Posted on Leave a comment

KUBET – Menjadi Manusia Jalawastu: Menghormati Leluhur, Menjaga Alam, dan Merawat Tradisi di Tengah Modernitas

Menjadi Manusia Jalawastu: Menghormati Leluhur, Menjaga Alam, dan Merawat Tradisi di Tengah Modernitas

images info

Masyarakat adat Jalawastu, yang terletak di Desa Cisereuh, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, adalah komunitas penutur bahasa Sunda yang hidup dalam harmoni antara tradisi leluhur, nilai-nilai Islam, dan pelestarian alam.

Kehidupan mereka di kaki Gunung Kumbang tidak hanya sekadar bertahan dari zaman, tetapi juga menjadi contoh nyata bagaimana manusia dapat hidup selaras dengan alam dan budaya.

Dilansir National Geographic Indonesia, salah satu tradisi yang paling menonjol adalah upacara adat Ngasa, sebuah ritual yang melambangkan penghormatan kepada leluhur dan alam. Upacara ini melibatkan persembahan hasil bumi, seperti buah, sayuran, dan nasi jagung. Menariknya, tradisi ini tidak melibatkan daging atau hewan karena kawasan Pasarean Gedong, tempat upacara dilakukan, dianggap suci dan tidak boleh ada makhluk bernyawa yang dilukai.

Kisah Nissa dan Ibang, Kawan Aktivis yang Jadi Pasangan Lalu Dirikan Pesantren Ekologis Ath-Thaariq

Ngasa: Ritual yang Menyatukan Manusia, Alam, dan Leluhur

Ngasa, yang berarti “istirahat” atau “berdoa”, bukan sekadar ritual tahunan, tetapi juga refleksi dari cara hidup masyarakat Jalawastu.

Dilansir Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Brebes, upacara adat ini digelar setiap Selasa Kliwon pada Mangsa Kesanga (bulan kesembilan dalam penanggalan Jawa) dan telah dikenal hingga tingkat nasional.

Ngasa pertama kali dilaksanakan pada masa pemerintahan Bupati Brebes IX, Raden Arya Candra Negara, sebagai bentuk rasa syukur kepada Batara Windu Buana, yang dianggap sebagai pencipta alam. Batara Windu Buana memiliki ajudan bernama Burian Panutus, yang konon semasa hidupnya tidak pernah makan nasi atau lauk pauk dari makhluk bernyawa. Hal ini lah yang menjadi salah satu musabab Ngasa tidak menghidangkan hewan.

Uniknya Pesantren Ekologi Ath-Thaariq Garut hingga Dianggap Kafir karena Didatangi Pemuka Agama Lain

Menurut Ki Dastam, penasehat adat Jalawastu, dalam wawancaranya dengan National Geographic Indonesia, Ngasa adalah bentuk doa kepada Allah untuk memohon kemakmuran sekaligus ungkapan syukur atas hasil bumi. Dalam ritual ini, warga bersedekah dengan menghidangkan nasi jagung dan berbagai hasil bumi lainnya yang berasal dari lingkungan mereka sendiri.

Ngasa juga dikenal sebagai sedekah gunung, sebuah tradisi yang mencerminkan pentingnya gunung dalam keyakinan masyarakat agraris. Bagi masyarakat Jalawastu, yang tinggal di kaki Gunung Kumbang, gunung bukan hanya sekadar bentang alam, tetapi juga simbol spiritual yang melambangkan kehidupan dan sumber penghidupan.

Tradisi ini menggambarkan bagaimana manusia Jalawastu memandang dirinya sebagai bagian dari alam, bukan penguasa alam. Mereka percaya bahwa kepatuhan pada leluhur akan membawa kebaikan, sehingga setiap kebaruan yang masuk ke kampung harus melalui proses meminta petunjuk leluhur terlebih dahulu.

Mengenal Pecalang, Garda Terdepan Penjaga Keamanan Desa Adat di Bali

Islam dan Tradisi Leluhur: Penyatuan Dua Kutub 

Meskipun masyarakat Jalawastu kini menganut Islam, mereka tetap mempertahankan warisan leluhur.

Sejarah mencatat bahwa Islam masuk ke Jalawastu melalui pengaruh Kesultanan Cirebon. Proses islamisasi ini tidak menghapus tradisi lama, melainkan mengintegrasikannya dengan nilai-nilai Islam.

Misalnya, tari centong, yang mengabadikan pertarungan antara dua tokoh adat, Gandasari dan Gandawangi, tentang penerimaan Islam, tetap dilestarikan sebagai bagian dari upacara Ngasa.

“Kami Islam sedari awal, tapi kita tetap menjalankan tradisi yang diperintahkan leluhur kami,” kata Singgih, Ketua Adat Jalawastu dalam wawancaranya bersama National Geographic Indonesia.

Mama Sariat Tole: Pelestari Seni Tenun Ikat Alor yang Mendunia

Warisan Budaya Tak Benda: Pengakuan atas Kearifan Lokal 

Pada Oktober 2024, Jalawastu dinobatkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI. Penghargaan ini diberikan karena tradisi Ngasa dianggap sebagai ritus adat yang unik dan sarat makna.

Budayawan dan sejarawan Brebes, Wijanarto, menjelaskan bahwa tradisi Ngasa juga dikenal sebagai Sedekah Gunung, yang bertujuan untuk memohon kelancaran dan keberkahan dalam kehidupan. “Ngasa adalah bentuk sedekah yang diajarkan leluhur untuk menjaga keseimbangan antara manusia dan alam,” ujar Wijanarto kepada NU Online.

Apa Itu Balai Ternak? Strategi Baru Baznas Salurkan Zakat yang Lebih Produktif

Pantangan dan Kearifan Lingkungan: Menjaga Alam dengan Aturan Adat 

Masyarakat Jalawastu memiliki sejumlah pantangan (pamali) yang berkaitan dengan pelestarian alam dan penghormatan kepada leluhur. Misalnya, mereka dilarang membangun rumah menggunakan semen atau genteng, karena dianggap merusak alam. Pantangan ini muncul setelah terjadi bencana longsor yang diyakini sebagai peringatan dari leluhur.

Selain itu, masyarakat juga tidak boleh menebang pohon sembarangan atau menggelar pertunjukan wayang karena dianggap dapat menimbulkan konflik sosial.

“Pantangan ini bukan tentang larangan, tetapi tentang menjaga harmoni,” jelas Ki Dastam, salah satu tokoh adat Jalawastu.

Pengetahuan Pengobatan Tradisional Masyarakat Adat yang Tersimpan Rapi di Dalam Hutan

Hutan Adat: Ruang Hidup yang Disucikan 

Hutan adat Jalawastu seluas 64,8 hektare menjadi bukti komitmen masyarakat dalam menjaga kelestarian alam. Hutan ini hanya boleh dimasuki dengan izin juru kunci, dan pohon-pohon di dalamnya tidak boleh ditebang kecuali untuk keperluan mendesak seperti membangun rumah.

Bahkan, ranting yang jatuh dibiarkan dimakan rayap sebagai bentuk penghormatan terhadap kehidupan.

“Hutan adalah warisan leluhur yang harus dijaga untuk generasi mendatang,” tutur Sutisna, pengurus bidang hutan adat Jalawastu.

Sosok Suswaningsih, PNS yang Berjuang Hidupkan Lahan Tandus di Gunungkidul

Menjadi Manusia Jalawastu di Tengah Modernitas 

Kehidupan masyarakat Jalawastu adalah contoh nyata bagaimana manusia dapat hidup selaras dengan alam dan budaya, bahkan di tengah gempuran modernitas. Mereka tidak menolak perubahan, tetapi memilih untuk mengintegrasikannya dengan nilai-nilai leluhur.

Seperti kata Daryono, juru kunci adat Jalawastu, “Kepatuhan pada leluhur adalah dengan menjalankan perintahnya yang diatur oleh leluhur. Leluhur pasti memberi yang terbaik.”

