Posted on Leave a comment

KUBET – Macron, Borobudur, dan Pariwisata Berkelanjutan

Macron, Borobudur, dan Pariwisata Berkelanjutan

images info

Membalikkan momentum negatif menjadi positif, baik strategic momentum maupun psychological momentum, dan pengambilan keputusan dalam situasi yang dinamis sepertinya menjadi pertimbangan utama bagi Presiden Emmanuel Macron untuk melakukan kunjungan ke Indonesia. Sebab, kunjungan tersebut berlangsung selang beberapa minggu setelah kabar tertembak jatuhnya beberapa unit jet tempur Rafale milik Angkatan Udara (AU) India oleh skuadron J10 milik AU Pakistan dalam pertempuran udara di perbatasan India–Pakistan bulan lalu.

Sementara itu, Indonesia tengah menanti kedatangan secara bertahap 42 jet tempur Rafale yang telah dipesan. Dalam lensa Game Theory, kunjungan Macron membuahkan outcome positif di tengah situasi yang secara psikologis kurang menguntungkan.

Bukan itu saja, kunjungan Macron dan peringatan 75 tahun hubungan diplomatik Indonesia–Prancis juga menjadi momentum untuk memperkuat dan meningkatkan hubungan bilateral dan kerja sama yang lebih luas di berbagai bidang. Tidak hanya bidang pertahanan saja, tetapi juga kebudayaan, perdagangan, pariwisata, dan industri kreatif, serta bidang potensial lainnya.

Kemitraan Kultural Strategis

Kunjungan Macron ke Borobudur membawa sejumlah makna dan harapan. Maknanya terutama menyangkut diplomasi kultural, penguatan hubungan bilateral, disertai harapan-harapan yang khususnya terkait pariwisata dan konservasi.

Kunjungan tersebut menjadi pengakuan simbolik dari Presiden Prancis terhadap keunggulan kultural Indonesia, bahwa Borobudur adalah mahakarya spiritual, kultural, dan arsitektural kelas dunia, sekaligus sebagai simbol peradaban, toleransi, dan kolaborasi internasional. Borobudur merupakan situs warisan dunia UNESCO dan candi Buddha terbesar dunia, mencerminkan kekayaan dan kedalaman budaya Indonesia beserta posisinya di pentas global.

Sebagaimana diketahui, sebagai mahakarya seni rupa dan arsitektural berbasis kosmologi Buddha, candi raksasa berdimensi 123 meter x 123 meter dengan tinggi 42 meter ini dibangun menutupi sebuah bukit dengan dua juta balok batu (batuan andesit) yang tersusun saling mengunci dan mengandalkan teknik sambung, gaya berat, dan gravitasi untuk menjaga kestabilan. Kendati tanpa semen/paku/mur/tali pengikat, akan tetapi strukturnya kokoh, megah, kaya akan makna/nilai filosofis, dan sarat estetika artistik. Borobudur memiliki 10 lantai, 73 stupa, 505 arca, 1.460 panel relief cerita, dan 1.212 panel dekoratif. Sebagian kecil (6%) dari total jumlah stupa tidak utuh lagi.

Dapat dibayangkan ketika dibangun pada abad ke-8 Masehi belum ada peralatan-peralatan konstruksi berat seperti tower lift, backhoe, dan overhaul truck pengangkut material dan lainnya, akan tetapi dapat tercipta mahakarya seni rupa raksasa yang sekokoh itu dan seindah itu. Amat mengagumkan, kendati yang dapat kita saksikan sekarang adalah hasil restorasi besar-besaran antara 1973–1983 dengan dukungan dana dari UNESCO.

Kunjungan Macron ke Borobudur merupakan diplomasi kultural untuk meningkatkan saling pengertian dan kerja sama yang mengangkat pengaruh kultural dan posisi Indonesia sebagai salah satu global tourism hub berbasis warisan budaya. Selain itu, menyoroti nilai-nilai bersama universal atas toleransi dan penghargaan serta aktualisasinya dengan menekankan nilai-nilai humanitarian bersama antara dua bangsa.

Kunjungan Macron ke Borobudur menandai kemitraan kultural strategis yang fokus pada preservasi warisan budaya dunia tersebut (Candi Borobudur) dan pengembangan industri kreatif. Prancis memiliki pengalaman dan keahlian dalam konservasi warisan budaya.
Kontribusi Prancis tentu saja kita butuhkan untuk meningkatkan kelestarian Candi Borobudur sebagai warisan budaya dunia dan menjaga/merawat Outstanding Universal Values (OUV) yang melekat pada warisan budaya tersebut. Kemitraan kultural strategis dengan Prancis dibutuhkan dalam rangka membangun ekosistem pariwisata berkelanjutan, khususnya pada destinasi pariwisata superprioritas (DPSP) Borobudur, dan tidak tertutup kemungkinan pada DPSP lainnya.

Kontroversi Stair Lift

Menurut Menteri Kebudayaan, pemerintah telah berkonsultasi dengan UNESCO dalam pemasangan stair lift pada tangga utama candi. Pemasangan stair lift ini sudah melalui pertimbangan dan kajian untuk menciptakan destinasi pariwisata dan kultural yang inklusif dan dapat dinikmati oleh seluruh kalangan masyarakat.

Bayangkan saja jika masyarakat yang memiliki keterbatasan mempunyai keinginan untuk mengunjungi Candi Borobudur hingga di tingkat puncak harus menaiki tangga satu-satu menuju puncak candi, tentu merepotkan dan melelahkan. Maka, menaiki stair lift menjadi solusi paling praktis, mudah, dan aman.

Momentum dipasangnya stair lift dilakukan pasca perayaan Waisak, yang mana pada saat itu telah dilakukan juga diskusi dengan para tokoh agama Buddha untuk mewujudkan Candi Borobudur yang lebih inklusif.

Stair lift kemudian dipasang saat mendekati kunjungan Presiden Macron. Hal ini juga dilakukan sebagai uji coba untuk memberikan pilihan kepada Presiden Macron beserta Ibu Negara Brigitte Macron dan juga Presiden Prabowo yang memiliki waktu kunjungan terbatas agar dapat menikmati Candi Borobudur dengan lebih efektif dan nyaman, kendati Macron ternyata memilih untuk berjalan kaki menapaki tangga untuk mencapai puncak Borobudur.

Stair lift tersebut dapat dipandang sebagai struktur temporer atau tempelan saja, dengan bantalan pelat logam yang beralaskan karpet karet pada batu tangga yang dapat dan mudah dilepas kapan saja. Mungkin juga tidak cukup banyak pengunjung yang berminat menggunakannya.

Pendapat penulis, jika stair lift dipandang perlu untuk dipasang permanen, ada baiknya diutamakan saja pada koridor yang cukup lebar sehingga tidak menghalangi pengunjung yang lebih suka berjalan kaki menaiki tangga candi.

