Posted on Leave a comment

KUBET – Platform Bijak Memantau Diluncurkan, Ajak Publik Ambil Bagian Awasi Kebijakan

Platform Bijak Memantau Diluncurkan, Ajak Publik Ambil Bagian Awasi Kebijakan

images info

Platform Bijak Memantau resmi diluncurkan pada 20 Mei 2025 sebagai ruang bantu untuk menavigasi isu kebijakan, memantau proses legislasi, dan memperluas kanal partisipasi publik dalam mengawal kerja dan keputusan DPR.

CEO Think Policy Andhyta Firselly Utami atau Afu menjelaskan hadirnya platform ini untuk menjawab derasnya arus revisi undang-undang dan cepatnya dinamika legislasi. Afu menilai kerap terjadi ruang tanpa dialog yang memadai bahkan terputus dari arah kebijakan publik.

Afu menjelaskan sebagai kelanjutan dari inisiatif pendidikan politik Bijak Memilih pada Pemilu 2024, platform ini mendorong masyarakat untuk tetap terlibat setelah pemilu usai. Jika memilih wakil adalah langkah pertama, jelasnya maka mengawal janji dan memastikan akuntabilitas adalah langkah berikutnya.

“Bijak Memantau hadir agar partisipasi politik publik tidak berhenti di bilik suara, tetapi berlanjut dalam keterlibatan yang sadar, kritis, dan berkelanjutan,” ucapnya.

Kebijakan yang baik lahir dari ekosistem sehat

Afu menegaskan bahwa kebijakan publik yang baik hanya bisa lahir dari ekosistem yang sehat dengan pemerintah yang responsif, masyarakat yang peduli, dan jembatan partisipasi yang bermakna di antara keduanya.

“Banyak orang muda dan kelas menengah sebenarnya ingin terlibat, tapi ruang partisipasi yang tersedia sering kali terbatas dan bersifat simbolik. Forum-forum formal seperti legislasi dan konsultasi publik belum sepenuhnya terbuka dan deliberatif, sementara ruang yang dibuka oleh masyarakat sipil cenderung lebih ekspresif tapi belum efektif pada hasil akhir kebijakan, ” ujarnya.

“Bijak Memantau hadir untuk menjawab tantangan ini dengan membuka akses, menyederhanakan isu, dan mendorong partisipasi yang lebih substansial.”

Tiga fitur utama

Bijak Memantau memiliki tiga fitur utama yang dirancang untuk mudah diakses dan dipahami:

● Memahami Isu menyajikan rangkuman delapan isu kebijakan prioritas, seperti pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan lingkungan, dilengkapi aktor, regulasi, dan konteks kelembagaan yang relevan. Materi disusun bersama para ahli dan knowledge partner dari masyarakat sipil, akademisi, dan organisasi riset untuk memastikan isi yang akurat.

● Memantau Kebijakan memberikan pembaruan terkini terkait perkembangan RUU yang masuk dalam Prolegnas maupun yang sedang menjadi sorotan publik.

● Memantau Pejabat menghadirkan profil singkat anggota legislatif, posisi mereka terhadap isu tertentu, serta kanal komunikasi untuk menyampaikan aspirasi. Tak berhenti di informasi, Bijak Memantau juga mendorong partisipasi lanjutan lewat Komunitas Bijak.

Warga dapat mengikuti diskusi daring melalui Discord, Kelas Bijak, forum townhall, bahkan bergabung dalam advokasi bersama organisasi masyarakat sipil. Tujuannya untuk memperluas partisipasi dari opini menjadi aksi nyata.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Posted on Leave a comment

KUBET – Kisah Shabrina Leanor Juara Indonesian Idol 2025: Didukung Warga Sekampung sampai Gubernur

Kisah Shabrina Leanor Juara Indonesian Idol 2025: Didukung Warga Sekampung sampai Gubernur

images info

Shabrina Leanor juara Indonesian Idol 2025. Di balik keberhasilannya, ada dukungan dari banyak orang, mulai dari masyarakat di kampung halamannya sampai pejabat sekelas gubernur.

Shabrina Leanor dinobatkan menjadi juara Indonesian Idol 2025 dalam acara malam puncak bertajuk Result & Reunion yang dihelat di Studio+ RCTI, Kebon Jeruk, Jakarta Barat, Senin (19/5/2025) malam. Dalam acara tersebut, Shabrina tampil sepanggung dengan grand finalis terbaik lainnya  yakni Fajar Noor.

Bagi Shabrina, ini adalah akhir manis dari perjalanan di Indonesian Idol 2025 yang ditempuhnya sejak akhir 2024. Dimulai dari babak audisi yang berlanjut ke babak eliminasi hingga akhirnya ia berhak tampil di Result & Reunion.

Shabrina pun tidak mencapai kesuksesannnya sendiri. Sepanjang kiprahnya di Indonesian Idol 2025, banyak dukungan yang didapatnya dari berbagai pihak.