Dengan cara ini, manusia Jalawastu tidak hanya menjaga tradisi, tetapi juga merawat identitas mereka sebagai bagian dari alam dan sejarah.

Suku Duano, Penjaga Laut di Pesisir Sumatra yang Justru Terancam Air Laut

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News



Posted on Leave a comment

KUBET – Gim Buatan Anak Bangsa Makin Dilirik, Bagaimana Potensi Indonesia Menjadi Pemain Besar di Industri Gim Dunia?

Gim Buatan Anak Bangsa Makin Dilirik, Bagaimana Potensi Indonesia Menjadi Pemain Besar di Industri Gim Dunia?

images info

Bayangkan jika suatu hari gim buatan Indonesia dimainkan oleh jutaan orang di seluruh dunia, menjadi fenomena global yang sejajar dengan gim-gim dari Jepang, Amerika Serikat, atau Korea Selatan.

Apakah hal itu mungkin?

Industri gim di Indonesia memang berkembang pesat, tetapi apakah sudah cukup kuat untuk bersaing dengan raksasa global? Ataukah masih ada tantangan besar yang harus dihadapi?

Melihat Indonesia dari Sisi Lain : Apresiasi Budaya Indonesia Melalui Gim

Tiga Tantangan Besar Industri Gim Indonesia

Dalam persaingan global, industri gim Indonesia menghadapi tiga tantangan utama: pendanaan, talenta, dan akses pasar.

Dari sisi pendanaan, pengembang gim di negara-negara maju sering kali mendapatkan hibah atau dukungan dari investor yang memahami industri ini. 

Sementara di Indonesia, banyak studio gim masih harus mencari modal sendiri atau bootstrap untuk membiayai pengembangan produk mereka. Akses terhadap investor dan publisher masih menjadi kendala besar.

Menurut Adam Ardisasmita selaku CEO dari Arsanesia, salah satu studio pengembang gim lokal yang berbasis di Bandung, di dalam negeri sendiri belum banyak investor atau publisher yang bisa diakses oleh pengembang gim lokal.

“Padahal, untuk bisa bersaing di tingkat global, pendanaan yang kuat sangat dibutuhkan,” ujar Adam.

Soal talenta, meskipun semakin banyak kampus yang membuka jurusan pengembangan gim, pengalaman dan keterampilan yang diperlukan untuk bersaing di tingkat global masih perlu ditingkatkan.

Gim sukses di pasar global biasanya dikembangkan oleh tim yang memiliki pengalaman lebih dari satu dekade. Pengembang lokal perlu lebih banyak kesempatan untuk belajar dan berkolaborasi dengan para profesional internasional.

“Saat ini kita sudah punya banyak talenta berbakat, tapi industri ini perlu lebih banyak program pelatihan dan mentorship agar pengembang bisa naik kelas,” tambah mantan Vice President Asosiasi Gim Indonesia ini.

Dari segi akses pasar, Indonesia memiliki industri gim bernilai 1,3 miliar USD per tahun.

Memang, mayoritas gamer lokal masih lebih memilih gim dari luar negeri. Artinya, meskipun pasar dalam negeri besar, gim buatan lokal belum sepenuhnya mampu menarik minat pemain dalam negeri sendiri.

Angin Segar bagi Industri Gim Lokal, Akses Promosi dan Pembiayaan Pemerintah Kian Terbuka

Strategi Agar Gim Lokal Bisa Mendunia

Untuk bisa bersaing dengan raksasa global, gim buatan Indonesia harus memiliki strategi yang jelas sejak tahap awal pengembangan.

Salah satu faktor kunci adalah memastikan product-market fit sejak awal produksi. Pengembang harus memahami pasar yang ingin mereka tuju dan menyesuaikan desain serta strategi promosi sesuai dengan kebutuhan pemain di pasar tersebut.

“Banyak pengembang yang terlalu fokus pada teknis, tapi lupa bahwa pemasaran juga sangat penting. Sejak awal, kita harus tahu siapa target pemainnya dan bagaimana cara menarik perhatian mereka,” ungkap Adam.

Selain itu, biaya produksi yang lebih rendah di Indonesia bisa menjadi keunggulan kompetitif.

Adam juga menyebutkan, dengan biaya hidup yang lebih murah dibandingkan negara lain, pengembang lokal bisa menghasilkan produk berkualitas tinggi dengan anggaran yang lebih efisien.

Namun, ini harus diimbangi dengan peningkatan standar kualitas agar dapat bersaing dengan gim dari negara lain.

Dari Hiburan ke Ekonomi Kreatif, Esports Makin Menggairahkan Pertumbuhan Industri Gim Indonesia

Bisakah Indonesia Menjadi Pemain Besar di Industri Gim?

Ada banyak potensi yang bisa digarap, dan tren menunjukkan bahwa industri gim Indonesia berada di jalur yang tepat.

Beberapa gim lokal sudah mulai mendapatkan pengakuan internasional dan sukses di pasar global. Jika tren ini terus berlanjut, bukan tidak mungkin dalam beberapa tahun ke depan, Indonesia bisa menjadi salah satu kekuatan baru di industri gim dunia.

Namun, untuk mencapai hal tersebut, sinergi antara pemerintah, pengembang, dan investor juga harus tetap terjaga,

“Indonesia sudah berada di trajectory yang tepat. Jika momentum ini bisa dijaga dan terus diperkuat, ada kemungkinan kita akan melihat lebih banyak gim buatan Indonesia yang mendunia,” tutup Adam.

Gim eFootball Semakin Bernuansa Indonesia: Setelah Timnas, Kini Ada Persib

 

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News



Posted on Leave a comment

KUBET – Industri Gim Indonesia Melesat, Dari Hobi Jadi Sektor Ekonomi Kreatif yang Menjanjikan

Industri Gim Indonesia Melesat, Dari Hobi Jadi Sektor Ekonomi Kreatif yang Menjanjikan

images info

Industri gim di Indonesia mengalami perkembangan pesat dalam beberapa tahun terakhir.

Dari sekadar hobi, kini gim telah berkembang menjadi bagian penting dari ekonomi kreatif. Studio gim bermunculan, talenta lokal semakin terasah, dan dukungan dari berbagai pihak semakin kuat.

Perubahan ini tak lepas dari pertumbuhan industri secara global serta peningkatan jumlah pemain gim di Indonesia. Dengan populasi yang besar dan minat tinggi terhadap gim, Indonesia memiliki potensi pasar yang luar biasa.

Namun, lebih dari sekadar pasar, Indonesia mulai menunjukkan diri sebagai produsen yang mampu bersaing.

Pelajar Indonesia Berlomba Ciptakan Game Bertema Keberlanjutan

Perjalanan Panjang Industri Gim Lokal

Sejak awal 2010-an, ekosistem gim di Indonesia berkembang dengan lebih terstruktur.

Adam Ardisasmita, CEO Arsanesia, melihat sendiri bagaimana industri ini tumbuh dari sekadar komunitas kecil menjadi sektor ekonomi yang serius.

“Dulu industri ini hanya sekadar komunitas yang membuat gim karena hobi. Sekarang, industri gim di Indonesia sudah berkembang jauh. Banyak studio lokal yang mulai go global dan meraih kesuksesan,” ujar Adam.

Tak hanya pengembang, sektor pendukung seperti lembaga pendidikan, media, serta komunitas juga berperan dalam membangun industri ini.

Kini, semakin banyak kampus yang membuka jurusan terkait pengembangan gim, sehingga paling tidak bisa meneruskan regenerasi talenta yang berkelanjutan.

Perempuan Berkarier di Industri Game, Mengapa Tidak? Ini Tips dan Nilai Plusnya

Dukungan Pemerintah dalam Mendorong Industri Gim

Pemerintah semakin menyadari potensi industri gim sebagai sektor yang dapat memberikan kontribusi besar bagi perekonomian nasional.