Selain itu, stair lift idealnya dikhususkan untuk kaum difabel, lansia, ibu dengan anak balita, dan mereka yang sedang tak cukup sehat. Dengan demikian, Borobudur menjadi destinasi wisata inklusif. Kendati demikian, perbedaan elevasi antara jalan raya, loket/pintu masuk, dan pelataran candi menjadi hambatan lainnya yang menyulitkan kelompok pengunjung berkebutuhan khusus tersebut. Borobudur yang bermakna “vihara di atas bukit” memang candi yang dibangun di atas bukit pada ketinggian 265 meter di atas permukaan laut, cukup banyak jalur mendaki/menurun.

Pada berbagai bangunan dan lanskap warisan dunia di berbagai negara, pemasangan elevator (chairlift, stairlift, slopelift, dan wheelchair) juga cenderung untuk membantu kelompok disabilitas. Sebut saja Acropolis (Athena), Table Mountain (Cape Town, Afrika Selatan), Valparaiso (Chili), Canal du Centre (Belgia), dan lainnya.

Namun, pemasangan chairlift dan ramp secara permanen pada Candi Borobudur perlu berkonsultasi lebih lanjut dengan UNESCO dengan menyiapkan heritage impact assessment, khususnya menyangkut keotentikan Outstanding Universal Values (OUV) yang melekat pada warisan budaya dunia tersebut dan dampak vibrasi dari chairlift pada stabilitas struktur candi. Sebagian tangga/undakan batu merupakan koridor tertutup seperti terowongan yang atapnya juga tersusun dari panel batu yang saling mengunci tanpa semen.

Kombinasi Mass–Premium Tourism

Saat ini, DPSP Borobudur telah dikelola secara lebih berkelanjutan. Seluruh zona dalam kawasan candi tampak menghijau dan tertata rapi, tersedia “tayo” atau bus shuttle listrik yang siap mengantar para pengunjung dari pintu masuk/loket ke pelataran candi serta pintu keluar.

Pengelolaan berbasis daya dukung tampak dari pengaturan/pembatasan jumlah pengunjung, pembatasan jam operasional, dan penetapan sistem tarif/tiket masuk, serta mewajibkan para pengunjung puncak candi menggunakan “upanat” (alas kaki terbuat dari daun pandan). Penggunaan upanat untuk mencegah pengikisan batuan candi akibat gesekan dengan sepatu pengunjung secara masif, terutama pada tangga candi. Limbah upanat pun mudah terurai oleh tanah.

Kunjungan ke puncak Borobudur dibatasi sebanyak 150 orang per sesi dan setiap sesi 1 jam. Rentang waktu operasional mulai pukul 07.00 hingga 17.00.

Perbedaan tarif tiket masuk antara ke pelataran dengan ke puncak candi secara otomatis membatasi jumlah pengunjung ke puncak candi. Artinya, mass tourism diarahkan ke pelataran candi, sedangkan puncak candi lebih ke premium tourism.

Kunjungan Macron ke Borobudur optimistis dapat mendongkrak citra Borobudur pada level global dan diharapkan melejitkan jumlah wisatawan mancanegara yang dengan sendirinya diarahkan sebagai “turis premium” (hingga ke puncak candi dengan harga tiket relatif tinggi), khususnya yang berasal dari Uni Eropa, termasuk Prancis.

Tahun 2024 tercatat sebanyak 1,3 juta pengunjung Borobudur, dengan jumlah wisman sebanyak 230.095 dan selebihnya adalah wisatawan domestik/nusantara (wisnus). Maka, tahun ini dapat diharapkan jumlah pengunjung meningkat menjadi setidaknya 1,5 juta dengan sekitar 300.000 wisman.

Mengelola destinasi pariwisata berkelanjutan tidak lagi dengan memasang target kuantitatif pertumbuhan jumlah pengunjung yang tinggi, melainkan pada target penerimaan (revenue) yang tinggi melalui strategi penetapan tarif (tiket masuk) secara diferensial atau segmented. Dengan batasan jumlah pengunjung yang bisa naik ke puncak candi 150 orang per sesi dan durasi per sesi 1 jam, serta setiap hari Senin untuk perawatan candi, maka kuota jumlah kunjungan ke puncak candi maksimum 1.500 per hari dan 471.000 per tahun.

Maka, aturan masuk ke Borobudur yang terbaru perlu disosialisasikan secara internasional, khususnya menyasar wisman dari Prancis dan negara Uni Eropa lainnya, melalui internet, situs web, brosur-brosur (daring/luring), dan lainnya. Juga secara luring atau onsite pada bandara-bandara internasional, hotel-hotel berbintang, dan berbagai eksibisi di luar negeri, seperti IFTM dan Salon Mondial du Tourisme (Paris), ITB dan IMEX (Berlin), WTM (London), dan lainnya.

Ke depannya, secara nasional, dampak kunjungan Macron ke DPSP Borobudur diharapkan dapat meningkatkan kontribusi sektor pariwisata terhadap pencapaian target pertumbuhan ekonomi 8%. Sebab, di luar sektor industri, sumber pertumbuhan baru amat diharapkan. Badan Pengelola Investasi (BPI) Danantara dapat berperan dalam melejitkan sektor pariwisata melalui co-investment dengan para mitra dalam segmen-segmen pariwisata halal, pariwisata hijau, pariwisata olahraga, wellness tourism, experiential/adventure tourism, cruise tourism, dan lainnya.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Posted on Leave a comment

KUBET – Indonesia–Singapura sepakati penguatan kerja sama strategis di bidang pertahanan, investasi hijau, dan konektivitas lintas sektor

Indonesia–Singapura sepakati penguatan kerja sama strategis di bidang pertahanan, investasi hijau, dan konektivitas lintas sektor

images info

Presiden Prabowo Subianto dan Perdana Menteri Lawrence Wong untuk pertama kalinya menggelar Leaders’ Retreat sejak menjabat sebagai kepala pemerintahan di negara masing-masing. Pertemuan yang berlangsung di Singapura ini menandai babak baru hubungan strategis antara Indonesia dan Singapura, dengan fokus pada pertahanan, investasi hijau, ketahanan pangan, dan kerja sama antarwarga.

Perjanjian Operasional Tinjau Ulang: FIR hingga Ekstradisi

Retret kali ini meninjau perkembangan tiga perjanjian penting dalam kerangka kerja sama yang diperluas (Expanded Framework), yaitu kerja sama pertahanan, penyesuaian wilayah informasi penerbangan (FIR), dan perjanjian ekstradisi—yang seluruhnya telah resmi berlaku sejak 21 Maret 2024.

Melalui kerja sama pertahanan, kedua negara telah melaksanakan pelatihan militer bersama. Penyesuaian FIR memungkinkan personel Indonesia terlibat langsung dalam operasional pengendalian lalu lintas udara di Singapura. Sementara itu, kasus pertama di bawah perjanjian ekstradisi saat ini tengah berproses secara hukum.

Investasi Singapura ke Indonesia Tembus US$20 Miliar

Laporan bersama dari enam kelompok kerja bilateral menunjukkan kemajuan pesat di berbagai sektor prioritas, seperti zona ekonomi khusus (Batam, Bintan, Karimun), investasi, ketenagakerjaan, transportasi, agribisnis, dan pariwisata.

