa hewan ternak.
“Dengan wujud syukur itu, Allah akan memberikan tambahan kenikmatan serta rezeki yang halal dan berkah,” ujarnya.
Diikuti 500 sapi
Kegiatan ini telah diwariskan secara turun-temurun, mengikuti kebiasaan Kiai Anwar Siraj. Tetapi sekitar tahun 2006 – 2007, kegiatan ini mulai terorganisir menjadi sebuah festival.
Jaman mengungkapkan pada momen tersebut semua sapi yang dipelihara oleh masyarakat akan dikeluarkan dan diarak. Dicatat olehnya, ada 500 sapi yang diarak oleh masyarakat pada momen tersebut.
“Tradisi ini sudah ada sejak dulu. Namun, mulai dikoordinir resmi kurang lebih pada tahun 2006 – 2007. Kegiatan diikuti kurang lebih 500an ekor sapi, tahun ini lebih besar dibanding tahun kemarin,” terangnya.
Jadi warisan budaya
Arak-arakan sapi ini diawali dengan gunungan sayur-mayur dan ketupat. Di belakangnya kelompok kesenian reog, lalu siswa-siswi SMP dengan pakaian kebaya. Baru di belakangnya arak-arakan sapi.
Ratusan warga menyaksikan tradisi yang hanya berlangsung di desa ini. Tak hanya warga setempat, tetapi juga dari warga sekitar dan dari luar daerah. Mereka berjajar di pinggir jalan yang dilalui arak-arakan ini. Suasananya tampak meriah.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Boyolali, Darmanto mengatakan
kehidupan masyarakat Dusun Mlambong tidak bisa dipisahkan dengan sapi. Ia juga berharap kegiatan yang dianggap positif tersebut dapat terus dilanggengkan, dilestarikan, dan lebih dimajukan lagi.
Sehingga nantinya Lebaran Sapi atau Bakdo Sapi menjadi kekayaan adat istiadat yang berefek domino untuk ajang silaturahmi dan saling bertukar ilmu antarpemilik ketika melihat sapi-sapi lain terlihat lebih baik.
“Diharapkan atas kegiatan ini mereka lebih bisa memelihara sapi dengan sebaik-baiknya, memberikan hasil terbaik apakah dari susunya, dagingnya, atau anaknya yang akhirnya bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat,” kata dia.
Sumber:
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News