Pada 2016, Indonesia Game Rating System (IGRS) diperkenalkan untuk mengatur konten gim secara lebih baik. Kemudian, Hari Game Indonesia (HARGAI) ditetapkan untuk meningkatkan apresiasi terhadap gim lokal.

Momen penting lainnya terjadi pada 2023 dengan diterbitkannya Peraturan Presiden (Perpres) yang mengakselerasi pertumbuhan industri gim. Peraturan ini mendorong lebih banyak kementerian dan lembaga untuk terlibat dalam pengembangan sektor ini, mulai dari regulasi hingga pendanaan.

“Sebelumnya, hanya satu-dua kementerian yang fokus mendukung industri gim. Namun, dengan adanya Perpres, kini lebih banyak pihak yang melihat gim sebagai industri yang potensial,” jelas Adam.

Meski demikian, tantangan masih ada. Dukungan pendanaan bagi pengembang lokal masih terbatas, baik dari sisi investor maupun publisher. Dibutuhkan lebih banyak program insentif agar industri ini bisa berkembang lebih cepat.

Industri Gim Nasional Terus Digenjot, Apa Saja Inisiatif Pemerintah?

Masa Depan Industri Gim Indonesia

Dengan pertumbuhan yang terus berlanjut, masa depan industri gim Indonesia terlihat cerah. Semakin banyak gim lokal yang mendapat perhatian di pasar internasional, membuktikan bahwa pengembang Indonesia mampu bersaing secara global.

“Kalau kita bisa terus meningkatkan kualitas dan memperkuat ekosistem, industri gim Indonesia punya potensi besar untuk berkembang lebih jauh,” pungkas Adam.

Namun, perjalanan ini masih panjang. Perlu kolaborasi yang lebih erat antara pengembang, investor, pemerintah, dan komunitas agar industri gim Indonesia tidak hanya menjadi konsumen, tetapi juga produsen yang diperhitungkan di tingkat dunia.

Dari Hiburan ke Ekonomi Kreatif, Esports Makin Menggairahkan Pertumbuhan Industri Gim Indonesia

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News



Posted on Leave a comment

KUBET – Sosok Sudarmi, Perempuan Gigih yang Pimpin Pengelolaan Hutan Jati di Gunungkidul

Sosok Sudarmi, Perempuan Gigih yang Pimpin Pengelolaan Hutan Jati di Gunungkidul

images info

“Saya lebih suka kerja bareng ibu-ibu, karena mereka mudah dibina dan diajak memahami. Kalau bapak-bapak suka bilang (saya) terlalu banyak teori—lebih banyak menentangnya. Padahal ya teori dan praktik dilakukan bersamaan,” tutur Sudarmi, dikutip dari Magdalene.

Sudarmi adalah ketua Kelompok Tani Hutan Kemasyarakatan (HKm) Sedyo Rukun, Desa Banyusoco, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Kelompok Tani HKm Sedyo Rukun ini telah berdiri sejak tahun 2000. Akan tetapi, izin pengelolaan hutan negara baru terbit pada tahun 2007 dengan masa pengelolaan 35 tahun di Hutan Paliyan.

Sebagai ketua, Sudarmi bertanggung jawab terhadap banyak aktivitas dan pengelolaan kawasan Hutan Paliyan milik negara seluas 17 hektar yang berada di wilayah Kapanewon Playen. Pengelolaan tersebut di antaranya penebangan dan distribusi kayu jati, menjual kayu bersertifikasi, menyediakan jasa penggergajian, serta melayani pesanan log hingga furnitur.

Tidak hanya itu, Sudarmi juga memimpin Koperasi Wana Manunggal Lestari (KWML), yang berperan memproduksi kayu dari hasil hutan. Koperasi ini turut berperan dalam membantu para petani HKm dan petani Tanaman Hutan Rakyat (THR), di sebagian daerah Gunungkidul.

Menjadi Manusia Jalawastu: Menghormati Leluhur, Menjaga Alam, dan Merawat Tradisi di Tengah Modernitas

Penghargaan Bagi Sudarmi

Menjadi pemimpin di sektor yang digambarkan dengan dunia lelaki tentu bukan hal mudah bagi Sudarmi. Banyak yang sangsi akan kemampuannya. Akan tetapi, Sudarmi mampu membuktikan bahwa dirinya pantas dan memiliki kapabilitas untuk memimpin dalam hal pengelolaan hutan.

Sudarmi peroleh penghargaan Tokoh Perhutanan Sosial dari (KLHK)

info gambar

 

Selama 11 tahun mengepalai pengelolaan hutan, Sudarmi dan kelompok yang dipimpinnya meraih sejumlah penghargaan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

Pada 2018, Kelompok HKm yang ia pimpin mendapatkan penghargaan juara III Wana Lestari Tingkat Nasional.

Satu tahun kemudian, Sudarmi mendapatkan penghargaan Tokoh Perhutanan Sosial dari (KLHK). 

Kisah Nissa dan Ibang, Kawan Aktivis yang Jadi Pasangan Lalu Dirikan Pesantren Ekologis Ath-Thaariq

Hutan Jati Bukan Sekadar Komoditi

Sudarmi dan warga Banyusoco tahu betul, kayu jati bukan hanya sebagai komoditas. Kayu unggulan Indonesia ini, selain kualitasnya yang telah dikenal luas, juga memberikan kebermanfaatan di sektor lingkungan.

Seperti yang telah diketahui, Gunungkidul merupakan kabupaten di Yogyakarta yang dibentuk dari puluhan hingga ribuan bukit. Gunungkidul dikenal sebagi pegunungan seribu. Meskipun demikian, bukit-bukit tersebut merupakan bukit kapur atau karst.

Bentang alam ini mengakibatkan tanah di Gunungkidul lebih tandus dan kurang air permukaan. Oleh karena itu, kawasan ini rentan terhadap fenomena kekeringan.

Mama Sariat Tole: Pelestari Seni Tenun Ikat Alor yang Mendunia

Dengan kondisi alam demikian, masyarakat Banyusoco memanfaatkan pohon jati sebagai pengikat air, seperti pohon pada umumnya. Apalagi, lokasi mata air di Sungai Oyo berjarak hanya 500 meter dari hutan jati sehingga fungsi pohon dimanfaatkan dengan baik. Oleh karena itu, penebangan pohon jati dilakukan berkala dan diatur sedemikian rupa.

“Hutan jati juga mendukung keberadaan sumber mata air,” jelas Sudarmi.

Selain itu, keberadaan hutan jati juga digunakan sebagai “tempat bernaung” bagi tanaman lain. Masyarakat desa Banyusoco menanam palawija di sekitar tegakan pohon jati.

Hasilnya, palawija dapat diolah dan dijual dalam bentuk produk minuman, seperti jamu, gula kunir, jahe kristal, wedang uwuh, hingga aneka camilan dari umbi garut dan olahan pisang.

“Kalau jati itukan panennya lama, jadi untuk meningkatkan perekonomian kelompok kita juga membudidayakan tanaman obat,” jelas Sudarmi, dikutip dari Sorot.co.

Pohon jati memang unik. Sudarmi mengatakan, meskipun usia panennya lama, pohon jati dapat dimanfaatkan bahkan sejak berumur lima tahun. Sudarmi dan kelompoknya memanfaatkan daun jati sebagai motif batik ecoprint. Tidak hanya itu, daun jati kering juga bisa laku dijual.

Melihat Peluang Budi Daya Cacing dari Sosok Lilis: Hadirkan Cacing Kering dan Bubuk Cacing

“Salah satunya kalau daun jatuh di tanah jadi serasah, itu laku dijual,” jelasnya.

Daun pohon jati juga menjadi tempat kupu-kupu bermetamorfosis. Di sanalah warga Banyusoco biasanya mencari kepompong.

“Ada juga orang yang nyari kepompong, dari ulat yang nempel di daun kayu jati. Kalau dijual, satu kilogram harganya Rp100 ribu,” imbuhnya.