Nilai investasi asing langsung (FDI) dari Singapura ke Indonesia tercatat mencapai US$20,1 miliar pada 2024, menegaskan posisi Singapura sebagai mitra ekonomi utama Indonesia.

Energi Hijau dan Transisi Berkelanjutan

Tiga nota kesepahaman (MoU) baru ditandatangani untuk mendorong perdagangan listrik lintas batas, pengembangan teknologi penangkapan dan penyimpanan karbon (CCS), serta pembangunan zona industri berkelanjutan.

Sebuah seremoni juga digelar untuk menandai proyek bersama dalam mendukung transisi energi kawasan ASEAN, termasuk menuju pembentukan ASEAN Power Grid.

Proyek Strategis yang Diumumkan

Beberapa proyek besar diumumkan dalam Retret ini, antara lain:

  • Pusat Kanker Ciputra SMG Curie di Surabaya
  • Pembangkit listrik tenaga surya Sembcorp–Nusantara di Ibu Kota Nusantara
  • Zona industri rendah karbon hasil kolaborasi Sembcorp dan Panbil di Batam
  • Pengakuan sertifikasi halal secara timbal balik yang telah ditandatangani sejak Agustus 2024

Konektivitas Keuangan dan Pasar

Retret juga mencatat perpanjangan kerja sama keuangan bilateral serta dukungan atas inisiatif konektivitas pasar modal dan keuangan digital antara Monetary Authority of Singapore (MAS) dan Bank Indonesia.

Ketahanan Pangan dan Inovasi Agri-Tech

Kedua negara menandatangani MoU baru terkait keamanan pangan dan teknologi pertanian. Program Young Farmers dan exchange agri-tech juga diluncurkan untuk mendorong inovasi dan produktivitas sektor pertanian, terutama dalam menghadapi tantangan iklim dan pangan global.

Hubungan Antarwarga: Dari Sekolah hingga Penerbangan

Program mobilitas pemuda diperluas, memungkinkan hingga 300 mahasiswa perguruan tinggi setiap tahun magang lintas negara.

Penerbangan baru dari Singapura menuju Padang dan Kertajati (Jawa Barat) juga mulai beroperasi untuk mendukung konektivitas dan pariwisata.

Kerja Sama Antar Pemerintah Diperkuat

Tiga MoU diperpanjang dalam sektor:

  • Pengembangan SDM maritim
  • Kerja sama antar Kejaksaan Agung
  • Pengelolaan perpustakaan dan informasi digital

Komitmen Kawasan dan Global

Kedua pemimpin menegaskan kembali dukungan terhadap integrasi ASEAN dan kerja sama eksternal yang lebih kuat. Singapura juga menyatakan dukungannya terhadap upaya Indonesia untuk bergabung dalam CPTPP (Comprehensive and Progressive Agreement for Trans-Pacific Partnership).

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Posted on Leave a comment

KUBET – Dari Hutan ke Laut, Mengapa Spesies Tropis Lebih Berwarna-warni?

Dari Hutan ke Laut, Mengapa Spesies Tropis Lebih Berwarna-warni?

images info

Berjalan-jalan di hutan hujan tropis atau menyelam di terumbu karang tropis seolah memasuki galeri seni alam yang hidup. 

Burung-barung dengan bulu merah menyala, kupu-kupu dengan pola sayap yang rumit, hingga warna-warni ikan karang menunjukkan wilayah tropis memiliki keragaman flora dan fauna yang jauh lebih berwarna dibanding wilayah beriklim sedang atau dingin. 

Fenomena ini bukanlah kebetulan, melainkan hasil dari proses evolusi yang kompleks di bawah tekanan seleksi alam yang unik di wilayah tropis.

Bahasa Warna dalam Komunikasi Alam

Menurut Oscar Puebla, ahli ekologi kelautan dari Leibniz Centre for Tropical Marine Research, warna pada hewan berfungsi sebagai sistem komunikasi visual yang canggih.

“Di dunia tropis yang padat spesies, warna menjadi bahasa universal,” jelasnya. Fungsi warna ini beragam, mulai dari sinyal kimiawi (seperti warna peringatan pada katak beracun), hingga alat rayuan dalam seleksi seksual (seperti bulu merak jantan).

Pada burung, warna cerah seringkali menunjukkan kualitas genetik yang superior karena membutuhkan kemampuan memperoleh pigmen karotenoid yang langka dari makanan.

Persaingan di Hutan yang Padat

Roberto Arbore, ahli biologi evolusi dari Portugal, menjelaskan bahwa di ekosistem dengan keanekaragaman spesies yang tinggi seperti hutan hujan, warna menjadi alat identifikasi yang penting.

“Dalam komunitas dengan ratusan spesies burung, warna yang unik membantu mencegah perkawinan silang yang merugikan,” paparnya. 

Fenomena ini menjelaskan mengapa burung tropis seperti nuri atau kolibri mengembangkan warna yang lebih beragam dibanding kerabatnya di daerah beriklim sedang.

Baca juga Mengapa Tidak Semua Hewan Bisa Dijinakkan? Ini Jawabannya 

Warna Sebagai Strategi Bertahan Hidup

Di bawah permukaan air, warna mengambil peran yang lebih kompleks lagi. Puebla menjelaskan paradoks warna di terumbu karang: “Apa yang tampak cerah bagi manusia justru berfungsi sebagai kamuflase di mata predator.”

Warna biru dan kuning pada ikan karang, misalnya, menciptakan ilusi optik yang memecah siluet tubuh mereka.

Sementara di kedalaman tertentu, warna merah justru menjadi penyamaran sempurna karena panjang gelombangnya cepat terserap air.

Fisiologi di Balik Warna Cerah

Arbore menambahkan penjelasan fisiologis penting. Menurutnya, produksi warna membutuhkan energi besar. Di habitat tropis yang kaya nutrisi dan stabil iklimnya, hewan mampu mengalokasikan lebih banyak energi untuk menghasilkan warna-warna mencolok. 

Sebaliknya, di lingkungan ekstrem seperti tundra atau gurun, energi yang terbatas membuat warna cerah menjadi “kemewahan” yang tidak terjangkau bagi kebanyakan spesies.

Kombinasi unik dari keanekaragaman hayati yang tinggi, persaingan ekologis yang ketat, dan ketersediaan sumber daya yang melimpah menciptakan tekanan evolusioner sempurna bagi munculnya warna-warna spektakuler di wilayah tropis.

Baik melalui pigmen kimia maupun struktur mikroskopis yang membiaskan cahaya, alam tropis terus berinovasi dalam palet warnanya. 

Baca juga Terungkap Alasan Hewan dan Tumbuhan Jarang Ada yang Berwarna Biru

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Posted on Leave a comment

KUBET – Mengenal Pisang Liar Indonesia, Bentuk Asli Pisang Sebelum Dibudidayakan

Mengenal Pisang Liar Indonesia, Bentuk Asli Pisang Sebelum Dibudidayakan

images info

Pisang liar merupakan bentuk primitif dari pisang budidaya yang kita kenal saat ini. Di Indonesia, keberadaan pisang liar memiliki arti penting baik secara ekologis maupun genetik. 

