
Burung hantu dikenal sebagai teman atau bahkan pahlawan petani. Sebutan ini disematkan sebab burung hantu membantu petani membasmi hama dengan berperan sebagai predator di lahan pertanian. Burung hantu memangsa tikus yang kerap mengganggu tanaman padi para petani.
“Secara alami banyak juga jenis-jenis pemangsa atau predator seperti burung hantu, atau juga elang, ular. Pemakan serangga itu biasanya secara alami pun melakukan fungsinya di alam, di dalam satu rantai makanan.” tutur Ria Saryanthi, Conservation Partnership Adviser Burung Indonesia.
Jadi, tambah Yanthi, banyaknya populasi tikus di lahan pertanian sebenarnya mengindikasikan adanya ketidakseimbangan ekosistem.
Prabowo Gunakan Burung Hantu untuk Berantas Hama, Efektifkah?
“Burung hantu atau satwa lain yang memangsa mereka sudah tidak ada lagi tempat itu.”
Dalam pengetahuan pertanian tradisional, Serak Jawa atau Tyto alba adalah jenis burung hantu yang kerap ditemui di persawahan dan perkebunan.
Burung hantu jenis ini memiliki ciri morfologi berupa bulu sayap atas dan punggung berwarna berwarna abu-abu kekuningan, sedangkan sayap bawah dan bagian dada dan perut berwarna putih dengan bintik-bintik hitam. Semua bulunya mengandung zat lilin yang berfungsi untuk menjaga elastisitas dan membuat bulu lebih tahan air.
Burung Hantu: Solusi Ramah Lingkungan untuk Atasi Hama Tikus di Lahan Pertanian
Kekuatan Burung Hantu dalam Memangsa Tikus di Pertanian
Di Indonesia, burung hantu ada beberapa jenis. Tercatat ada 54 jenis burung hantu dengan rincian 8 jenis dari famili Tytonidae dan 27 jenis dari Strigidae yang tersebar di wilayah Indonesia.
Dari puluhan jenis tersebut, burung hantu jenis serak jawa atau Tyto alba lah yang kerap dimanfaatkan sebagai teman petani untuk menjaga sawah dari serangan hama tikus.
“Tyto alba atau serak jawa ini, habitatnya berada di wilayah-wilayah perkebunan, persawahan,” tutur Yanthi.
Dengan habitat tersebut, serak jawa memiliki kemampuan untuk melihat mangsa di kawasan dengan wilayah yang cukup luas. Burung hantu dapat menjangkau wilayah sejauh 12 kilometer dari sarangnya.
Legenda Asal Usul Burung Ruai dari Kalimantan Barat yang Berasal dari Jelmaan Si Bungsu Baik Hati
Kelebihan lainnya, celepuk atau burung hantu serak jawa ini juga memiliki kapasitas memangsa yang cukup besar. Serak Jawa mampu memakan hewan hingga 1/3 dari berat badannya. Dengan berat tersebut, seekor Serak Jawa memungkinkan untuk memangsa lebih dari satu ekor tikus.
Bahkan, Kementerian Pertanian mengungkap, celepuk atau burung hantu mampu memangsa hingga lima ekor tikus.
“Serak jawa cukup besar. Mereka makan dalam satu kali itu hampir sepertiga dari berat badannya. Mereka memakan jauh lebih banyak daripada kelompok burung hantu yang lain,” jelas Yanthi.
Meski demikian, serak jawa kurang efektif dimanfaatkan jika terjadi ledakan hama tikus sehingga penggunaan metode gabungan perlu dilakukan, misalnya pengemposan (memasukkan asap racun) sarang tikus dan trap barrier system.
Ilmuwan Amerika Temukan Bulu Ekor Burung Cendrawasih Ternyata Bisa "Glow in the Dark"
Mendapatkan Burung Hantu dari Tempat Penangkaran
Perburuan secara berlebihan masih menjadi ancaman utama terhadap hewan-hewan di Indonesia, tidak terkecuali burung hantu. Yanthi mengungkapkan, hampir semua jenis burung di Indonesia saat ini mengalami eksploitasi, sehingga keberadaanya mulai minim ditemukan.
“Para hobiis ingin memeliharanya karena lebih kepada prestise,” tambahnya.
Oleh karena itu, beberapa burung yang dulunya jamak ditemukan, kini telah dilakukan upaya penangkaran, termasuk elang dan burung hantu.
Legenda Burung Tempua dan Burung Puyuh dari Riau, Kisah Dua Sahabat yang Saling Memahami
“Burung elang dan beberapa jenis burung hantu itu sebenarnya sudah dilindungi di Indonesia,” ungkap Yanthi.
Misalnya saja, celepuk rinjani (Otus jolandae), burung hantu endemik terkecil di dunia dengan ukuran rata-rata 20-23 cm ini telah menjadi satwa yang dilindungi.
Burung yang lebih dikenal sebagai pokpok dari Lombok ini telah masuk ke dalam daftar satwa dilindungi berdasarkan Peraturan Menteri LHK No. P106 Tahun 2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa Dilindungi.
Burung Endemik Papua Ini Beracun Meski Kicauannya Merdu
Sedangkan, untuk serak jawa, meskipun bukan termasuk satwa dilindungi, upaya penangkaran telah dilakukan. Sebab, keberadaannya mulai menurun. Oleh karena itu, masyarakat dapat memperoleh burung tersebut ke tempat penangkaran jika akan memanfaatkan sebagai predator alami di lahan persawahan.
“Kalau kita mau menggunakan dia sebagai salah satu untuk penanganan hama, itu mungkin bisa diperoleh dari tempat penangkaran,” kata Yanthi.
Setelah mendapat burung hantu dari tempat penangkaran, Kawan dapat melakukan pengembangbiakan dengan cara menyediakan sarang atau yang disebut rubuha. Sebab, sebagaimana dilansir dari Ditjen Pertanian, burung hantu tidak pandai membuat sarang.
Dengan adanya rubuha, Kawan tidak hanya mendapat manfaat dari burung hantu tetapi juga berperan dalam usaha mengembangkan populasi serak jawa.
Kisah Burung Puyuh dan Musang dari Nusa Tenggara Barat, Cerita tentang Balasan Perbuatan Licik
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News