Endang Rohjiani, Aktivis Lingkungan dari Yogyakarta yang Perjuangkan Ekosistem Sungai Winongo

Tiga Kali Panen Pohon Jati

Pohon jati di Hutan Paliyan tercatat telah dipanen tiga kali berturut-turut, yakni 2019, 2020, dan 2021. Hasil penjualan tersebut bisa mencapai Rp400 juta per 300 meter kubik.

Dari hasil tersebut, terlebih dahulu disimpan 50% untuk biaya operasional. Sisanya, baru dibagikan kepada anggota Kelompok Tani HKm Sedyo Rukun.

Sebagaimana dilansir dari Mongabay, panen kayu pada 2021 dilakukan di lahan seluas 4,5 hektar. Ada sekitar 2.736 batang pohon yang ditebang. Meski demikian, pemanenan berikutnya baru akan dilakukan 10 hingga 15 tahun lagi.

Lewat periodisasi hutan jati, Sudarmi dan warga Banyusoco tidak hanya memanfaatkan hutan kayu untuk kehidupan mereka. Mereka juga mempersembahkan kelestarian hutan untuk anak cucu nantinya.

“Yang namanya hutan, apa yang ditanam di tahun ini belum tentu kita yang bakal memanennya. Misalnya jati, jangka waktunya puluhan tahun. Kita tidak tahu umur kita sampai di mana, jadi itu untuk anak cucu kita,” tegasnya.

Sosok Suswaningsih, PNS yang Berjuang Hidupkan Lahan Tandus di Gunungkidul

 

 

 

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News



Posted on Leave a comment

KUBET – Kebebasan Pers Jadi Pilar Utama Demokrasi, Ini Dasar Hukumnya

Kebebasan Pers Jadi Pilar Utama Demokrasi, Ini Dasar Hukumnya

images info

Kebebasan pers merupakan pilar utama demokrasi yang haram hukumnya untuk ditawar. Di Indonesia, negara menjamin ruang keleluasaan ruang berekspresi dan sudah diatur dalam undang-undang.

Jaminan kebebasan pers di Indonesia adalah bentuk dari pelaksanaan Pasal 28 dalam UUD 1945 yang telah mengatur kebebasan berserikat, berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan.

Tidak hanya itu, dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 1999 Tentang Pers, ditekankan bahwa pers merupakan salah satu wujud kedaulatan rakyat dan menjadi salah satu unsur vital untuk menciptakan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang demokratis.

Pada Pasal 4 Ayat 1 dan 2 dalam Bab II tentang Asas, Fungsi, Hak, Kewajiban, dan Peranan Pers, dituliskan bahwa kemerdekaan pers dijamin sebagai hak asasi warga negara. Tidak hanya itu, pers nasional juga tidak dikenakan penyensoran, pembredelan, atau pelanggaran penyiaran.

Melalui pasal tersebut, jelas bahwa pers harus bebas dari tindakan pencegahan, pelarangan, dan penekanan. Dengan demikian, masyarakat dapat mendapatkan informasi yang terjamin.

Pers nasional memiliki hak untuk menyampaikan informasi yang konkret dan sesuai fakta kepada masyarakat. Meskipun demikian, pers nasional juga tetap berkewajiban untuk tetap mematuhi dan menghormati norma-norma yang berlaku.

Kawan GNFI, pers berkewajiban untuk tetap mengikuti Kode Etik Jurnalistik, tidak mempublikasikan fitnah, dan melakukan verifikasi berita. Bersama dengan masyarakat, pers memegang pernan penting dalam menjaga demokrasi negara.

Ini Daftar 10 Provinsi dengan Indeks Kebebasan Pers Tertinggi di Indonesia

Pers, Si Pilar Demokrasi

Dalam sebuah tulisan yang dipublikasikan oleh Mahkamah Konstitusi (MK) Republik Indonesia, pers merupakan pilar keempat demokrasi yang dijamin kemerdekaan dan keberadaannya oleh UUD 1945, seperti halnya tiga pilar demokrasi lain, yakni kekuasaan eksekutif, legislatif, dan yudikatif.

‘Roh’ dari demokrasi adalah kebebasan berekspresi, di mana hal ini dekat dengan kebebasan pers. MK menyebut, sebagai salah satu pilar demokrasi, pers bertanggung jawab untuk meningkatkan profesionalisme, di mana pers berperan sebagai jembatan antara masyarakat kelas bawah dengan kaum elit.

Di sisi lain, kemerdekaan pers adalah milik rakyat yang harus dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kepentingan rakyat. Pers mengabdikan diri mereka untuk rakyat dan publik.

Kawan GNFI, pers memiliki tugas besar untuk melakukan pengawasan, kritik, koreksi, dan saran terhadap kepentingan umum. Artinya, pers tidak boleh bersifat pasif saat melihat adanya kepentingan umum yang terabaikan, terutama jika terjadi potensi penyalahgunaan.

Pers yang tidak melakukan pengawasan, kritik, koreksi, dan saran terhadap pilar demokrasi lainnya dianggap sebagai pers yang gagal membawa fungsinya. Pers juga dianggap sebagai ‘penegak’ keadilan dan kebenaran, meskipun caranya berbeda dengan penegak hukum formal lain, yakni hakim, jaksa, polisi, dan pengacara.

Di sisi lain, Dewan Pers Indonesia menyatakan bahwa pers sendiri secara langsung diawasi, dikritik, dikoreksi, dan diberi saran oleh masyarakat.

Sayangnya, walaupun sudah dijamin keberadaan dan kebebasannya, pers masih menghadapi sejumlah ancaman. Kekerasan yang diterima oleh jurnalis dan media masih menjadi pekerjaan rumah yang serius bagi pemerintah.

Padahal, dalam Bab VIII tentang Ketentuan Pidana Pasal 18, jelas disebutkan bahwa setiap orang yang melawan hukum lewat tindakan yang menghambat atau menghalangi kebebasan pers dapat dipidana dengan penjara paling lama dua tahun atau denda paling banyak senilai Rp500 juta.

Dengan demikian, sudah sepatutnya kemerdekaan untuk menyatakan pikiran dan pendapat, khususnya melalui pers, harus selalu mendapatkan jaminan dan perlindungan hukum, serta bebas dari campur tangan dari pihak manapun.

5 Srikandi Minangkabau, dari Pelopor Pers Perempuan hingga Pendekar Silat, Siapa Favoritmu?

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News



Posted on Leave a comment

KUBET – Ketika Presiden Soekarno Tidak Berpuasa pada saat Momen Ramadan 1966

Ketika Presiden Soekarno Tidak Berpuasa pada saat Momen Ramadan 1966

images info

Puasa merupakan salah satu kewajiban yang wajib diamalkan oleh setiap umat Muslim ketika memasuki Ramadan setiap tahunnya. Ibadah yang termasuk ke dalam salah satu rukun Islam ini wajib dijalani oleh setiap Muslim selama satu bulan penuh lamanya.

Namun ada kalanya seorang Muslim tidak bisa menjalankan ibadah puasa di bulan suci bagi umat Islam tersebut. Biasanya hal ini terjadi karena ada beberapa kondisi yang memungkinkan seorang Muslim tidak bisa menjalankan ibadah puasa di hari tersebut.

Sama seperti halnya dengan Presiden Soekarno ketika momen Ramadan saat 1966. Pada momen Ramadan di tahun ini, Presiden Soekarno diketahui tidak menjalankan ibadah puasa selayaknya umat Muslim pada umumnya.

Lantas apa yang menyebabkan Presiden Soekarno tidak puasa pada momen Ramadan 1966? Temukan jawabannya dalam artikel berikut ini.

Presiden Soekarno Tidak Berpuasa saat Momen Ramadan 1966

Dilansir dari artikel “Sukarno Mengaku Ta’ Puasa Kerana Uzor” yang terbit di surat kabar Berita Harian edisi 16 Desember 1966, Presiden Soekarno menjelaskan bahwa dia tidak menjalankan ibadah puasa pada momen Ramadan di tahun tersebut. Namun hal ini dilakukan oleh presiden pertama Indonesia tersebut dengan alasan yang jelas.