Jenis-jenis pisang liar seperti Musaacuminata dan Musabalbisiana menjadi subjek penelitian menarik karena menjadi nenek moyang berbagai kultivar pisang modern.

Taksonomi dan Klasifikasi Pisang Liar

Secara taksonomi, menurut Häkkinen (2013), pisang liar termasuk dalam famili Musaceae. Genus Musa sendiri terbagi menjadi beberapa seksi, dimana Musaacuminata dan Musabalbisiana termasuk dalam seksi Eumusa.

Kedua spesies ini dikenal sebagai donor gen utama pada pisang budidaya. Hibrida alami antara kedua spesies ini menghasilkan berbagai varietas pisang yang kita konsumsi sehari-hari.

Pisang liar memiliki karakteristik morfologi yang khas. Batang semunya lebih ramping dengan warna yang cenderung kemerahan. Daunnya lebih sempit dibanding pisang budidaya dengan tulang daun yang menonjol. 

Bunganya memiliki warna yang lebih intens, biasanya ungu tua atau merah keunguan. Buahnya relatif kecil dengan banyak biji keras, sangat berbeda dengan pisang budidaya yang partenokarpi dan tidak berbiji.

Persebaran Pisang Liar di Indonesia

Di Indonesia, pisang liar tersebar luas di berbagai ekosistem hutan tropis. Menurut studi Nasution (1991), Musa acuminata banyak ditemukan di Sumatera dan Jawa, sementara Musabalbisiana lebih dominan di Kalimantan dan Sulawesi. 

Beberapa varietas endemik juga ditemukan di Papua. Persebarannya umumnya terkonsentrasi di daerah dengan kelembaban tinggi dan dekat sumber air, mulai dari dataran rendah hingga ketinggian 1800 mdpl.

Baca juga Mengenal Pisang Kirana Mas Lumajang yang Manisnya Mendunia

Potensi dan Pemanfaatan Pisang Liar

Meskipun tidak dikonsumsi langsung seperti pisang budidaya, pisang liar memiliki beberapa potensi pemanfaatan. Beberapa komunitas lokal mengolahnya dengan cara khusus seperti perebusan atau fermentasi.

Yang lebih penting, pisang liar menyimpan keragaman genetik yang berharga, terutama sifat ketahanan terhadap penyakit dan stres lingkungan. Para pemulia tanaman memanfaatkannya untuk pengembangan varietas pisang yang lebih unggul.

Terancam Alih Fungsi Hutan

Keberadaan pisang liar di alam semakin terancam oleh alih fungsi hutan dan ekspansi perkebunan. Beberapa populasi alaminya sudah sulit ditemukan.

Upaya konservasi ex-situ melalui kebun koleksi dan bank gen perlu ditingkatkan untuk menjaga keragaman genetiknya. Perlindungan habitat alaminya juga menjadi hal yang krusial.

Selain itu, penelitian lebih lanjut dan upaya konservasi yang serius diperlukan untuk memastikan kelestariannya bagi generasi mendatang.

Baca juga Peneliti BRIN Sulap Pelepah Pisang Jadi Food Container yang Ramah Lingkungan

Referensi

  1. Häkkinen, M. (2013). Reappraisal of sectional taxonomy in Musa (Musaceae). Taxon, 62(4), 809-813.  
  2. Häkkinen, M., & Väre, H. (2008). Taxonomic history and identity of Musa dasycarpa, M. velutina and M. assamica (Musaceae) in Southeast Asia. Journal of Systematics and Evolution, 46(2), 230-235.  
  3. Nasution, R. E. (1991). A Taxonomic Study of the Species Musa acuminata Colla in Sumatra. Universitas Andalas.  

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Posted on Leave a comment

KUBET – Survei DBS: 66% Pekerja Berusia 44-59 Tahun Tak Siapkan Rencana Pensiun

Survei DBS: 66% Pekerja Berusia 44-59 Tahun Tak Siapkan Rencana Pensiun

images info

Bank DBS Indonesia menyelenggarakan diskusi lintas sektor bertajuk “Impact Beyond Dialogue – Future-Proofing Indonesia: From Demographic Bonus to Ageing Readiness”. Diskusi ini untuk merespon data di mana pada 2030, Indonesia akan resmi memasuki era ageing population dengan lebih dari 14 persen penduduk berusia di atas 60 tahun.

Forum diskusi ini juga menampilkan beberapa studi kasus dari negara-negara lain. President Director Living Well Seniors Communities Benjamin Cass membagikan pelajaran yang dapat dipetik Indonesia dari negara-negara seperti Jepang, Singapura, hingga Australia yang telah lebih dulu menghadapi tantangan populasi menua.

“Indonesia memiliki sekitar 14-15 ahli gerontologi untuk mendukung negara yang terdiri dari 275 juta jiwa. Ini kontras jika dibandingkan dengan Australia yang memiliki 1.000 ahli untuk 30 juta warga,” jelas Benjamin Cass.

“Selain itu, menurut saya, tidaklah wajar bila lansia harus menghabiskan 10-15 tahun setelah pensiun hanya duduk menonton televisi. Kita perlu jujur menghadapi realitas ini. Masa tua harus produktif dan bermakna, dihabiskan bersama keluarga dan teman, bukan sebagai warga tidak produktif yang hanya menunggu waktu.”

Ia juga menerangkan perlunya investasi terhadap infrastruktur untuk populasi menua, seperti Singapura yang menganggarkan SGD100 juta untuk 200 pusat perawatan lansia. Lebih dari itu, diskusi antara Kementerian Kesehatan, Kementerian Sosial, dan seluruh pemangku kepentingan menjadi krusial untuk mencegah keadaan ini berkembang menjadi masalah di kemudian hari.

Adanya kesenjangan

Selain itu, Bank DBS Indonesia juga melakukan studi yang bertajuk DBS Ageing Society pada bulan April-Mei 2025. Survei yang dilakukan online terhadap 400 responden dari usia 22-59 tahun yang berada di Jakarta, Surabaya dan Medan ini mengungkap kesenjangan nyata antara harapan masyarakat dan kesiapan institusi dalam menghadapi era populasi menua:

*) 69 persen responden masih mengandalkan keluarga sebagai sumber dukungan emotional di masa tua

*) Hanya 41 persen yang percaya pemerintah siap menghadapi tantangan ini, dengan skeptisisme tertinggi muncul dari kelompok usia 44-59 tahun (66 persen menilai pemerintah belum siap)

Sebaliknya, 53 persen responden menilai sektor swasta lebih siap melalui berbagai program pensiun

Tiga prioritas utama yang diharapkan dari pemerintah adalah peningkatan akses layanan kesehatan (43 persen), peluang kerja dan pengembangan keterampilan bagi lansia (28 persen), serta dukungan sistem pensiun (28 persen).

Hasil ini mempertegas urgensi kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat dalam membangun ekosistem silver economy yang inklusif. Bank DBS Indonesia berkomitmen mendukung solusi holistik menghadapi tantangan penuaan populasi melalui pendekatan finansial dan sosial yang berdampak.