Jacob Collier, Titisan Mozart yang Siap Mengguncang Panggung BNI Java Jazz Festival 2025

Kisah Dukungan Shabrina Leanor Juara Indonesian Idol 2025

Shabrina adalah penyanyi kelahiran Manggar, Belitung Timur, pada 23 Juli 2000. Sebagai warga Manggar, ia mendapat dukungan penuh dari masyarakat di kampung halamannya.

Ternyata, warga Manggar biasa menggelar acara nonton bareng untuk sama-sama menyaksikan aksi Shabrina. Di halaman Koramil Manggar, masyarakat berkumpul menonton rekan sekampungnya menunjukkan kebolehan di panggung Indonesian Idol.

“Sejak Shabrina masuk 10 besar selalu nonton. Pas ada momen nonton bareng langsung ikut di sini berikan dukungan bersama-sama masyarakat lainnya,” ujar salah satu warga, Gifana, seperti dilansir laman Pemkab Belitung Timur.

Tak hanya menonton, warga tak lupa melakukan vote di RCTI Plus. Sebagaimana diketahui, dukungan penonton lewat vote berperan penting dalam menentukan nasib kontestan di Indonesian Idol.

Menariknya, para pejabat tak ketinggalan untuk mendukung Shabrina. Wakil Bupati Belitung Timur, Khairil Anwar, misalnya, ikut nobar bersama warga di Koramil. Tak ayal, ia memberi apresiasi tinggi untuk Shabrina yang berhasil menjadi juara.

“Wajar Shabrina menang, Dia memang harus jadi juara. Dari segi penampilan, suaranya, polling, dari semua kontestan Dia memang yang terbaik,” puji Khairil.

“Yang terkhusus lagi, Kabupaten Beltim akan jadi sorotan lagi. Meski kita daerah kecil namun kita punya banyak orang-orang hebat dan berbakat yang mampu berprestasi di kancah politik, hukum, sastra dan seni,” lanjutnya.

Selain Khairil, pejabat lain yang mendukung Shabrina adalah Gubernur Kepulauan Bangka Belitung Hidayat Arsani yang juga sempat ikut nobar. Di akun Instagam miliknya, ia juga membagikan momen saat istrinya, Ni  Komang Widari, hadir langsung di Studio RCTI.

5 Fakta Carmen Hearts2Hearts, Idol K-Pop Pertama Asal Indonesia di SM Entertainment

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Posted on Leave a comment

KUBET – Nikel, Komoditi Andalan Indonesia yang Bisa Jadi “Alat Tawar” dengan AS, Mengapa?

Nikel, Komoditi Andalan Indonesia yang Bisa Jadi “Alat Tawar” dengan AS, Mengapa?

images info

Pada 2 April 2025, Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, mengumumkan deretan negara yang terkena tarif dagang. Dari puluhan negara yang masuk daftar, Indonesia adalah salah satunya.

Indonesia terkena tarif resiprokal sebesar 32 persen. Tarif ini seharusnya sudah berlaku mulai 9 April 2025. Namun, Trump menundanya selama 90 hari untuk memberi waktu kepada sejumlah negara untuk bernegosiasi.

Pemerintah Indonesia sendiri menyatakan tidak akan mengambil “balasan” terkait tarif yang diberikan itu. Alih-alih membalas, Indonesia memilih untuk bernegosiasi dengan Washington untuk menurunkan tarif tersebut.

Prof. Dr. Mailinda Eka Yuniza, S.H., LL.M., Guru Besar Hukum Administrasi Negara, Universitas Gadjah Mada (UGM), menilai negosiasi dagang antara Indonesia dan Amerika Serikat perlu mempertimbangkan keseimbangan antara kebutuhan AS akan mineral penting dan keinginan Indonesia untuk mengembangkan pengolahan domestiknya.

Ia menyebut, Negeri Paman Sam tengah mencabut bea masuk global atas sejumlah mineral penting tertentu. Langkah ini dinilai Mailinda tidak terlalu mengejutkan, karena beberapa jenis mineral memang sangat penting untuk perekonomian Amerika Serikat.

Mineral-mineral tersebut digunakan untuk mendukung pembuatan ponsel pintar hingga rudal pemandu. Negara-negara dengan sumber daya mineral melimpah memiliki posisi tawar yang kuat di hadapan Amerika Serikat.

“Pada dasarnya hal ini memperkuat akses Amerika terhadap sumber daya tersebut dan membuat ketersediaan globalnya menjadi semakin strategis,” ujarnya dalam keterangan resmi.

Menurut Survei Geologi Amerika Serikat Tahun 2022, negara ini membutuhkan berbagai jenis mineral penting, seperti nikel, kobalt, litium, dan unsur tanah jarang untuk mendukung produksi mereka. Melihat hal ini, Indonesia dapat memanfaatkannya untuk menaikkan nikel sebagai “alat tawar” kepada Amerika Serikat.

Indonesia Punya Nikel untuk Jadi “Alat Tawar” dengan AS

Indonesia merupakan produsen nikel terbesar di dunia. Menukil dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), 42 persen cadangan nikel di dunia ada di Indonesia.