Presiden menjelaskan bahwa dia tidak menjalankan ibadah puasa karena menderita sakit buah pinggang. Hal ini menjadi penghalang bagi dirinya untuk tidak berpuasa di tahun tersebut.

Sebab dokter memberikan saran kepada Presiden Soekarno untuk minum air putih yang cukup. Dengan demikian, sakit buah pinggang yang dia derita bisa berkurang ketika melakukan hal tersebut.

“Dokter menyuruh saya supaya jangan banyak minum karena saya sakit buah pinggang,” jelas Presiden Soekarno seperti yang dikutip dari surat kabar Berita Harian. “Maka dari itu saya tidak berpuasa,” tambahnya.

Bagaimana Hukum Tidak Berpuasa bagi Orang Sakit?

Lalu bagaimana hukumnya bagi orang yang sedang sakit untuk tidak berpuasa? Apakah orang yang sedang sakit boleh tidak untuk berpuasa?

Dikutip dari laman Universitas Islam An Nur Lampung, ternyata orang yang sakit bisa saja diberi keringanan untuk tidak berpuasa pada saat Ramadan. Hal ini berdasarkan salah salah satu ayat yang ada di dalam Al-Qur’an, yakni Al-Baqarah ayat 185.

Selain itu, terdapat tiga hukum yang bisa dikenakan bagi orang yang menderita sakit terkait menjalankan ibadah puasa, yakni wajib, sunah, dan makruh.

Hukum wajib berlaku untuk seseorang membatalkan puasa ketika sakit yang dia derita tidak mungkin sembuh jika berpuasa. Hal ini berlaku bagi setiap orang yang menderita penyakit kronis, seperti kanker, diabetes, dan sejenisnya.

Sementara itu, seseorang yang sakit disunahkan untuk membatalkan puasa jika khawatir kondisi yang akan dia alami makin parah nantinya. Misalnya orang yang menderita demam dan flu bisa membatalkan puasa jika kondisi yang dia alami tidak memungkinkan untuk melanjutkannya.

Terakhir, seseorang dimakruhkan untuk membatalkan puasa jika dirinya hanya menderita sakit ringan. Apalagi jika sakit tersebut dirasa tidak menghalanginya untuk melanjutkan ibadah puasa.

Namun perlu dicatat, situasi ini bukan berarti akan melepaskan kewajiban seorang Muslim terkait ibadah tersebut. Seorang Muslim tetap diwajibkan mengganti ibadah puasa yang batal saat Ramadan di bulan-bulan lainnya.

Terdapat dua cara yang bisa dilakukan untuk mengganti ibadah puasa yang batal ini. Pertama, Kawan bisa menggantinya dengan berpuasa di hari lain di luar Ramadan.

Hal ini dilakukan jika Kawan tidak mengalami halangan fisik atau sakit di hari lainnya tersebut. Namun jika Kawan berada di kondisi penyakit kronis yang tidak bisa berpuasa, maka bisa mengganti ibadah tersebut dengan fidiah.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News



Posted on Leave a comment

KUBET – Timnas Indonesia Masih Punya Harapan ke Piala Dunia 2026, Wajib Hajar Bahrain dengan 2 Hal Ini

Timnas Indonesia Masih Punya Harapan ke Piala Dunia 2026, Wajib Hajar Bahrain dengan 2 Hal Ini

images info

Timnas Indonesia baru saja menelan kekalahan dari Australia dalam laga lanjutan ronde ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026. Meski demikian, dengan perbaikan strategi dan komposisi pemain, Indonesia tetap masih punya harapan untuk lolos ke Piala Dunia.

Laga Timnas Indonesia melawan Australia digelar di Sydney Football Stadium pada Kamis (20/3/2025). Indonesia kalah dengan skor telak 1-5. 

Dengan hasil ini, Indonesia bertengger di peringkat keempat klasemen sementara Grup C dengan torehan 6 poin. Untuk lolos langsung ke Piala Dunia, Indonesia harus finish di posisi dua besar, sementara tim peringkat tiga dan empat akan ke ronde keempat, dan tim di luar empat besar bakal tersingkir.

Berdasarkan hitung-hitungan di klasemen sementara, Indonesia masih punya peluang untuk lolos. Hanya saja, menurut pengamat sepak bola nasional, Weshley Hutagalung, memperjuangkan  peringkat 3 dan 4 lebih masuk akal bagi Indonesia ketimbang memperebutkan posisi dua besar. Sebab, persaingannya sangat ketat, apalagi satu tiket lolos langsung sudah direbut oleh Jepang.

“Ada Australia dan Arab Saudi yang langganan Piala Dunia, selain Jepang yang tidak terkejar kita. Jadi, fokus (ambil peringkat) 3 dan 4.” ujar Weshley kepada GNFI, Jumat (21/3/2025).

Untuk mengamankan peringkat 3 atau 4, Indonesia wajib menang atas Bahrain dalam laga berikutnya. Laga tersebut akan digelar di Jakarta pada Selasa (25/3/2025) mendatang 

“Ujian terbesar di (pertandingan melawan) Bahrain nanti. Karena kalau gagal di Bahrain, repot nanti (saat) menghadapi China dan Jepang meskipun (saat menghadapi) China kita tuan rumah.” lanjut Weshley.

Menghidupkan Kenangan: Merawat Sejarah Sepak bola Lokal Lewat Arsip

Timnas Indonesia perlu strategi dan komposisi pemain jitu

Untuk bisa mengalahkan Bahrain, Weshley menilai bahwa Indonesia perlu strategi dan komposisi pemain yang jitu. Dua hal itu pula yang mendapat sorotan negatif dalam laga Australia.

Gaya permainan Indonesia yang menerapkan garis pertahanan tinggi justru menjadi senjata makan tuan. Alih-alih bisa melancarkan banyak serangan berbuah gol, pemain-pemain Indonesia justru jadi meninggalkan lubang di lini pertahanan yang dengan mudah dieksploitasi Australia.

Cara bermain seperti demikian berbeda saat Indonesia dilatih Shin Tae-yong. Dalam laga leg pertama kontra Australia di Jakarta, Indonesia menerapkan strategi bertahan dan serangan balik cepat hingga akhirnya mampu menahan imbang Australia 0-0.

“Kita berharap tim analisnya, asisten pelatih, semua menonton ulang dan mencari siapa yang cocok. Karena bagi saya, Rizky Ridho lebih cocok bermain bersama Jay dibandingkan Hilgers. Atau Ivar Jenner lebih cocok bersama Thom Haye ketimbang menduetkan dengan Nathan.” tutur Weshley.

Diutarakan Weshley, komposisi ideal seperti itu bisa diubah apabila Indonesia memainkan tiga gelandang yang terdiri dari Ivar Jenner, Nathan Tjoe-A-On, dan Thom Haye.

Maarten Paes, Perjalanan Karier hingga Menjadi Kiper Timnas Indonesia

 

 

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News



Posted on Leave a comment

KUBET – Legenda Asal Usul Gunung Merapi di Yogyakarta yang Menjadi Penyeimbang Pulau Jawa

Legenda Asal Usul Gunung Merapi di Yogyakarta yang Menjadi Penyeimbang Pulau Jawa

images info

Tahukah Kawan bagaimana legenda dari asal usul Gunung Merapi yang ada di Yogyakarta? Gunung Merapi merupakan salah satu gunung aktif yang berada di Pulau Jawa.

Selain berada di wilayah Yogyakarta, Gunung Merapi juga berbatasan langsung dengan daerah Magelang, Boyolali, dan Klaten, Jawa Tengah. Menurut legendanya, gunung ini diposisikan oleh para dewa untuk menyeimbangkan Pulau Jawa yang dulunya miring dan tidak rata.

Lantas bagaimana kisah lengkap dari legenda asal usul Gunung Merapi tersebut?