Inovasi Sektor Perbankan untuk Layanan Keuangan yang Inklusif

Sementara itu, President Director, Bank DBS Indonesia Lim Chu Chong menekankan bahwa inklusivitas lansia juga harus tercermin dalam solusi perbankan dan layanan pelanggan bagi nasabah.

“Berdasarkan Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2023, hanya 33,53 persen lansia yang memiliki tabungan di lembaga keuangan. Data terbaru dari survei kami juga menunjukkan kesenjangan pengetahuan yang serius—meski 74 persen orang Indonesia mengaku memiliki rencana pensiun, 36 persen generasi muda usia 22-27 tahun tidak tahu cara memulai perencanaan pensiun,” ungkap Lim Chu Chong.

Temuan survei DBS Ageing Society bahkan mengungkap fenomena yang mengejutkan: kelompok usia 44-59 tahun yang mendekati masa pensiun justru menunjukkan kesiapan perencanaan pensiun terendah (66 persen), lebih rendah dibanding generasi lebih muda (77 persen responden usia 22-43 tahun mengaku sudah punya perencanaan pensiun).

Kendati demikian, sebagai kompensasi, mereka memiliki strategi investasi yang lebih matang, dengan 52 persen mengandalkan properti, 43 persen kepemilikan bisnis, dan 35 persen pendapatan pasif. Ini berbeda dengan generasi muda yang masih bergantung pada tabungan konvensional.

“Sebagai bank yang digerakkan oleh tujuan positif, Bank DBS Indonesia berkomitmen mendampingi nasabah di setiap fase kehidupan melalui solusi perbankan yang mendukung kesiapan pensiun hingga perencanaan kekayaan lintas generasi,” kata Lim Chu Chong.

“Terlebih lagi, 69 persen masyarakat terbuka untuk bekerja pasca-pensiun, yang mencerminkan pergeseran mindset dari pensiun sebagai akhir karier menjadi babak baru yang produktif.”

Merespons tren ini, ia menambahkan bahwa sektor keuangan memiliki peran strategis dalam membangun silver economy.

“Dengan menyediakan layanan inklusif, mendorong edukasi finansial, dan menjalin kemitraan dengan sektor kesehatan serta wirausaha sosial, kami ingin menciptakan dampak lebih luas. Ke depan, kami akan mengeksplorasi kolaborasi lintas industri untuk merancang produk perbankan yang holistik bagi lansia, agar mereka tetap aktif secara ekonomi, finansial, dan sosial.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Posted on Leave a comment

KUBET – Indonesia Jadi Contoh Penanganan Malaria Terbaik di Asia Pasifik, Sejauh Mana Pencapaiannya?

Indonesia Jadi Contoh Penanganan Malaria Terbaik di Asia Pasifik, Sejauh Mana Pencapaiannya?

images info

Indonesia diakui sebagai negara dengan praktik terbaik dalam upaya untuk mengeliminasi malaria di kawasan Asia Pasifik. CEO Asia Pacific Leaders Malaria Alliance (APLMA), Dr. Sarthak Das, menyebut Indonesia memainkan peran kunci dalam pemberantasan malaria lewat pendekatan komprehensif.

Menurutnya, Indonesia merupakan contoh terbaik di kawasan Asia Pasifik bukan hanya karena menurunnya jumlah kasus, tetapi juga berkat pendekatan komprehensif yang dilakukan, mulai dari pencegahan, pengobatan, dan kerja sama lintas negara.

Menariknya, ia juga menyoroti bagaimana posisi Indonesia yang berbagi daratan langsung dengan Papua Nugini. Negara ini adalah salah satu pusat permasalahan malaria di kawasan Pasifik bersama negara-negara kecil di sekitarnya, termasuk Kepulauan Solomon.

Keberhasilan dalam memerangi malaria turut bergantung pada kemauan politik dari masing-masing negara. Pengakuan ini membuat Indonesia dipandang sebagai pemimpin regional untuk mengakhiri malaria.

Berkaitan dengan pengakuan ini, seberapa jauh pencapaian Indonesia dalam mewujudkan bebas malaria?

Per Juni 2025, 79 persen wilayah Indonesia sudah terbebas oleh malaria. Dari total 514 kabupaten/kota, Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes) menyebut bahwa 476 kota/kabupaten sudah mencapai status bebas malaria.

Baca juga: Indonesia Garap Teknologi Diagnosis Malaria Berbasis AI, Seperti Apa Kecanggihannya?

Optimis Indonesia Bebas Malaria 2030

Menukil dari situs Bebas Malaria yang dikelola Kemenkes RI, mayoritas provinsi di Indonesia berada dalam status endemisitas malaria rendah. Namun, beberapa provinsi di daerah timur Indonesia, seperti Gorontalo, Nusa Tenggara Timur (NTT), dan Maluku masih berada pada status endemis sedang.

Sementara itu, Papua secara keseluruhan masih menjadi pekerjaan rumah besar bagi pemerintah karena status endemisnya masih tinggi. Kemenkes pun tidak menampik bahwa wilayah Papua memang masih menyumbang 93 persen dari beban malaria nasional.

Meskipun demikian, Kemenkes tetap optimis dengan target capaian 100 persen eliminasi malaria di seluruh Indonesia pada akhir tahun 2030. Dua pilar utama strategi eliminasi ini difokuskan pada peningkatan deteksi kasus dan pemberian obat antimalaria.

Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin, menerangkan bahwa jumlah skiring malaria perlu ditingkatkan hingga empat kali lipat. Upaya pencegahan juga diperkuat lewat pendistribusian rutin 3,3 kelambu berinsektisida tahan lama setiap dua hingga tiga tahun. Di sisi lain, enam gubernur di wilayah Papua sudah menandatangani kesepakatan dengan pemerintah pusat untuk mendukung eliminasi malaria.

Target Indonesia untuk bebas malaria di tahun 2030 juga sejalan dengan penetapan target yang dibuat oleh Dewan Eliminasi Malaria Global. Artinya, bukan hanya Indonesia, dunia pun berkomitmen bersama-sama untuk mengeliminasi malaria.

Baca juga: Kemenkes Targetkan Indonesia Bebas Malaria 2030, Bagaimana Strateginya?

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Posted on Leave a comment

KUBET – Tak Harus Buka Hubungan Diplomatik, Pakar UMM Beberkan Alternatif untuk Indonesia Jika Israel Akui Palestina

Tak Harus Buka Hubungan Diplomatik, Pakar UMM Beberkan Alternatif untuk Indonesia Jika Israel Akui Palestina

images info

Presiden Prabowo memberikan pernyataan mengejutkan terkait terbukanya peluang untuk membuka hubungan diplomatik dengan Israel. Pernyataan ini disampaikan olehnya saat konferensi pers bersama Presiden Prancis, Emmanuel Macron, di Istana Merdeka, 28 Mei 2025 lalu.

Namun, perlu dicatat bahwa kemungkinan tersebut hanya terjadi apabila Israel angkat kaki dan mengakui kemerdekaan Palestina. Prabowo turut menekankan bahwa hak Israel juga harus dijamin sebagai negara berdaulat dan diperhatikan jaminan keamanannya jika Palestina merdeka.

