
Ayam cemani mencuri perhatian karena penampilannya unik. Setiap inci tubuhnya, mulai dari bulu, kulit, paruh, mata, hingga organ dalam berwarna hitam pekat.
Dr. Savitri Novelina, pakar genetika dari IPB University, menjelaskan bahwa fenomena unik ini disebabkan oleh mutasi gen fibromelanosis yang menyebabkan produksi melanin berlebihan di seluruh jaringan tubuh.
“Ini murni proses genetik alami, sama sekali tidak berkaitan dengan hal-hal mistis,” tegasnya.
Asal Usul dan Persebaran Ayam Cemani
Berasal dari daerah Kedu di Jawa Tengah, ayam cemani telah dibudidayakan sejak abad ke-12. Nama “cemani” sendiri berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti hitam legam.
Kini, ayam ini telah menyebar ke berbagai penjuru Nusantara dengan berbagai sebutan lokal, seperti “ayam intan” di Bali atau “ayam hideung” di wilayah Sunda. Penyebarannya tidak lepas dari nilai budaya yang melekat padanya.
Kerap Dijadikan Ritual
Dalam budaya Jawa dan Bali, ayam cemani sering dikaitkan dengan berbagai ritual dan kepercayaan spiritual. Banyak yang meyakini ayam ini memiliki kekuatan khusus.
Namun di balik kepercayaan tersebut, praktik pemeliharaan yang tidak tepat justru kerap terjadi.
Banyak ayam cemani yang dikurung dalam kandang tidak layak, atau diperlakukan tidak semestinya dalam ritual-ritual tertentu. Padahal, seperti diungkapkan Dr. Savitri, ayam ini membutuhkan perawatan yang sama seperti ayam pada umumnya.
Baca juga Ayam Cemani, Ras Lokal yang Kaya Manfaat dan Berharga Mahal di Eropa
Bernilai Ekonomi Tinggi
Di luar nilai budayanya, ayam cemani menyimpan potensi ekonomi yang besar. Seekor ayam cemani berkualitas bisa dihargai hingga puluhan juta rupiah. Telurnya pun bernilai tinggi, mencapai Rp100 ribu per butir.
Beberapa peternak mulai mengembangkan produk turunan seperti abon dan olahan daging lainnya. IPB University sendiri aktif melakukan penelitian untuk meningkatkan kualitas genetik dan produktivitas ayam ini.
Edukasi Berbasis Kearifan Lokal
Menyikapi fenomena ayam cemani membutuhkan pendekatan yang seimbang. Para peneliti seperti Dr. Savitri menekankan pentingnya menghormati kepercayaan masyarakat sambil memberikan pemahaman ilmiah.
“Kami bekerja sama dengan tokoh adat untuk menyampaikan pentingnya kesejahteraan hewan dan pemeliharaan yang benar,” ujarnya.
Pendekatan ini terbukti efektif dalam mengubah persepsi tanpa menafikan nilai-nilai budaya yang ada.
Prospek Cerah Ayam Cemani
Sebagai warisan genetik unik Indonesia, ayam cemani memiliki prospek cerah jika dikelola dengan baik.
Perlindungan terhadap plasma nutfah ini, pengembangan budidaya yang bertanggung jawab, serta pemanfaatan secara berkelanjutan akan memastikan kelestariannya untuk generasi mendatang.
Dengan menggabungkan kearifan lokal dan pendekatan ilmiah, ayam hitam legam ini bisa terus menjadi kebanggaan bangsa.
Baca juga Tak Cuma Putih dan Cokelat, Telur Ayam Ternyata Bisa Berwarna-warni
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News