Legenda Asal Usul Gunung Merapi

Dilihat dari buku Irwan Rouf dan Shenia Ananda yang berjudul Rangkuman 100 Cerita Rakyat Indonesia: dari Sabang sampai Merauke, dikisahkan pada zaman dahulu Pulau Jawa memiliki letak yang tidak rata dan miring. Melihat hal ini, para dewa di kahyangan berniat untuk mengatasi masalah tersebut.

Setelah berdiskusi sekian lama, para dewa kemudian bersepakat untuk meletakkan sebuah gunung di tengah Pulau Jawa. Dengan demikian, gunung tersebut akan menyeimbangkan Pulau Jawa yang miring dan tidak rata.

Para dewa kemudian mencari gunung mana yang akan dipindahkan dan diletakkan di tengah Pulau Jawa. Kemudian jatuhlah pilihan untuk memindahkan Gunung Jamurdipa yang sebelumnya berada di Laut Selatan untuk dipindahkan di tanah datar yang ada di sekitaran daerah Yogyakarta.

Namun terdapat sebuah kendala dari rencana yang akan dijalankan oleh para dewa ini. Di daerah tempat gunung tersebut akan diposisikan ternyata sudah dihuni oleh dua orang empu sakti.

Kedua empu ini bernama Empu Rama dan Empu Pamadi. Sehari-hari kedua empu ini membuat keris sakti.

Empu Rama dan Empu Pamadi juga dikenal memiliki kemampuan dan kesaktian tingkat tinggi. Hal inilah yang menjadi penghalang para dewa untuk memindahkan gunung ke tempat kedua empu tersebut.

Batara Guru yang menjadi raja para dewa kemudian memutuskan untuk tetap melanjutkan rencana mereka. Batara Guru kemudian mengutus Batara Narada dan Dewa Penyarikan untuk membujuk kedua empu tersebut.

Batara Narada dan Dewa Penyarikan kemudian turun dari kahyangan untuk menemui Empu Rama dan Empu Pamadi. Perjalanan mereka diiringi oleh pengawal dari istana kahyangan.

Kedua dewa ini kemudian membujuk Empu Rama dan Empu Pamadi untuk pindah ke tempat lain. Namun permintaan dewa ini ditolak oleh kedua empu tersebut.

Para empu ini beralasan bahwa proses pembuatan keris tidak bisa dilakukan di sembarang tempat. Oleh sebab itu, mereka tidak bisa meninggalkan tempat tersebut.

Perselisihan antara kedua dewa dan empu ini tidak menemukan titik temu. Akhirnya pertarungan terjadi antara kedua pihak.

Empu Rama dan Empu Pamadi berhasil memenangkan pertarungan tersebut. Para pengawal yang mendampingi kedua dewa kemudian melaporkan hasil pertarungan ini ke Batara Guru.

Batara Guru menjadi murka setelah mengetahui hal tersebut. Dirinya kemudian memerintahkan Dewa Bayu untuk meniup Gunung Jamurdipa.

Dewa Bayu melaksanakan perintah Batara Guru dengan segera. Ketika Dewa Bayu menipu Gunung Jamurdipa, gunung tersebut langsung terbang melayang di udara.

Gunung Jamurdipa tepat jatuh di perapian tempat membuat keris kedua empu tersebut. Tidak hanya itu, Empu Rama dan Empu Pamadi juga ikut tertimpa Gunung Jamurdipa dan tewas seketika.

Roh kedua empu ini kemudian diyakini sebagai sosok penunggu dari gunung tersebut. Sementara itu, perapian tempat membuat keris berubah menjadi kawah yang ada di gunung tersebut.

Berdasarkan hal ini, para dewa kemudian memberikan nama gunung tersebut dengan sebutan Gunung Merapi.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News



Posted on Leave a comment

KUBET – Menghidupkan Kenangan: Merawat Sejarah Sepak bola Lokal Lewat Arsip

Menghidupkan Kenangan: Merawat Sejarah Sepak bola Lokal Lewat Arsip

images info

Sepak bola bukan sekadar permainan di lapangan hijau. Ia adalah bagian dari identitas, warisan, cerita, kebanggaan, dan kenangan kolektif yang terjalin erat dengan suatu komunitas. Setiap gol dan pertandingan menyimpan kisah yang membangkitkan nostalgia dan semangat kebersamaan. Namun, seiring berjalannya waktu, banyak sejarah sepak bola lokal yang mulai terlupakan karena kurangnya dokumentasi. Padahal, arsip yang baik bisa menjadi fondasi kuat bagi perkembangan sepak bola, baik di tingkat daerah maupun nasional. Merawat sejarah sepak bola lokal melalui pengarsipan adalah langkah penting untuk melestarikan warisan budaya dan olahraga kita.

Sepak bola lokal adalah cerminan dari semangat dan identitas masyarakat. Di dalamnya tersimpan kisah perjuangan, persaingan, serta kebanggaan yang dirasakan tidak hanya oleh para pemain, tetapi juga oleh suporter dan warga sekitar. Sayangnya, tanpa adanya dokumentasi yang memadai, cerita-cerita ini bisa lenyap begitu saja. Arsip berperan sebagai penghubung antara masa lalu dan masa kini, memastikan bahwa warisan sepak bola daerah tetap lestari dan dapat menjadi sumber pembelajaran serta inspirasi bagi generasi berikutnya.

Arsip sepak bola lokal tidak hanya berisi foto-foto lama atau kliping koran, tetapi juga dokumen penting klub, wawancara pemain dan bahkan memorabilia seperti jersey atau trofi.  Semua elemen ini merupakan bukti nyata dari perjalanan dan perkembangan sepak bola di suatu daerah. Dengan adanya dokumentasi yang terstruktur, sejarah sepak bola lokal bisa dijadikan bahan edukasi serta motivasi bagi para pemain muda untuk terus berkembang dan meneruskan tradisi kejayaan di masa mendatang

Sayangnya, persoalan arsip yang tidak lengkap menjadi urgensi bagi hampir seluruh klub sepak bola di Indonesia. Secara umum, Indonesia masih lemah dalam urusan pengarsipan, bahkan di level yang paling dasar sekalipun. Banyak klub, mulai dari level amatir hingga professional, tidak memiliki sistem dokumentasi yang baik. Akibatnya sejarah dan prestasi mereka rentan hilang seiring berjalannya waktu. Persoalan ini tidak hanya terjadi di level klub, tetapi juga pada level organisasi sepak bola daerah maupun nasional. Minimnya kesadaran akan pentingnya arsip, kurangnya sumber daya dan tidak adanya standart pengarsipan yang jelas menjadi penyebab utama. Padahal, arsip yang lengkap dan terorganisir bisa menjadi modal berharga untuk membangun identitas klub, menarik minat generasi muda dan bahkan meningkatkan nilai komersial klub.

Pengalaman Pribadi: Menelusuri Jejak Sejarah Persis Solo

Keresahan ini berawal dari pengalaman pribadi saya sebagai mahasiswa Pendidikan Sejarah di Universitas Negeri Surabaya. Pada tahun 2015, saya sedang menyelesaikan tugas akhir (skripsi) dengan menelusuri jejak historis salah satu klub pendiri PSSI, yaitu Persis Solo (dulu dikenal sebagai Vorstenlandsche Voetbal Bond). Namun, saya menemukan bahwa sejarah klub ini masih simpang siur, terutama mengenai hari lahir mereka. Beberapa sumber menyebut tahun 1923, sementara yang lain merujuk pada tahun 1928. Ketidakjelasan ini membuat saya menyadari betapa pentingnya merawat
arsip dan dokumentasi sejarah sepak bola lokal.

Setelah penelitian yang mendalam, saya menemukan bukti penting dalam koran Darmo Kondo edisi 31 Maret 1923. Koran tersebut, dengan judul “Njatalah Madjoe“, mewartakan kelahiran Vorstenlandsche Voetbal Bond (VVB) atas inisiatif dari usaha Perhimpoenan Djawa Voetbalen R.O.M.E.O, Legioen, De Leeuw, dan M.A.R.S. Temuan ini menjadi titik terang dalam menentukan hari lahir Persis Solo dan sekaligus menunjukkan betapa berharganya arsip koran lama dalam merekonstruksi sejarah sepak bola.