“Saya tegaskan bahwa kita juga harus mengakui dan menjamin hak Israel untuk berdiri sebagai negara yang berdaulat dan negara yang harus juga diperhatikan dan dijamin keamanannya. Karena itu, Indonesia sudah menyampaikan, begitu negara Palestina diakui oleh Israel. Indonesia siap untuk mengakui Israel dan kita siap untuk membuka hubungan diplomatik dengan Israel. Kami juga menyampaikan bahwa Indonesia siap untuk menyumbang pasukan perdamaian di kawasan tersebut,” ucap Prabowo dilansir dari setkab.go.id.

Tentu ini menuai pertanyaan, apakah wacana membuka kedutaan Israel masih sejalan dengan prinsip politik luar negeri Indonesia?

Menjawab hal ini, Dosen Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Hafid Adim Pradana, M.A., menjelaskan bahwa wacana tersebut masih sejalan dengan prinsip politik luar negeri Indonesia yang konsisten mendukung kedaulatan penuh Palestina.

“Secara prinsip, wacana normalisasi hubungan Indonesia-Israel dengan syarat pengakuan atas kemerdekaan Palestina sebenarnya secara normatif masih berada dalam kerangka prinsip politik luar negeri Indonesia, yaitu mendukung penuh kemerdekaan Palestina, sesuai amanat konstitusi dan spirit Konferensi Asia-Afrika,” jelasnya saat dihubungi oleh GNFI.

Ia menggarisbawahi jika konsistensi Indonesia untuk tidak membuka hubungan diplomatik dengan Israel merupakan bentuk konkret atas keberpihakan Indonesia terhadap perjuangan bangsa Palestina, sekaligus solidaritas moral pada perjuangan anti-kolonialisme.

Meskipun syarat yang diajukan—pengakuan kemerdekaan Palestina oleh Israel—sejalan dengan posisi Indonesia, tetap perlu ada kajian yang dilakukan dengan sangat hati-hati. Ini perlu dilakukan mengingat sensitivitas isu Palestina dalam politik domestik Indonesia dan besarnya ekspektasi publik agar Indonesia tetap berada di garda terdepan untuk mendukung kemerdekaan Palestina.

Kenapa Indonesia dan PBB Mendukung Two-State Solution atas Palestina-Israel?

Melihat Konsekuensi Global jika Normalisasi Terwujud

Di sisi lain, Adim menjelaskan bagaimana posisi Indonesia di mata dunia Islam dan internasional jika benar-benar membuka hubungan diplomatik dengan Israel. Menurutnya, hal tersebut dapat menimbulkan implikasi ganda.

Di satu sisi, Indonesia bisa tampil sebagai negara muslim terbesar yang mempromosikan dan mendorong solusi dua negara. Namun, ada potensi resistensi kuat di tingkat domestik dan kalangan dunia Islam, terutama apabila langkah tersebut dianggap sebagai kompromi atau melemahkan solidaritas terhadap Palestina.

“Indonesia memiliki reputasi yang sangat baik di dunia Islam dan Global South sebagai pendukung setia perjuangan Palestina,” terang dosen dengan kepakaran politik global itu.

Opsi membuka hubungan diplomatik dengan syarat khusus ini tentu memerlukan proses diplomasi yang sangat terukur dengan melibatkan komunikasi aktif dengan anggota OKI, Liga Arab, dan Palestina. Adim menilai hal tersebut sangat penting agar tidak terjadi distorsi persepsi atas posisi Indonesia.

“Alternatif lain yang bisa ditempuh adalah memperkuat peran Indonesia sebagai mediator dalam mendorong solusi damai tanpa harus mengambil langkah prematur dalam bentuk hubungan diplomatik formal,” imbuhnya.

Kepemimpinan Silih Berganti, Dukungan Indonesia untuk Palestina Tetap Abadi

Sinyal Pendekatan Diplomasi Indonesia yang Lebih Pragmatis dengan Israel?

Saat ditanyai terkait kemungkinan adanya sinyal pendekatan diplomasi Indonesia yang lebih pragmatis dengan Israel, Adim tidak menampik hal tersebut. Menurutnya, wacana tersebut memang dapat dibaca sebagai indikasi ke arah tersebut, utamanya jika dikaitkan dengan dinamika realpolitik global dan kebutuhan untuk menjaga relevansi diplomasi Indonesia dalam isu Timur Tengah.

Akan tetapi, pragmatisme ini disebutnya harus tetap dibingkai dengan prinsip konstitusional dan amanat sejarah politik luar negeri Indonesia. Artinya, langkah pragmatis hanya dapat dibenarkan jika tetap menjunjung tinggi posisi Indonesia sebagai pendukung tegaknya hak bangsa Palestina.

“Diplomasi Indonesia tidak boleh kehilangan fondasi etisnya, agar tidak sekadar menjadi kompromi politik jangka pendek,” tegasnya.

Alternatif Selain Membuka Hubungan Diplomatik dengan Israel

Wacana bersyarat yang disebutkan Prabowo menuai kecaman masyarakat luas. Banyak yang menilai bahwa langkah tersebut adalah bentuk “pelunakan” posisi Indonesia yang selama ini dinilai sangat solid mendukung Palestina.

Terkait ini, Adim memberikan beberapa rekomendasi selain membuka hubungan diplomatik dengan Israel. Salah satu hal yang dapat dilakukan adalah dengan memperkuat posisi Indonesia sebagai bridge-builder atau mediator internasional untuk mendorong solusi dua negara.

Indonesia juga disebutnya dapat lebih aktif memperkuat kerja sama diplomasi multilateral lewat berbagai organisasi, utamanya OKI, ASEAN, dan PBB, untuk memperjuangkan kemerdekaan Palestina secara kolektif. Indonesia dapat meningkatkan dukungan konkret lewat jalur kemanusiaan, pendidikan, dan kapasitas kelembagaan.

“Dengan cara ini, Indonesia tetap konsisten mendukung Palestina tanpa harus mengubah prinsip dasarnya dalam politik luar negeri,” tutupnya.

Bukan Evakuasi, Indonesia Perlu Lakukan Ini untuk Bela Warga Palestina

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Posted on Leave a comment

KUBET – 6 Makanan Tradisional Khas Raja Ampat Papua Barat, dari Olahan Sagu hingga Hasil Laut

6 Makanan Tradisional Khas Raja Ampat Papua Barat, dari Olahan Sagu hingga Hasil Laut

images info

Apakah Kawan sudah pernah mencoba makanan tradisional khas dari Raja Ampat, Papua Barat? Selain dikenal dengan keindahan alamnya, Raja Ampat juga memiliki sederet makanan tradisional yang patut Kawan coba ketika berkunjung ke daerah tersebut.

Makanan tradisional yang ada di Raja Ampat ini memanfaatkan hasil alam yang tersedia sebagai bahan dasar pembuatannya. Tidak heran, banyak makanan tradisional yang berasal dari daerah ini menggunakan olahan sagu dalam proses pembuatannya.