Per 2023, sumber daya nikel yang dimiliki Indonesia mencapai 17,7 miliar ton bijih dan 177,8 juta ton logam. Sementara itu, jumlah cadangannya mencapai 5,2 miliar ton bijih dan 57 juta ton logam.

Menurut Mailinda, Indonesia telah memberi sinyal bahwa kemungkinan akan menggunakan komoditi tersebut sebagai alat tawar dalam menghadapi tarif Trump.

Tak hanya Indonesia, Mailinda juga menjelaskan bagaimana Tiongkok yang memproduksi 90 persen logam tanah jarang dunia—sekaligus pemasok utama Amerika Serikat—merespons tarif tersebut dengan menghentikan ekspor berbagai jenis mineral penting.

“Kekuatan dari tawar ini bukanlah sekadar teori. Baik pembatasan dari Tiongkok maupun Indonesia disebut sebagai hambatan non-tarif dalam National Trade Estimate Report on Foreign Trade Barriers terbaru dari United States Trade Representative,” paparnya.

Meskipun demikian, Mailinda menjelaskan jika pemerintah menghadapi dilema, apakah akan memanfaatkan keunggulan jangka pendek atau akan tetap fokus pada industrialisasi jangka panjang. Penggunaan ekspor mineral sebagai alat tawar disebutnya memperpanjang negosiasi dagang dengan AS.

Indonesia disebutnya berbeda dengan Tiongkok yang memiliki kekuatan ekonomi besar dan mampu mengalihkan ekspornya ke pasar lain. Hal ini dikarenakan, Indonesia belum memiliki fleksibilitas serupa.

“Sebagai negara berkembang, Indonesia mungkin tidak sanggup menanggung dampak finansial dari tarif berkepanjangan,” imbuhnya.

Langkah Apa yang Sebaiknya Diambil?

Sejauh ini, Mailinda menilai Indonesia telah mengambil langkah yang kooperatif. Pemerintah menjanjikan sejumlah konsesi untuk memenuhi tuntuan AS, termasuk menurunkan kuota impor dan melonggarkan aturan kandungan lokal untuk produk elektronik asal AS.

Namun, kesepakatan dagang yang lebih terbuka dapat melemahkan kebijakan yang telah dibangun Indonesia. Sejak 2020, Indonesia sudah mendorong agar bijih mineral tetap diolah dalam negeri, sesuai dengan UU No. 3 Tahun 2020 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara.

“Membalikkan arah saat ini akan menyia-nyiakan upaya dan investasi selama bertahun-tahun,” sebutnya.

Menurut Mailinda, kemungkinan yang diambil adalah menghidupkan kembali Perjanjian Kerangka Kerja Perdagangan dan Investasi (TIFA) dengan AS. Namun, terdapat kemungkinan jika AS akan menuntut akses lebih besar ke mineral penting Indonesia sebagai bagian dari perjanjian baru.

“Tanda-tanda hal ini sudah terlihat dalam pembicaraan perdagangan terbaru, di mana Indonesia menunjukkan kesediaan untuk memperdalam kerja sama dalam rantai pasokan mineral penting meskipun cakupan dan mekanismenya masih belum jelas,” katanya.

Saat ini, kerangka hukum Indonesia masih memberlakukan larangan terhadap ekspor bijih mineral mentah. Oleh karenanya, perluasan akses ini memungkinkan untuk reformasi legislatif dan regulasi besar.

Di sisi lain, Mailinda menerangkan jika ketidakpastian kebijakan AS ini masih terus berlanjut, maka dunia akan berubah. Akan banyak negara yang memilih untuk mempererat perdagangan dalam wilayah masing-masing.

“Jika tren ini berlanjut, dunia bisa bergerak semakin jauh dari kerja sama global dan menuju sistem di mana hanya kelompok-kelompok negara tertentu yang bekerja sama,” tutupnya.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Posted on Leave a comment

KUBET – Mikroalga Biru Hijau, Plankton “Super” yang Bisa Perbaiki Kesuburan Tanah

Mikroalga Biru Hijau, Plankton “Super” yang Bisa Perbaiki Kesuburan Tanah

images info

Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Mikrobiologi Terapan BRIN, Dwi Susilaningsih, memaparkan hasil riset terbaru mengenai pemanfaatan mikroalga cyanobacteria (Mikroalga Biru Hijau) untuk memperbaiki kesuburan tanah marginal, kawasan karst, dan lahan tercemar.

Teknologi ini telah diuji di berbagai lokasi, termasuk lahan berkapur di Blora, Jawa Tengah. Menurut Dwi, formulasi cair konsorsium mikroalga ini mampu meningkatkan kandungan nitrogen, fosfat, dan karbon organik tanah secara signifikan, sekaligus mendukung pertumbuhan tanaman tanpa meninggalkan residu kimia.  

“Pendekatan ini merupakan solusi berkelanjutan untuk mengatasi masalah tanah miskin hara, terutama di daerah dengan kondisi lahan yang kurang subur,” jelas Dwi dikutip dari brin.go.id.