Potongan surat kabar Darmo Kondo, 31 Maret 1923 yang menyebutkan bahwa Vorstenlandsche Voetbal Bond (kini Persis Solo) didirikan oleh 4 klub, yaitu ROMEO, Legioen, De Leeuw, dan MARS.

Penemuan ini tidak hanya menjawab pertanyaan tentang tanggal lahir Persis Solo, tetapi juga semakin membuka wawasan dan pengetahuan saya tentang arsip-arsip yang hilang (missing link) dalam sejarah klub tersebut. Saya menyadari bahwa banyak dokumen penting, seperti catatan pertandingan, foto-foto bersejarah, dan dokumen administratif klub, yang belum ditemukan atau bahkan mungkin telah hilang. Arsip-arsip ini seharusnya menjadi kunci untuk memahami lebih dalam tentang perjalanan Persis Solo, mulai dari masa pendiriannya, peran klub dalam persaingan antaretnis pada era kolonial, hingga kontribusinya dalam membangun sepak bola nasional.

Misalnya, masih ada pertanyaan-pertanyaan yang belum terjawab, seperti bagaimana dinamika internal klub pada masa awal, siapa saja tokoh-tokoh kunci yang berperan dalam membesarkan Persis Solo, dan bagaimana klub ini memengaruhi perkembangan sepak bola di Solo dan sekitarnya. Tanpa arsip yang lengkap, pertanyaan-pertanyaan ini sulit dijawab dengan akurat.

Temuan ini juga semakin menegaskan betapa pentingnya upaya pelestarian arsip bagi klub-klub sepak bola lokal. Arsip bukan sekadar kumpulan dokumen tua, melainkan jendela yang menghubungkan kita dengan masa lalu. Melalui arsip, kita bisa memahami bagaimana sepak bola menjadi bagian dari kehidupan sosial, budaya, dan politik masyarakat pada masanya. Oleh karenanya, penemuan ini tidak hanya menjadi langkah awal dalam mengungkap sejarah Persis Solo, tetapi juga menjadi pengingat bagi kita semua akan pentingnya merawat dan melestarikan arsip sepak bola lokal. Dengan begitu, kita bisa memastikan bahwa sejarah dan warisan klub-klub seperti Persis Solo tidak hilang ditelan zaman, melainkan tetap hidup dan menjadi inspirasi bagi generasi mendatang.

Dari Skripsi ke Buku

Setelah menuntaskan tugas akhir tersebut, saya memutuskan untuk menjadikan penelitian ini dalam bentuk buku agar hasil penelitian tidak hilang dan dapat diakses oleh lebih banyak orang. Selain itu, semua arsip yang saya kumpulkan selama penelitian, saya simpan secara rapi dalam folder di komputer maupun Google Drive. Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa data-data tersebut tetap aman dan mudah diakses di masa depan.

Karena penelitian ini mendapatkan atensi yang cukup baik, saya pun melanjutkan upaya untuk meneliti klub-klub sepak bola lainnya, seperti VIS (Voetbalbond Indonesische Semarang), yang merupakan cikal bakal PSIS Semarang, dan SIVB (Soerabajasche Indonesische Voetbal Bond), yang menjadi awal mula Persebaya Surabaya. Namun, saya menemukan bahwa permasalahan yang sama muncul kembali, yaitu ketidakjelasan mengenai tanggal lahir klub-klub tersebut. Sumber-sumber primer yang ada tercerai-berai dan tidak terorganisir dengan baik. Bahkan, beberapa klub tidak memiliki dokumen resmi sama sekali, yang tentu saja memperlambat proses penelusuran jejak historis mereka.

Hasil penelitian ini kemudian saya terbitkan dalam bentuk buku yang membahas dinamika sepak bola di kota-kota Indonesia, khususnya era kolonial Belanda. Buku tersebut mengulas bagaimana sepak bola berkembang di berbagai kota, dimulai dari klub-klub yang didirikan oleh kalangan Belanda, Timur Asing, hingga Bumiputera. Saya menggali bagaimana sepak bola tidak hanya menjadi ajang olahraga, tetapi juga sarana perjuangan, ekspresi identitas, dan alat pemersatu masyarakat di tengah perbedaan ras dan status sosial.

Melalui buku ini, saya berusaha menampilkan narasi yang lebih komprehensif tentang sejarah sepak bola lokal, termasuk bagaimana persaingan dan kolaborasi antarkelompok masyarakat membentuk wajah sepak bola Indonesia. Misalnya, bagaimana klub-klub Belanda seperti THOR di Surabaya atau UNI di Bandung memengaruhi perkembangan sepak bola di kota-kota tersebut, sementara klub-klub Bumiputera seperti VVB Solo, VIS Semarang dan SIVB Surabaya menjadi simbol kebanggaan lokal.

Buku ini juga menyoroti peran media massa, seperti koran-koran lokal, dalam mendokumentasikan pertandingan dan perkembangan sepak bola pada masa itu. Arsip-arsip koran lama menjadi sumber utama yang membantu saya merekonstruksi sejarah sepak bola lokal, sekaligus menunjukkan betapa pentingnya peran media dalam melestarikan memori kolektif masyarakat.

Mengungkap Jejak Historis Persebaya: Kolaborasi dengan Komunitas Pecinta Sejarah Sepak Bola

Dalam upaya mengungkap jejak historis klub Persebaya, saya menggandeng beberapa orang dan komunitas yang memiliki visi yang sama. Bagi saya, upaya mengungkap jejak historis klub Persebaya Surabaya adalah sebuah misi yang membutuhkan kolaborasi dengan berbagai pihak yang memiliki visi serupa. Salah satunya adalah StatsRawon, sebuah komunitas yang bergerak di bidang yang sama dengan saya. StatsRawon telah mengumpulkan banyak momen bersejarah klub, baik data dan fakta seluruh pertandingan Persebaya Surabaya. Selain mengumpulkan kepingan sejarah Persebaya dari tahun ke tahun, komunitas ini juga merambah pada analisa pertandingan. Semua arsip yang dimiliki oleh StatsRawon tersimpan dengan baik di platform media sosial seperti X dan Instagram, yang menjadi sumber berharga bagi penelitian saya.

Selain StatsRawon, saya juga aktif bergabung dengan dua komunitas lain, seperti Pemerhati Sejarah Persebaya (PSP) dan Bonek Writers Forum (BWF). Kedua komunitas ini memiliki peran penting dalam meningkatkan literasi sejarah sepak bola, khususnya tentang dinamika Persebaya dari masa ke masa. Pertama, Pemerhati Sejarah Persebaya (PSP), komunitas yang menjadi tempat berkumpulnya para pecinta sejarah sepak bola, khususnya Persebaya yang menjadi wadah untuk berdiskusi dan berbagi informasi seputar sejarah klub, mulai dari foto-foto lama, logo, pemain legendaris, hingga jersey yang pernah digunakan. Komunitas ini menjadi tempat berkumpulnya para pecinta sejarah sepak bola yang ingin melestarikan memori kolektif tentang Persebaya.

Kedua, Bonek Writers Forum (BWF) bergerak pada upaya meningkatkan dan menguatkan literasi sepak bola serta melakukan edukasi melalui tulisan. Komunitas yang terbentuk pada 6 Desember 2017 atas dasar kecintaan kepda Persebaya dan Bonek ini merupakan wadah yang menampung minat literasi bonek yang bersifat mandiri, terbuka, respek, anti rasisme dan tidak terikat dengan pihak manapun. BWF sendiri memiliki anggota dari berbagai macam background dan profesi, seperti jurnalis, dosen, pegawai negeri, swasta dan BUMN, freelancer serta mahasiswa.