Tidak hanya itu, makanan khas Raja Ampat juga ada yang memanfaatkan hasil laut yang ada di sana. Hal ini tentu memperkaya khazanah kuliner tradisional yang bisa Kawan jumpai di daerah tersebut.

Dilansir dari laman Kompas dan RRI, berikut 6 makanan tradisional yang patut Kawan cicipi ketika berkunjung ke daerah Raja Ampat, Papua Barat, yakni.

1. Papeda

Papeda merupakan salah satu makanan umum yang bisa Kawan jumpai di tanah Papua. Hal ini juga berlaku ketika Kawan berkunjung ke daerah Raja Ampat.

Makanan tradisional ini dibuat dengan menggunakan bahan dasar sagu. Nantinya papeda biasanya akan dinikmati bersama makanan pendamping lainnya, seperti kuah asam manis dan sejenisnya.

2. Gani Nu

Makanan tradisional khas Raja Ampat berikutnya yang patut Kawan coba adalah gani nu. Kuliner yang satu ini merupakan salah satu makanan ringan yang berbahan dasar sagu.

Dalam proses pembuatannya, sagu yang digunakan untuk bahan dasar gani nu akan dicetak menggunakan cetakan khusus. Nantinya makanan tradisional ini akan dimasak dengan cara dibakar dalam jangka waktu tertentu.

Secara umum, gani nu memiliki cita rasa yang manis. Bagi masyarakat Raja Ampat, gani nu sering menjadi cemilan ketika meminum teh maupun kopi.

3. Habo Kon

Kuliner khas Raja Ampat berikutnya yang tidak boleh terlewat adalah habo kon. Sama seperti dua makanan sebelumnya, habo kon juga menggunakan sagu sebagai bahan dasar pembuatannya.

Selain sagu, habo kon juga menggunakan bia kodok sebagai bahan dasar pembuatannya. Bia kodok merupakan sejenis kerang yang hidup di sekitar tanaman bakau.

Kawan akan mendapatkan cita rasa asin dan gurih ketika menyantap makanan tradisional yang satu ini.

4. Baha-Baha

Baha-baha menjadi makanan tradisional berikutnya yang bisa Kawan coba ketika berkunjung ke daerah Raja Ampat. Makanan ini secara khusus dibuat oleh masyarakat yang berasal dari daerah Kampung Lopintol, Distrik Teluk Mayalibit.

Makanan tradisional ini juga menggunakan sagu sebagai bahan dasar pembuatannya. Sagu yang digunakan untuk baha-baha adalah sagu basah.

Dalam proses pembuatannya, sagu yang digunakan untuk membuat baha-baha dicampur dengan kelapa parut. Secara umum, makanan tradisional khas Raja Ampat ini memiliki cita rasa yang cenderung manis.

5. Cacing Laut

Makanan tradisional Raja Ampat tidak hanya menggunakan sagu sebagai bahan dasar pembuatannya. Makanan khas daerah ini ada juga yang menggunakan hasil laut yang tersedia di sana.

Salah satu kuliner khas Raja Ampat yang memanfaatkan hasil laut di sana adalah cacing laut. Sama seperti namanya, makanan tradisional ini memanfaatkan cacing laut sebagai bahan dasar pembuatannya.

Biasanya masyarakat Raja Ampat mencari cacing laut dengan bantuan alat maupun tangan kosong. Nantinya cacing laut ini akan dimasak dengan cara dibakar sebelum dikonsumsi.

6. Udang Selingkuh

Udang selingkuh menjadi salah satu makanan khas Raja Ampat yang juga patut untuk Kawan coba. Sama seperti cacing laut, makanan tradisional ini juga menggunakan hasil laut sebagai bahan dasar pembuatannya, yakni udang.

Pemberian nama “Udang selingkuh” sendiri didasari pada proses pencarian bahan utamanya. Sering kali udang yang digunakan untuk membuat makanan tradisional ini bersembunyi di balik lubang karang.

Tidak sembarangan orang bisa menemukan udang yang digunakan untuk makanan tradisional ini. Hanya nelayan setempat yang sudah memiliki pengalaman yang biasanya dengan mudah menemukan udang tersebut.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Posted on Leave a comment

KUBET – Legenda Gua Kiskendo di Yogyakarta, Tempat Pertempuran yang Berubah Menjadi Kerajaan

Legenda Gua Kiskendo di Yogyakarta, Tempat Pertempuran yang Berubah Menjadi Kerajaan

images info

Gua Kiskendo merupakan salah satu destinasi yang berada di Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Terdapat sebuah legenda yang berkembang di tengah masyarakat terkait Gua Kiskendo tersebut.

Bagaimana kisah lengkap dari legenda Gua Kiskendo ini? Simak ulasan lengkapnya dalam artikel berikut.

Legenda Gua Kiskendo

Dikutip dari buku Wahyu Setyorini dan Tim Wong Indonesia Nulis yang berjudul 78 Legenda Ternama Indonesia, dikisahkan pada zaman dahulu terdapat sebuah gua yang diberi nama Kiskendo. Gua Kiskendo ini merupakan istana kerajaan yang menjadi tempat kekuasaan kakak beradik, Mahesa Sura dan Lembu Sura.

Kedua kakak beradik ini memiliki bentuk fisik yang tinggi dan besar. Namun mereka memiliki kepala binatang.

Meskipun demikian, Mahesa Sura dan Lembu Sura memiliki kesaktian yang luar biasa. Oleh sebab itu, mereka bisa menjadi penguasa dari daerah sekitar Gua Kiskendo tersebut.

Pada suatu malam, Mahesa Sura bermimpi bahwa dia bersanding di pernikahan dengan Dewi Tara. Keesokan harinya, Mahesa Sura memerintahkan sang adik untuk pergi melamar Dewi Tara.

Lembu Sura tentu kaget mendengar permintaan sang kakak. Sebab Dewi Tara merupakan bidadari paling cantik yang ada di Kahyangan.

Namun Mahesa Sura merasa yakin bahwa lamarannya tidak akan ditolak. Akhirnya berangkatlah Lembu Sura ke Kahyangan untuk melamar Dewi Tara.

Benar saja, lamaran Mahesa Sura langsung ditolak mentah-mentah. Sesampainya di bumi, Lembu Sura menyampaikan penolakan tersebut pada sang kakak.

Mahesa Sura tidak terima bahwa lamarannya ditolak begitu saja. Akhirnya dia mengajak sang adik untuk menyerang Kahyangan.

Berkat kesaktian yang mereka miliki, Negeri Kahyangan luluh lantak akibat serangan Mahesa Sura dan Lembu Sura. Tidak ada satupun dewa yang berhasil mencegah kehancuran tersebut.

Setelah berhasil menghancurkan Kahyangan, Mahesa Sura dan Lembu Sura membawa Dewi Tara ke bumi. Mereka kemudian menawan Dewi Tara di Gua Kiskendo.

Melihat hal ini, para dewa kemudian bermusyawarah untuk mencari cara mengalahkan kedua kakak beradik tersebut. Akhirnya mereka meminta bantuan kepada seorang pertapa bernama Subali.