Kurangi Ketergantungan pada Pestisida

BRIN tidak hanya mengenalkan teknologi ini, tetapi juga memberikan pelatihan teknis kepada petani mengenai cara memformulasikan dan mengaplikasikan mikroalga di lapangan.

Pelatihan ini diselenggarakan oleh Direktorat Pemanfaatan Riset dan Inovasi BRIN sebagai bagian dari upaya mendorong adopsi teknologi hayati di tingkat masyarakat.

Tujuannya adalah mengurangi ketergantungan petani terhadap pupuk dan pestisida sintetis, sekaligus meningkatkan produktivitas pertanian secara ramah lingkungan.  

Bupati Blora, Arief Rohman, menyambut baik inisiatif ini. Ia menilai inovasi dari BRIN sangat relevan dengan tantangan pertanian di Blora, yang sering menghadapi cuaca ekstrem dan harga pupuk yang tinggi.

“Kehadiran BRIN memberikan solusi nyata bagi petani kami, terutama dalam hal pengelolaan tanah dan pengendalian hama secara alami,” ujar Arief saat melakukan penanaman simbolis bibit jagung manis bersama petani setempat.  

Baca juga Alga Air Tawar Berpotensi Jadi “Superfood” Masa Depan yang Akan Selamatkan Dunia

Disambut Positif oleh Petani

Rakip, Ketua Kelompok Tani Bina Alamsri dari Desa Bajo, mengaku mendapatkan wawasan baru dari pelatihan ini.

“Kami jadi paham bahwa mikroba bisa memperbaiki struktur tanah tanpa harus bergantung pada pupuk kimia,” katanya.

Hal serupa disampaikan Ahmad Saryono, Ketua Gapoktan Makmur Desa Ngraho, yang mengapresiasi pengenalan teknologi pengendalian hama berbasis feromon dan agen hayati.

“Ini membantu kami mengurangi penggunaan pestisida kimia sekaligus menjaga kesehatan tanaman,” ujarnya.  

Kegiatan ini menjadi contoh nyata kolaborasi antara riset nasional, pemerintah daerah, dan petani dalam mempercepat transformasi pertanian berbasis inovasi.

Dengan pendekatan ramah lingkungan seperti mikroalga biru hijau, diharapkan petani dapat meningkatkan produktivitas sekaligus menjaga kelestarian ekosistem pertanian di masa depan.

Baca juga Pertanian Ramah Lingkungan, Pengendalian Hama Bisa Dilakukan Secara Alami dengan Serangga

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Posted on Leave a comment

KUBET – Terungkap Sarang Tawon Angkut-Angkut Punya Senyawa Penting untuk Penyembuhan Luka

Terungkap Sarang Tawon Angkut-Angkut Punya Senyawa Penting untuk Penyembuhan Luka

images info

Sarang tawon angkut-angkut (Eumenescoarctatus) sering dianggap sebagai hama di rumah-rumah karena membentuk gumpalan tanah yang mengganggu.

Namun, penelitian terbaru mengungkap potensi mengejutkan dari sarang ini sebagai bahan penyembuh luka.

Ivone Wulandari Budiharto, peneliti dari IPB University, menemukan bahwa sarang tawon ini mengandung senyawa antimikroba yang dapat mempercepat penyembuhan luka.  

Riset ini terinspirasi dari kearifan lokal masyarakat Jawa yang telah lama menggunakan sarang tawon angkut-angkut untuk mengobati luka, terutama bekas khitan.

Secara tradisional, sarang tawon dicairkan dengan sedikit air, lalu dioleskan pada luka. Dalam waktu 7 hingga 13 hari, luka tersebut mengering tanpa infeksi. Temuan inilah yang mendorong Ivone untuk meneliti lebih lanjut kandungan aktif dalam sarang tersebut.  

Sejak Lama jadi Obat Tradisional

Dalam penelitiannya, Ivone menggunakan mencit (tikus kecil) dengan luka sayat sebagai model percobaan. Hasilnya menunjukkan bahwa aplikasi sarang tawon mempercepat penutupan luka, mengindikasikan adanya aktivitas antimikroba yang kuat.

“Temuan ini membuka peluang pengembangan sarang tawon sebagai bahan dasar gel antiseptik untuk luka sayat dan luka bakar,” ujar Ivone.  

Meski demikian, ia menekankan perlunya penelitian lebih mendalam untuk mengidentifikasi senyawa bioaktif yang bertanggung jawab atas efek penyembuhan tersebut.

Selain itu, perlu juga dikaji apakah ada mikroba simbion dari tawon itu sendiri yang turut berperan dalam proses penyembuhan.  

Baca juga Pantas Disebut Pahlawan, 35% Produksi Pangan Global Bergantung pada Lebah

Perlu Riset Lebih Lanjut

Pengumpulan sampel sarang tawon bukanlah hal yang mudah. Selain risiko sengatan, sarang yang terbuat dari tanah mudah rusak karena faktor lingkungan.

“Kami harus ekstra hati-hati dalam mengambil sampel agar komposisi alaminya tidak berubah,” jelas Ivone.  

Selain itu, penelitian lanjutan diperlukan untuk menguji efektivitas antimikroba sarang ini terhadap berbagai jenis bakteri dan jamur. Uji keamanan juga menjadi langkah penting sebelum sarang tawon dapat digunakan secara luas dalam dunia medis.  

Mengenal Tawon Angkut-Angkut

Tawon angkut-angkut dikenal sebagai serangga soliter yang tidak hidup dalam koloni besar. Meski tidak agresif, tawon ini dapat menyengat jika merasa terancam, dengan efek nyeri dan bengkak. 

Aktivitas utamanya adalah membangun sarang dari campuran tanah dan air liurnya, yang kini ternyata menyimpan potensi besar di bidang kesehatan.  

Penelitian ini tidak hanya mengonfirmasi kebenaran di balik pengobatan tradisional, tetapi juga membuka jalan bagi pengembangan obat luka alami yang lebih efektif dan ramah lingkungan.

Ke depannya, sarang tawon angkut-angkut mungkin akan menjadi salah satu solusi inovatif dalam perawatan luka.

Baca juga Lalat vs Lebah, Siapa yang Paling Tangguh Menghadapi Perubahan Iklim?

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Posted on Leave a comment

KUBET – Lakso, Mie Gurih dari Palembang yang Sering Disantap saat Momen Berbuka Puasa

Lakso, Mie Gurih dari Palembang yang Sering Disantap saat Momen Berbuka Puasa

images info

Lakso merupakan salah satu makanan tradisional yang bisa Kawan jumpai di daerah Palembang, Sumatra Selatan. Meskipun tidak sefamiliar pempek atau tekwan, makanan tradisional ini tetap bisa menjadi pilihan bagi Kawan ketika berkunjung ke daerah yang identik dengan Jembatan Ampera tersebut.

Apalagi Kawan belum tentu bisa menjumpai lakso di daerah lain yang ada di Indonesia. Oleh sebab itu, Kawan jangan sampai melewatkan kesempatan untuk menyantap makanan tradisional ini ketika berkunjung ke Palembang.

Bagi Kawan yang penasaran tentang kuliner yang satu ini, bisa menyimak ulasan terkait lakso dalam artikel berikut ini.

Mengenal Lakso

Seperti yang sudah dijelaskan pada bagian awal, lakso merupakan salah satu makanan tradisional yang berasal dari daerah Palembang, Sumatra Selatan. Selain di Palembang, lakso juga dikenal sebagai makanan khas dari Bangka Belitung.

Sekilas nama lakso mungkin mirip dengan kuliner laksa yang ada di daerah lainnya. Apalagi kedua makanan tradisional ini sama-sama berbentuk mi.

Meskipun demikian, lakso dan laksa sebenarnya merupakan dua jenis kuliner yang berbeda. Terdapat perbedaan yang bisa Kawan jumpai dari kedua jenis makanan ini.

Perbedaan antara kedua jenis makanan ini terletak pada kuah yang digunakan dalam lakso. Makanan tradisional Pakembang ini menggunakan kuah santan berwarna kuning dan memiliki cita rasa yang gurih.

Selain itu, Kawan juga bisa menemukan tambahan ikan dan bawang goreng dalam semangkuk lakso. Bisa dibilang, lakso merupakan mi laksa dengan gaya dan variasi khas Palembang.

Menurut riwayatnya, kata lakso sendiri berasal dari bahasa Melayu Kuno, yakni “laksha” yang tercatat dalam Prasasti Kedukan Bukit. Kata “lakhsa” ini sendiri berarti “sepuluh ribu”.

Seiring berjalannya waktu, penyebutan “laksha” ini kemudian berubah menjadi lakso di tengah masyarakat Palembang. Penyebutan inilah yang tetap bertahan hingga saat ini.

Cita Rasa Gurih

Dilansir dari laman Urban.id, mi lakso menggunakan bahan dasar tepung beras dan tepung tapioka dalam proses pembuatannya. Tepung beras dan tapioka ini nantinya akan dicampur dengan air dan garam hingga membentuk adonan.

Setelah itu, adonan ini kemudian dicetak dalam bentuk mi yang berukuran besar. Sekilas adonan mi lakso ini mirip dengan pempek keriting.

Untuk kuahnya, lakso menggunakan berbagai macam rempah, seperti kunyit, kemiri, ketumbar, bawang putih, bawang merah, dan lainnya. Bumbu rempah ini nantinya akan dimasak bersama santan hingga matang.

Tidak jarang kuah lakso juga ditambahkan ikan tenggiri di dalamnya. Tambahan ikan tenggiri ini akan menambah cita rasa dari kuliner khas Palembang tersebut.

Setelah kuah dan mi lakso matang, makanan ini sudah siap disajikan. Kawan hanya perlu memasukkan mi lakso ke dalam sebuah wadah dan menyiramnya dengan kuah yang sudah dimasak sebelumnya.

Kawan juga bisa menambahkan bawang goreng dan kerupuk untuk menambah cita rasa ketika menyantap makanan tersebut.