Kegiatan dan agenda rutin BWF antara lain adalah kopdar (kopi darat), diskusi secara online dan offline membahas seluk beluk sepak bola dan dunia suporter, menerbitkan buku dan koran digital, melakukan edukasi melalui website dan media sosial serta menyelenggarakan pelatihan yang berkaitan dengan literasi dan penulisan terutama kepada bonek.

Saya telah berkontribusi dalam dua buku yang diterbitkan oleh BWF, yaitu Stadion: Kuil Sepak Bola yang membahas pengalaman pribadi saat bermain di Stadion Gelora Bumi Kartini (GBK), Jepara, saat berlaga di Liga 3 tahun 2017 dan Persebaya dan Dinamika Pembinaan Sepak Bola Indonesia yang mengulas sejarah klub anggota Persebaya, El Faza, yang kini dimiliki oleh legenda Persebaya, Mat Halil.

 Diskusi Kelahiran Soerabajasche Indonesische Voetbal Bond (kini Persebaya Surabaya) bersama BWF dan founder Bajul.Net di salah satu Café dekat SUTOS (Surabaya Town Square), kota Surabaya tahun 2022.

Dalam perjalanan penelitian yang membahas Persebaya, saya menyadari bahwa mendokumentasikan sejarah sepak bola lokal bukanlah hal yang mudah. Seperti yang diungkapan oleh Dhion Prasetya, founder StatsRawon, dalam wawancara via WhatsApp “Membuat dokumentasi itu hal yang relatif mudah. Tetapi bagaimana dokumentasi yang sudah jadi itu bisa mudah dicari dan dikelola untuk kemudian bisa sewaktu-waktu dilakukan riset ini adalah hal yang susah dilakukan di Indonesia. Tetapi hal ini mungkin tidak berlaku bagi klub-klub yang memiliki sejarah panjang, basis suporter besar dan prestasi mentereng. Persebaya Surabaya misalnya. Banyak data dokumentasi berserakan. Tinggal bagaimana mau mengolah dan merisetnya saja. Tentunya juga harus siap dengan dana (untuk merisetnya)”.

Pernyataan Dhion sangat relevan dengan apa yang saya alami. Banyak data dan arsip tentang Persebaya yang masih tersebar dan belum terkelola dengan baik. Namun, justru di situlah tantangan dan peluangnya. Dengan kolaborasi dan dedikasi, kita bisa mengubah data yang berserakan menjadi sumber pengetahuan yang sistematis dan mudah diakses.

Melalui penelitian ini, saya berharap dapat mengungkap lebih banyak lagi sejarah sepak bola lokal yang selama ini terabaikan. Setiap klub memiliki cerita unik yang layak untuk diabadikan. Dengan merawat arsip, kita tidak hanya menjaga kenangan, tetapi juga memastikan bahwa semangat sepak bola lokal terus hidup dan menginspirasi generasi mendatang.

Tidak ada kata terlambat untuk mulai merawat sejarah sepak bola lokal. Mulailah dengan mengumpulkan dokumen-dokumen lama, berbicara dengan para pelaku sejarah, dan membangun arsip yang bisa dinikmati oleh generasi mendatang. Sepak bola lokal adalah bagian dari diri kita. Mari jaga sejarahnya, karena di sana tersimpan identitas dan kebanggaan kita sebagai sebuah komunitas.

Merawat sejarah, menjaga kebanggaan!

Profil Penulis: Fery Widyatama adalah pengajar di SMKN 1 Cerme Gresik sekaligus penulis buku VVB Solo untuk Indonesia Merdeka, Dinamika Sepak Bola di Semarang: dari VIS sampai PSIS 1930-1942 dan SIVB: Pasang Surut Sepak Bola Bumiputera di Surabaya 1926-1942. Penulis bisa dihubungi lewat medsos Instagram-nya @fery.widyatama dan X @WidyatamaFery

 

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News



Posted on Leave a comment

KUBET – Beda dengan Duku, Bagaimana Bentuk Pohon Langsat?

Beda dengan Duku, Bagaimana Bentuk Pohon Langsat?

images info

Pohon langsat (Lansium domesticum var. domesticum) merupakan salah satu tanaman buah tropis yang banyak ditemukan di Asia Tenggara, termasuk Indonesia.

Buahnya memiliki rasa manis dan sedikit asam, sehingga digemari oleh banyak orang. Selain buahnya yang lezat, pohon langsat juga memiliki nilai ekonomi dan ekologis yang tinggi.

Ciri Fisik Pohon Langsat

Pohon langsat termasuk dalam famili Meliaceae dan dapat tumbuh hingga mencapai ketinggian 10-15 meter. Batangnya berkayu, dengan kulit berwarna cokelat keabu-abuan dan permukaan yang kasar. 

Daunnya majemuk, berbentuk menyirip, dengan panjang sekitar 20-35 cm. Setiap daun terdiri dari 5-7 anak daun yang berbentuk lonjong dengan ujung meruncing. Bunga langsat berwarna putih kekuningan dan tumbuh dalam rangkaian yang muncul dari batang atau cabang tua.

Buah langsat berbentuk bulat atau oval, berwarna kuning saat matang, dan memiliki kulit tipis yang mudah dikupas. Daging buahnya berwarna putih bening, berbiji kecil, dan memiliki rasa manis dengan sedikit asam.

Perbedaan Pohon Langsat dengan Duku

Meskipun langsat dan duku (Lansium domesticum var. duku) berasal dari spesies yang sama, keduanya memiliki perbedaan yang cukup signifikan. Pohon duku cenderung lebih pendek dan memiliki tajuk yang lebih lebat dibandingkan langsat.

Buah duku memiliki kulit yang lebih tebal dan berwarna cokelat kekuningan saat matang, sedangkan kulit langsat lebih tipis dan berwarna kuning cerah.

Selain itu, buah duku biasanya tidak memiliki getah, sementara buah langsat mengandung getah yang sedikit pahit. Dari segi rasa, duku cenderung lebih manis dan memiliki tekstur daging buah yang lebih padat dibandingkan langsat.

Baca juga Mengenal Pohon Pinang, Tanaman Tropis yang Kerap Disamakan dengan Palem

Berapa Lama Pohon Langsat Berbuah?

Pohon langsat membutuhkan waktu sekitar 5-7 tahun untuk mulai berbuah sejak pertama kali ditanam. Namun, masa berbuah ini dapat bervariasi tergantung pada kondisi tanah, iklim, dan perawatan yang diberikan. Pohon langsat biasanya berbuah sekali atau dua kali dalam setahun, tergantung pada varietas dan lingkungan tumbuhnya.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Sari et al. (2020) dalam jurnal Agrotekmas, pohon langsat yang ditanam di daerah dengan iklim tropis basah cenderung memiliki produktivitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan daerah yang memiliki musim kemarau panjang.

Habitat Pohon Langsat

Pohon langsat tumbuh optimal di daerah tropis dengan curah hujan yang cukup tinggi, yaitu sekitar 1.500-2.500 mm per tahun. Tanaman ini membutuhkan tanah yang subur, gembur, dan kaya akan bahan organik. Pohon langsat dapat tumbuh di dataran rendah hingga ketinggian 600 meter di atas permukaan laut.

Di Indonesia, pohon langsat banyak ditemukan di Sumatera, Kalimantan, dan Jawa. Menurut penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Agrotekmas, pohon langsat juga dapat beradaptasi dengan baik di daerah yang memiliki drainase tanah yang baik dan pH tanah sekitar 5,5-6,5.

Baca juga Buah Jamblang: Asal Pohon hingga Manfaatnya untuk Kesehatan

Referensi

Sari, R., Wulandari, S., & Prasetyo, J. (2020). Analisis Produktivitas Pohon Langsat (Lansium domesticum var. domesticum) di Daerah Tropis Basah. Jurnal Agrotekmas, 4(2), 45-52. Diakses dari (https://jurnal.fp.umi.ac.id/index.php/agrotekmas/article/download/115/107).

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News