Posted on Leave a comment

KUBET – Legenda Bukit Fafinesu di Nusa Tenggara Timur, Kisah Tiga Anak Yatim Piatu

Legenda Bukit Fafinesu di Nusa Tenggara Timur, Kisah Tiga Anak Yatim Piatu

images info

Bukit Fafinesu merupakan salah satu bukit yang ada di Kefamenanu, Kabupaten Tengah Utara, Nusa Tenggara Timur. Terdapat sebuah legenda yang menceritakan tentang asal usul Bukit Fafinesu tersebut.

Menurut ceritanya, asal usul legenda Bukit Fafinesu berkaitan dengan kisah tiga orang anak yatim piatu yang hidup di masa lalu. Sehari-hari mereka hidup sebatang kara karena sudah tidak ada lagi keluarganya yang tersisa.

Bagaimana kisah legenda dari asal usul Bukit Fafinesu yang ada di Nusa Tenggara Timur? Simak ceritanya dalam artikel berikut ini.

Legenda Bukit Fafinesu

Dilansir dari buku Rangkuman 100 Cerita Rakyat Indonesia: dari Sabang sampai Merauke, dikisahkan pada zaman dahulu di Pulau Timor, Nusa Tenggara Timur hidup tiga orang anak yatim piatu. Anak tertua bernama Saku.

Sementara itu, kedua adiknya bernama Abatan dan Seko. Mereka hidup bersama semenjak ayah dan ibunya meninggal dunia.

Ketika kedua orang tuanya meninggal, Saku bersama adik-adiknya tinggal bersama sang nenek. Namun hal ini tidak berlangsung lama.

Ketika adik bungsunya Seko berusia dua tahun, sang nenek jatuh sakit. Tidak lama kemudian, sang nenek juga meninggal dunia.

Sejak saat itu, ketiga anak ini hidup bersama. Saku sebagai anak tertua berusaha menghidupi kedua adiknya sehari-hari.

Pada suatu hari, Seko tidak bisa memejamkan matanya dan tidur. Ternyata si bungsu rindu dengan kedua orang tua yang tidak pernah dia temui sebelumnya.

Seko sebenarnya tidak tahu bahwa ayah dan ibunya sudah meninggal dunia. Dirinya hanya mengetahui bahwa kedua orang tuanya tengah pergi jauh ke suatu tempat.

Melihat sang adik belum tidur, Saku kemudian membacakan dongeng kepadanya. Tidak lama kemudian akhirnya Seko tertidur juga.

Ketika sang adik sudah tidur, Saku merasa sedih melihat apa yang dirasakan Seko. Untuk menghibur hatinya, Saku kemudian pergi ke sebuah bukit yang tidak jauh dari rumah mereka.

Sesampainya di bukit tersebut, Saku mendengar sebuah suara. Suara tersebut berkata bahwa dia mesti mengajak kedua adiknya ke bukit tersebut keesokan hari.

Sebab mereka akan bertemu dengan kedua orang tuanya. Namun Saku mesti membawa seekor ayam jantan merah sebagai syarat untuk bisa bertemu kedua orang tuanya.

Saku kemudian kembali pulang dengan perasaan bahagia. Keesokan harinya pada tengah malam, Saku membawa Abatan dan Seko ke bukit tersebut.

Tidak lupa Saku juga membawa seekor ayam jantan merah ke sana. Sesampainya di bukit tersebut, tiba-tiba ketiga anak ini melihat bayangan kedua orang tua mereka.

Saku, Abata, dan Seko langsung berlari memeluk kedua sosok orang tuanya. Setelah melepas rindu, sang ayah mengajak ketiga anaknya beserta istrinya untuk pergi ke dasar jurang.

Sesampainya di sana, sang ayah menyuruh Saku untuk menyembelih ayam yang dia bawa. Ketika darah ayam tersebut menyentuh tana, tiba-tiba muncul dua ekor babi yang gemuk di hadapannya.

Kedua orang tuanya kemudian berpesan agar Saku beserta kedua adiknya merawat bayi tersebut. Hal ini sebagai wujud rasa syukur karena mereka diberi kesempatan untuk bertemu kembali.

Akhirnya Saku dan kedua adiknya membawa kedua babi tersebut ke rumah. Mereka merawat babi tersebut dengan sepenuh hati.

Sejak saat itu, keturunan dari ketiga anak yatim piatu ini selalu menjadikan babi sebagai hewan peliharaan mereka. Untuk mengenang peristiwa pertemuan sebelumnya, bukit tersebut kemudian diberi nama Bukit Fafinesu.

Fafinesu sendiri memiliki arti babi gemuk. Hal ini berkaitan dengan dua ekor babi gemuk yang mereka dapatkan ketika berjumpa kedua orang tuanya di bukit tersebut.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News



Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *