Penghargaan Universitas Osaka untuk Riset Sustainable Aviation Fuel yang Dilakukan Wega Trisunaryanti
Bio-jet fuel atau Sustainable Aviation Fuel (SAF) menjadi target demi terciptanya alternatif bahan bakar pesawat terbang yang dapat diperbarui dan lebih ramah lingkungan.
Sebagaimana slogan yang diungkapkan pemerintah, Indonesia menargetkan mencapai net zero emission (NZE) pada tahun 2060. Beragam riset yang bertujuan menghasilkan sumber energi alternatif pun banyak dicetuskan.
Salah satunya, Prof. Dra. Wega Trisunaryanti, M.S., Ph.D.Eng., Dosen Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Gadjah Mada yang mengonversi minyak nabati menjadi bio-jet fuel atau Sustainable Aviation Fuel (SAF). Hal itu diciptakan dengan cara melakukan pengembangan katalis, nanosilika, zeolit, dan Graphene Oxide untuk berbagai aplikasi, terutama proses hydrotreating biomassa menjadi biofuel.
Asal Mula Mahasiswa Undip Raih Penghargaan di Malaysia: Pulang dari PLTU Bawa Abu Lalu Buat Inovasi Trotoar yang Menghasilkan Listrik
Pengembangan itu dilakukan lewat berbagai penelitian. Beberapa hasil penelitiannya, di antaranya:
- Zeolit Alam Berpori Hierachical sebagai Pengemban Logam Ni, Zn, dan Cu untuk Katalis Hidrotreating Minyak Jarak menjadi Biofuel (2020);
- Sintesis Katalis Ni-Fe/NH2-Silika untuk Konversi Limbah Minyak Goreng Menjadi Biofuel (2020);
- Katalis Ni, Pd, Pt-NH2/Lumpur Lapindo untuk Proses Satu Langkah Produksi Biofuel dari Limbah Minyak Sawit (2020);
- Zirkonia Mesopori Untuk Konversi Minyak Goreng Bekas Menjadi Biofuel (2023), dan masih banyak lagi.
“Kita bisa manfaatkan kekayaan alam seperti minyak nyamplung dan malapari untuk mendukung kemandirian energi,” kata Wega, sebagaimana dikutip dari laman UGM.
Pantyliner Deteksi Tingkat pH Wanita, Inovasi Siswi SMA IT Al-Kahfi Raih Penghargaan Semi Grand Prize di Korea
Wega Trisunaryanti Raih Penghargaan dari The University of Osaka Global Alumni Fellow
“Energi dari bahan bakar fosil semakin menipis dan menyebabkan polusi. Kita menuju zero carbon, dan bio-jet fuel yang bersumber dari tanaman adalah alternatif yang hijau dan berkelanjutan,” ungkap Wega.
Prinsip ini menjadi landasan Wega terus melakukan riset demi terwujudnya bahan bakar terbarukan nan ramah lingkungan.
Hingga saat ini, ia telah menerbitkan 153 artikel ilmiah di jurnal internasional bereputasi dengan total 1.273 sitasi dari 748 dokumen dan memiliki indeks-h Scopus sebesar 19.
Inovasi Gracelyn, Hadirkan Cangkir Kertas Mengandung Nanopartikel untuk Mengikat Mikroplastik
Atas kerja kerasnya, ia menerima penghargaan bergengsi The University of Osaka Global Alumni Fellow. Hadir sejak 2015, penghargaan ini merupakan bagian dari pembangunan jaringan internasional dalam bidang pendidikan dan penelitian yang dianugerahkan kepada lulusan dan mantan anggota fakultas University of Osaka yang aktif di universitas dan lembaga penelitian luar negeri.
Wega menjadi bagian keluarga di Osaka saat ia memulai perjalanan akademiknya pada tahun 1992 sebagai research student di Department of Applied Chemistry, Faculty of Engineering, The University of Osaka.
Tidak berhenti di sana, ia kemudian melanjutkan studi doktoral dari tahun 1993 hingga 1997 dengan bimbingan Prof. Dr. Masakatsu Nomura sebagai promotor dan Prof. Dr. Masahiro Miura sebagai co-promotor, dilanjutkan dengan program postdoctoral hingga akhir 1997.
Start Up Magalarva Olah Limbah Makanan Jadi Pakan Ternak Lewat Biokonversi Larva BSF
Wega pun masih kerap menjalin kerja sama ilmiah dengan universitas tersebut melalui riset bersama dan forum-forum akademik internasional. Oleh karena itu, riset-risetnya terkait potensi Indonesia lebih mudah dikenal di dunia, terutama Jepang.
“Kolaborasi ini terus berjalan karena saya menjaga kontak dengan Profesor mantan promotor melalui proyek-proyek baik di Indonesia maupun Jepang. Kami saling melibatkan dalam penelitian berskala internasional. Kontak ini tidak pernah terputus karena memang kita membutuhkan kolaborator asing yang sudah kita kenal dan percaya,” tutur Wega, Kamis (12/6).
Wega Trisunaryanti bukanlah akademisi Indonesia pertama yang menerima penghargaan ini. 2019 lalu, Anas Miftah Fauzi dari IPB mendapat penghargaan serupa. Lebih baru lagi, Irfan Dwidya Prijambada yang juga dari UGM pun lebih dulu memperoleh penghargaan ini pada 2024.
Indonesia Punya Melon Hitam, Varietas Baru Temuan Mahasiswa S3 UB
Akan tetapi, hadirnya Wega Trisunaryanti di jajaran penerima penghargaan yang mayoritas diraih oleh pria menunjukkan pencapaian dan keberdayaan perempuan yang luar biasa di bidang riset.
Ia bahkan tercantum dalam daftar 2% ilmuwan terbaik dunia versi Stanford University pada 2023.
“Miliki mimpi. Jangan takut bersaing. Dunia sains itu tidak hanya butuh kecerdasan, tapi juga kesabaran, ketelitian, dan kepekaan melihat hal-hal baru yang belum banyak diperhatikan,” imbuhnya.
Keunggulan Jamur Tempe Temuan Dosen UGM: Bisa Jadi Alternatif Daging
Akankah Riset Energi Terbarukan Berlanjut?
Meraih berbagai penghargaan, Wega Trisunaryanti tidak menampik akan adanya berbagai tantangan yang dihadapi. Ia menuturkan, kendala terbesar riset yang dilakukan saat ini ada di sektor pendanaan.
Menurutnya, teknologi bio-jet fuel tidak hanya membutuhkan keahlian sains, tetapi juga dukungan infrastruktur dan kolaborasi dengan industri, khususnya sektor energi. Sayangnya, masih sedikit investor dalam negeri yang melirik potensi ekonomi dari bahan bakar terbarukan ini.
“Kami masih dalam skala laboratorium, padahal untuk skala pilot dibutuhkan dana miliaran rupiah. Tanpa mitra investor, riset bio-jet fuel akan berhenti di lab saja,” ungkapnya.
Meski demikian, ia tetap optimis dan menargetkan kontribusi SAF dalam campuran bahan bakar pesawat bisa meningkat signifikan yang saat ini 2,4% menjadi 50% di masa depan.
Unik, Ramuan Penghilang Bau Sampah Justru Terbuat dari Campuran Limbah Sampah
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News