Salah Satu Santapan untuk Berbuka Puasa

Meskipun menjadi salah satu makanan khas dari Palembang, tidak mudah bagi Kawan untuk bisa menyantap lakso kapan saja. Apalagi makanan tradisional ini tidak sefamiliar pempek dan lainnya.

Dikutip dari laman RRI, Kawan bisa menjumpai makanan ini di pasar tradisional yang ada di Palembang. Selain itu, lakso juga bisa dijumpai di momen tertentu, seperti saat Ramadan tiba.

Pada momen ini, banyak penjual lakso yang menjajakan makanan tersebut. Sebab lakso sering kali menjadi salah satu menu pilihan untuk berbuka puasa bagi masyarakat Muslim yang menjalankan ibadah di momen Ramadan tersebut.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Posted on Leave a comment

KUBET – RI Diklaim Ungguli AS dan Tiongkok soal Pendaftaran Merek, Seberapa Penting untuk Pelaku Usaha?

RI Diklaim Ungguli AS dan Tiongkok soal Pendaftaran Merek, Seberapa Penting untuk Pelaku Usaha?

images info

Kementerian Hukum (Kemenkum) resmi menetapkan jangka waktu pendaftaran merek di Indonesia paling lama enam bulan. Hal ini menjadikan Indonesia sebagai negara dengan tenggat waktu pendaftaran merek paling cepat di Asia Tenggara, bahkan mengungguli Amerika Serikat dan Tiongkok.

Amerika Serikat dan Tiongkok memiliki waktu pelayanan pendaftaran merek yang mencapai 12 bulan. Sementara itu, Korea Selatan, Jepang, dan Singapura masing-masing mempunyai tenggat waktu pendaftaran merek maksimal selama tujuh hingga sembilan bulan.

Selain jangka waktunya yang relatif pendek, biaya pendaftarannya pun relatif lebih murah dibanding negara lain. Menukil dari situs resmi Kementerian Hukum, tertulis jika Indonesia menarifkan Rp1,8 juta untuk pendaftar umum dan Rp500 ribu bagi para pelaku Usaha Mikro dan Kecil (UMK).

Biaya tersebut sangat rendah jika dibandingkan Amerika Serikat yang memasang tarif hingga Rp8,2 juta, Jepang Rp4,7 juta, Singapura Rp4,6 juta, Tiongkok Rp4,4 juta, dan Korea Selatan sebesar Rp2,3 juta.

Penetapan jangka waktu dan biaya pendaftaran yang murah ini diharapkan dapat dijadikan motivasi bagi masyarakat dan UMKM untuk segera memberikan perlindungan hukum bagi karya atau merek produk mereka.

Lalu, seberapa penting pendaftaran merek bagi pelaku usaha di Indonesia?

Melansir dari laman resmi Kementerian Hukum, pendaftaran merek dianggap sangat penting agar para pelaku usaha memiliki dasar hukum atas merek atau brand usahanya sendiri, utamanya supaya merek dagangnya tidak disalahgunakan oleh pihak tak bertanggungjawab.

Bangga! Merek Mie Instan Paling Banyak Dipilih di Dunia Berasal Ternyata dari Indonesia

Manfaat Mendaftarkan Merek: Dapat Perlindungan Hukum dan Kepercayaan Konsumen

Pendaftaran merek dapat menjadi “alat bukti” bagi pemilik yang benar-benar berhak atas merek yang ia daftarkan. Jika suatu ketika terdapat barang lain yang memiliki identitas atau merek serupa, pemilik dapat melakukan penolakan karena barang/jasanya sudah resmi terdaftar dan tercatat dalam Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual (DJKI).

Di sisi lain, dengan mendaftarkan mereknya, pengusaha dapat “mengunci” kepercayaan konsumen, karena dianggap lebih kredibel dan legal. Hal ini juga dapat memperkuat posisi bisnis di pasaran.

Apabila sebuah produk dengan nama yang sudah terkenal di pasaran dan mampu menghasilkan keuntungan besar, tetapi belum terdaftar, tentu akan sangat rawan untuk disalahgunakan atau dipalsukan oleh pihak lain.

Bahkan, penggunaan sebuah merek tertentu pada barang palsu juga dapat merugikan konsumen dan usaha aslinya. Lebih dari itu, dalam kasus ini, jika si pemilik bisnis asli dari merek terkait mengajukan gugatan hukum, maka tuntutannya tidak sah karena merek dagangnya belum terdaftar secara resmi, sehingga siapa saja boleh menggunakan merek tersebut tanpa ada sanksi hukum.

Disebutkan dalam laman DJKI bahwa merek terdaftar akan mendapatkan perlindungan hukum untuk jangka waktu 10 tahun sejak tanggal penerimaan permohonan merek yang bersangkutan. Apabila jangka waktunya sudah habis, maka pemilik dapat memperpanjangnya.

Apa Saja Merek Lokal yang Sering Dikira Berasal dari Luar Negeri?