Subali merupakan putra dari Resi Gotama. Para dewa kemudian meminta bantuan kepada Subali untuk mengalahkan Mahesa Sura dan Lembu Sura.

Mereka menitipkan Aji Pancasona kepada Subali. Jika dirinya berhasil mengalahkan Mahesa Sura dan lembu Sura, maka para dewa akan mengabulkan semua permintaan Subali.

Akhirnya Subali berangkat menuju Gua Kiskendo. Dia juga mengajak sang adik, Sugriwa untuk ikut bersama dirinya.

Sesampainya di Gua Kiskendo, Subali langsung masuk seorang diri ke dalamnya. Dia meminta Sugriwa untuk berjaga di depan gua.

Sesaat kemudian, Subali berhasil mengeluarkan Dewi Tara. Dia kemudian meminta sang adik untuk menjaga Dewi Tara.

Subali juga berpesan jika sang adik melihat air yang bercampur darah putih keluar dari gua, maka dirinya telah gugur. Sebaliknya jika air yang keluar bercampur darah merah, maka Mahesa Sura dan Lembu Sura lah yang gugur dalam pertarungan tersebut.

Sesaat kemudian, Subali kembali masuk ke dalam Gua Kiskendo. Pertarungan antara Subali melawan Mahesa Sura dan Lembu Sura berlangsung dengan sengitnya.

Tidak lama kemudian, Sugriwa melihat air yang bercampur darah merah dan putih keluar dari gua. Dia merasa sang kakak telah gugur dalam pertempuran.

Akhirnya Sugriwa memutuskan untuk menutup mulut gua dan membawa Dewi Tara kembali ke Kahyangan. Sesampainya di Kahyangan, Sugriwa kemudian dinikahkan dengan Dewi Tara oleh para dewa.

Di dalam Gua Kiskendo, ternyata Subali berhasil mengalahkan Mahesa Sura dan Lembu Sura. Ketika hendak keluar, Subali terkejut karena mulut gua sudah ditutup dengan batu besar.

Subali langsung menghancurkan batu tersebut dan terbang ke Kahyangan. Sesampainya di sana, dia melihat Sugriwa sudah bersanding dengan Dewi Tara.

Amarah Subali langsung memuncak begitu saja. Dia menganggap sang adik sudah mengkhianati dirinya.

Sugriwa berusaha menjelaskan situasi yang tengah terjadi. Namun Subali tidak peduli dan langsung menyerang sang adik.

Di tengah pertempuran, Resi Gotama tiba-tiba muncul dan melerai kedua anaknya. Dia kemudian menanyakan mengapa Subali dan Sugriwa bertarung di hadapan para dewa.

Setelah mendengarkan penjelasan dengan seksama, Resi Gotama menjadi murka terhadap Subali. Dia merasa anak sulungnya tersebut sudah membuat malu keluarga mereka.

Akhirnya Resi Gotama menancapkan panah sakti kepada sang anak hingga meninggal dunia. Setelah itu, Sugriwa diberikan restu oleh Resi Gotama untuk menikah dengan Dewi Tara.

Setelah itu, Sugriwa membawa Dewi Tara untuk turun ke bumi. Mereka kemudian mendirikan sebuah kerajaan bernama Pancawati di Gua Kiskendo.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Posted on Leave a comment

KUBET – Pakar IPB University: Serangga Penyerbuk, Pahlawan Tersembunyi di Balik Kejayaan Industri Sawit Indonesia

Pakar IPB University: Serangga Penyerbuk, Pahlawan Tersembunyi di Balik Kejayaan Industri Sawit Indonesia

images info

Industri kelapa sawit Indonesia menyumbang nilai produksi mencapai Rp440 triliun per tahun, menjadikannya salah satu sektor ekonomi paling vital.

Namun, di balik angka fantastis ini, ada peran krusial yang sering terlupakan, yakni jasa serangga penyerbuk.

Tanpa mereka, produktivitas sawit bisa anjlok hingga 70-80%, mengancam stabilitas industri yang melibatkan jutaan petani dan pekerja.

Penyerbukan Alami Jadi Kunci Produktivitas Sawit  

Prof. Purnama Hidayat, Guru Besar Fakultas Pertanian IPB University, mengungkapkan fakta mengejutkan. Sebesar Rp300 triliun dari total nilai produksi sawit bergantung pada serangga penyerbuk.

“Jika mereka tidak ada, petani harus melakukan penyerbukan manual—sebuah hal yang mustahil mengingat luasnya perkebunan sawit di Indonesia,” tegasnya, dikutip dari IPBToday.

Indonesia beruntung memiliki ekosistem yang mendukung penyerbukan alami, berbeda dengan Malaysia yang harus mengimpor serangga Elaeidobiuskamerunicus dari Afrika.

“Karena sawit berasal dari Afrika, serangga penyerbuknya pun harus didatangkan dari sana,” jelas Prof. Purnama.  

Serangga, Pekerja Ekosistem yang Terabaikan

Masyarakat sering menganggap serangga sebagai hama atau makhluk pengganggu. Padahal, mereka adalah penjaga keseimbangan ekosistem. 

Selain membantu penyerbukan, beberapa jenis serangga berperan sebagai pengendali hama alami, mengurangi ketergantungan pada pestisida kimia.  

Sebuah perusahaan gula di Lampung, misalnya, berhasil memangkas penggunaan insektisida hingga 80% dengan memanfaatkan serangga predator.

“Ini bukti bahwa serangga tidak hanya penting untuk sawit, tetapi juga untuk pertanian berkelanjutan,” ujar Prof. Purnama.  

Baca juga Sering Dianggap Musuh, Serangga Ternyata Pahlawan yang Menjaga Keseimbangan Alam

Serangga sebagai Sumber Pangan Masa Depan  

Selain perannya di sektor pertanian, serangga juga mulai dilirik sebagai sumber protein alternatif. FAO (Food and Agriculture Organization) menyatakan bahwa serangga adalah sumber protein paling efisien secara energi dan ramah lingkungan.  

Di Thailand, Vietnam, dan Tiongkok, mengonsumsi serangga sudah menjadi tradisi.

“Mungkin saat ini makan serangga terasa aneh, tapi 20-30 tahun ke depan, ini bisa menjadi solusi pangan dunia,” ungkap Prof. Purnama.  

Prof. Purnama menegaskan bahwa pelestarian serangga harus menjadi prioritas. Mulai dari mengurangi penggunaan pestisida, menjaga habitat alami, hingga mengembangkan budidaya serangga untuk penyerbukan dan pangan.  

“Kita perlu mengubah persepsi bahwa serangga hanya hama. Mereka adalah mitra penting dalam menjaga ketahanan pangan dan ekosistem,” pungkasnya.

Dengan memahami peran vital mereka, Indonesia bisa memastikan industri sawit—dan pertanian secara luas—tetap berkelanjutan di masa depan.

Baca juga Pantas Disebut Pahlawan, 35% Produksi Pangan Global Bergantung pada Lebah

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News