
Komunikasi merupakan teknik untuk menarik perhatian hingga memenangkan hati audiens. Tetapi di tengah perkembangan teknologi, strategi untuk memenangkan audiens mendapatkan tantangan yang berat.
Hal itu disampaikan oleh Dini Arista Mardiani, External PR & Communication Head PT Bank CIMB Niaga ketika menjelaskan tentang fenomena masyarakat yang lebih banyak menghabiskan waktu di media sosial.
Bagi Dini, kebiasaan masyarakat untuk mencari hiburan dan informasi di media sosial sudah mengubah gaya komunikasi. Berbeda dengan zaman sebelum 2005, Dini menyebut gaya komunikasi saat ini harus dua arah.
“Perusahaan juga sudah masuk ke digital yang komunikasinya dua arah.” ucapnya dalam forum Goodtalk Off-Air.
Dini lalu menjelaskan mengenai immersive communication yang tengah dilakukan oleh CIMB Niaga untuk memenangkan masyarakat, khususnya nasabah. Dini menyebut nasabah selalu diajak untuk merasakan langsung kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan.
Cara komunikasi ini, jelasnya jadi strategi merebut emosional audiens. Sehingga ucap Dini, para nasabah tidak hanya bersifat pasif tapi juga menyampaikan pengalamannya yang menarik saat berinteraksi dengan perusahaan.
“Karena biasanya nasabah hanya datang ke cabang untuk menabung atau investasi. Tapi dengan immersive communication kita mengubah hubungan transaksional menjadi hubungan emosional. Pada akhirnya itu berdampak kepada loyalitas dari nasabah atau masyarakat,” jelasnya.
Hal senada juga diungkapkan oleh Pimpinan Redaksi IDN Times Uni Lubis yang mengungkapkan cara medianya bisa merebut hati pembaca Millenial dan juga Gen Z. Uni, panggilan akrabnya menyebut menjadi adaptif sangat penting untuk bisa bertahan.
Uni yang sudah bergelut di dunia jurnalistik pada era 1990-an ini tetap mau belajar mengenai teknologi saat ini. Dia bahkan masih aktif menggunakan menggunakan media sosial seperti di X dan Tiktok.
“Apa alasan satu-satunya yang membuat kita sebagai media bisa relevan yaitu kembali ke core jurnalisme, verifikasi, eksplainer dan fast checking,” paparnya.
Selain itu, mantan Pimpinan Redaksi Majalah Panji Masyarakat ini mengungkapkan masih tetap menjalankan tugas-tugas redaksi, seperti wawancara dan menulis. Baginya ini penting untuk menjadi contoh karyawan-karyawannya yang masih muda.
“Anak muda tidak bisa tuh disuruh, lu ke sana kamu ke sana, nyuruh-nyuruh saja. Tapi tiap minggu saya masih wawancara, tidak banyak kan Pimred kaya gitu,” ucapnya.
Ternyata hal ini juga dilakukan oleh Kementerian Luar Negeri saat melihat derasnya arus informasi bukan saja dari luarnegeri tetapi luar negeri.
Berkembangnya sosial media membuat masyarakat bisa lebih mudah mengakses informasidari manapun.
Bagi Hartyo Harkomoyo, Direktur Informasi dan Media Kementerian Luar Negeri hal ini sudah mengubah gaya komunikasi di lembaganya. Dia menyebut Kemenlu saat ini lebih ingin mengajak publik dalam setiap diplomasi yang dilakukan.
“Kita melihat media ini adalah mitra untuk menginformasikan apa yang telah dilakukan pemerintah. Termasuk melakukan kontrol dengan kebijakan kita. Tidak bisa lagi diplomasi dilakukan secara tertutup,” ucapnya.
Pria yang akrab disapa Yoyo ini berharap dengan terbukanyainformasi dari pihak Kemenlu akan menarik perhatian dari masyarakat. Sehingga, jelasnya masyarakat akan mau terlibat dalam setiap diplomasi yang dilakukan oleh pemerintah.
“Agar publik aware, karena bila publik sudah aware akan memunculkan partisipasi dalam isu luar negeri. Media konvensional maupun terkini merupakan mitra yang paling besar untuk penyebaran informasi tersebut,” jelasnya.
Goodtalk Off-Air: Winning Audience In Post-Giant Media World: Strategi Memenangkan Audiens di Era Baru Media
Seluruh pernyataan tersebut mengemuka dalam diskusi Goodtalk Off-Air bertajuk Winning Audience In Post-Giant Media World: Strategi Memenangkan Audiens di Era Baru Media yang diselenggarakan pada 27 Mei 2025 di Graha CIMB Niaga Sudirman Jakarta. Forum ini merupakan hasil kolaborasi antara Good News From Indonesia (GNFI) dan Perhimpunan Hubungan Masyarakat Indonesia (Perhumas).
Katri Krisnati, anggota Bidang Pengembangan Kampanye Kehumasan (Perhumas) menyebut forum ini tidak hanya sebagai ruang diskusi, tetapi juga menemukan strategi agar komunikasi bisa memberikan dampak bagi masyarakat.
“Keberhasilan komunikasi bukan seberapa luas jangkauan, berapa jumlah followers kita, seberapa banyak yang membaca. Tetapi seberapa tepat dan berdampak pesan yang kita sampaikan kepada target audience kita,” jelasnya.
Sejalan dengan itu, CEO GNFI Wahyu Aji menyatakan bahwa media tidak hanya menyediakan sebuah konten tetapi juga ruang bagi masyarakat agar bisa berkomunikasi. Sehingga gagasan-gagasan ini bisa relevan di tengah masyarakat.
“Bahwa media itu tidak hanya memproduksi konten, tetapi ruang. Jadi ruang-ruang pertemuan yang melahirkan gagasan,” ucapnya.
Kontak: [email protected]
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News