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Posted on Leave a comment

KUBET – Momen Soekarno Menerima Gelar Doktor Honoris Causa dari Columbia University pada 1956

Momen Soekarno Menerima Gelar Doktor Honoris Causa dari Columbia University pada 1956

images info

Presiden pertama Indonesia, Ir. Soekarno dikenal sebagai salah satu pemimpin dunia yang memiliki sederet gelar Doktor Honoris Causa dari berbagai universitas yang berbeda. Salah satu gelar Doktor Kehormatan ini pernah didapatkan Soekarno pada 1956 lalu.

Gelar Doktor yang didapatkan oleh Soekarno pada momen ini tidak berasal dari universitas atau kampus yang ada di dalam negeri. Akan tetapi, gelar tersebut didapatkan oleh Soekarno dari salah satu universitas ternama yang ada di dunia, Columbia University.

Lantas bagaimana cerita Soekarno bisa menerima gelar Doktor Honoris Causa dari Columbia University pada 1956 tersebut? Simak ulasan lengkapnya dalam artikel berikut ini.

Kunjungan Soekarno ke New York pada 1956

Dikutip dari artikel “President ere – doctor Columbia Universiteit. Beroep van Soekarno op de,big bosses’ uit handelswereld Graag bijstand maar niet ten koste van de vrijheid” yang terbit di surat kabar Algemeen Indisch dagblad: de Preangerbode edisi 25 Mei 1956, Soekarno diketahui pernah melakukan lawatan kenegaraan ke Amerika Serikat pada pertengah Mei hingga awal Juni 1956. Kunjungan ini dilakukan Soekarno atas undangan langsung dari presiden Amerika Serikat pada waktu itu, yakni Eisenhower.

Undangan ini disampaikan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, John Foster Dulles dalam kunjungannya ke Indonesia beberapa bulan sebelumnya. Pada awalnya, kunjungan Soekarno direncanakan akan berlangsung pada Juni 1956.

Namun kunjungan Soekarno ke Negeri Paman Sam terjadi lebih cepat. Pada 16 Mei 1956, Bapak Proklamator Indonesia tersebut sudah menginjakkan kaki pertama kali di Amerika Serikat sebagai seorang presiden.

Dalam kunjungan ini, Soekarno melakukan lawatan ke beberapa daerah yang ada di Amerika Serikat. Berbagai agenda juga dijalani oleh Soekarno dalam kunjungan kenegaraan ini.

Salah satu daerah yang turut disambangi oleh presiden pertama Indonesia tersebut adalah New York. Dalam kunjungan ini juga Soekarno kemudian menerima gelar Doktor Honoris Causa yang diberikan oleh Columbia University.

Gelar Doktor Honoris Causa dari Columbia University

Dikutip dari artikel “Soekarno eredoctor van Columbia-universiteit” yang terbit di surat kabar Het Binnenhof edisi 25 Mei 1956, Soekarno mendapatkan gelar Doktor Honoris Causa di bidang hukum oleh Columbia University. Pemberian gelar ini diselenggarakan pada Kamis, 24 Mei 1956.

Pemberian gelar ini didasarkan pada jasa Soekarno dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Bahkan pembahasan serupa juga disampaikan oleh rektor Columbia University, Dr. Kirk pada saat momentum pemberian gelar Doktor Honoris Causa tersebut.

Dr. Kirk menjelaskan bahwa Soekarno merupakan sosok yang memiliki tekad kuat untuk bebas dalam konteks kenegaraan. Oleh sebab itu, pemberian gelar Doktor Honoris Causa di bidang hukum ini didasarkan pada riwayat perjuangan Soekarno hingga menjadi presiden pertama Indonesia.

Setelah menerima gelar Doktor Honoris Causa, Soekarno diketahui juga memberikan pidato di hadapan mahasiswa Columbia University serta tamu yang hadir dalam acara tersebut.

1 dari 26 Gelar Doktor Kehormatan Soekarno

Gelar Doktor Honoris Causa di bidang hukum dari Columbia University merupakan satu dari sederet gelar kehormatan lain yang pernah didapatkan oleh Soekarno di sepanjang hidupnya. Presiden Soekarno diketahui pernah menerima 26 gelar Doktor Honoris Causa dari berbagai macam universitas yang ada di dunia.

Dari 26 gelar yang didapatkan, 19 di antaranya berasal dari universitas yang ada di luar negeri. Sementara itu, 17 gelar lainnya berasal dari universitas yang ada di dalam negeri.

Beberapa kampus luar negeri yang pernah memberikan gelar Doktor Kehormatan kepada Soekarno di antaranya Columbia University, Far Eastern University, Berlin University, dan lainnya. Di sisi lain, beberapa universitas dalam negeri yang pernah memberikan gelar Doktor Honoris Causa kepada Soekarno adalah Universitas Gadjah Mada, Universitas Indonesia, dan lainnya.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Posted on Leave a comment

KUBET – Kisah Deden, Pelopor Kopi Panas Bumi Pertama di Dunia dari Kamojang

Kisah Deden, Pelopor Kopi Panas Bumi Pertama di Dunia dari Kamojang

images info

Muhammad Ramdhan Reza Nurfadilah, atau yang lebih dikenal dengan sapaan Mang Deden merupakan pelopor inovasi kopi pertama di dunia yang diproses dengan uap panas bumi. Dirinya memanfaatkan kekayaan alam kampung halamannya di Kamojang, Jawa Barat sebagai tempat lahirnya inovasi tersebut.

Diketahui Kamojang merupakan salah satu lokasi pertama di Indonesia yang memanfaatkan energi panas bumi untuk pembangkit listrik. Wilayah ini sudah mulai dieksplorasi sejak 1926, menjadikannya yang tertua di Tanah Air.

Hampir satu abad kemudian, Kamojang tak hanya konsisten menyuplai energi bersih, tapi juga mencatat sejarah baru sebagai tempat lahirnya yang menghadirkan inovasi tersebut. Sejak tahun 2023, Deden bersama para pelaku usaha lokal dengan dukungan dari PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGE) mencetuskan inovasi kopi uap.

Sebelum mencetuskan inovasi kopi panas bumi, Deden sudah lebih dulu menjalankan usaha kopi sejak tahun 2015, lengkap dengan sebuah coffee shop yang dikelola sendiri. Selain pengusaha kopi, Deden juga aktif berperan sebagai Ketua Karang Taruna di Kecamatan Ibun, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.

Partisipasinya dalam komunitas tersebut membuat kedai kopi milik Deden kerap menjadi tempat berkumpul warga untuk bersantai dan berbagi cerita, termasuk para pekerja dari PGE Area Kamojang.

Sejak saat itu, Deden mengaku mulai menjalin hubungan baik dengan para karyawan PGE Area Kamojang. Kedekatan tersebut terjalin melalui obrolan santai yang sering diwarnai dengan diskusi seputar kopi, mulai dari proses produksi hingga peluang pengembangan kopi lokal.

Ternyata, obrolan tersebut tak sekadar wacana, tetapi menjadi awal mula sesuatu yang bermanfaat. Suatu hari, PGE menyampaikan keinginan untuk memulai program pembinaan kopi. Deden pun merespons niat baik tersebut dengan antusias.

“Waktu itu saya anggap ide tersebut menjadi tantangan. Saya melihat potensi panas bumi sebagai peluang untuk menjadi solusi dari berbagai permasalahan yang dihadapi para produsen kopi konvensional,” jelasnya.

Lahirnya kopi panas bumi

Bersama PGE, Deden melakukan riset intensif untuk menemukan teknik fermentasi yang paling sesuai dengan karakteristik panas bumi yang digunakan dalam proses pengolahan kopi.

“Saya melakukan riset fermentasi selama hampir setahun. Dari lebih dari 20 jenis proses yang dicoba, akhirnya kami menemukan tiga metode yang paling sesuai dengan karakter pengeringan,” ungkapnya.

Setelah riset tersebut, Deden mulai memulai produksi dengan mengolah biji Arabika yang berasal dari tanaman yang tumbuh di dataran tinggi Kamojang, pada ketinggian sekitar 1.500 meter di atas permukaan laut.

Deden kemudian mengajak para pelaku usaha kopi di Kamojang untuk membangun ekosistem bisnis yang lebih efisien melalui pemanfaatan teknologi ‘Geothermal Dry House’.

Manfaatkan aliran uap panas bumi

Teknologi ini tidak lagi mengandalkan sinar matahari yang kini semakin sulit diprediksi akibat perubahan iklim global. Sebagai gantinya, ‘Geothermal Dry House’ memanfaatkan aliran steam trap dari uap panas bumi PGE Kamojang yang dialirkan melalui pipa.

Ini memungkinkan pengaturan suhu ruangan secara stabil dan terkontrol untuk proses pengeringan kopi yang lebih efisien, higienis, dan berkualitas.

Dari sisi potensi bisnis, teknologi ini memiliki keunggulan dengan efisiensi waktu pengeringan yang jauh lebih singkat, sehingga berdampak langsung pada penghematan biaya operasional.

Efisiensinya bahkan bisa mencapai 300%, karena proses pengeringan berlangsung tiga kali lebih cepat—artinya, dengan waktu dan biaya yang sama, produksi bisa meningkat hingga tiga kali lipat.

“Hal ini juga meminimalkan risiko kontaminasi bakteri dari luar. Dengan begitu, bakteri yang berpengaruh terhadap proses hanya berasal dari fermentasi sebelum pengeringan. Dari sisi cita rasa, hasil akhirnya jadi lebih fruity, aromanya lebih kuat, dan teksturnya pun terasa lebih lembut dibandingkan kopi yang diproses secara konvensional,” jelasnya.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Posted on Leave a comment

KUBET – Kerap Dikaitkan dengan Hal Mistis, Begini Fakta Ilmiah si Hitam Ayam Cemani

Kerap Dikaitkan dengan Hal Mistis, Begini Fakta Ilmiah si Hitam Ayam Cemani

images info

Ayam cemani mencuri perhatian karena penampilannya unik. Setiap inci tubuhnya, mulai dari bulu, kulit, paruh, mata, hingga organ dalam berwarna hitam pekat.

Dr. Savitri Novelina, pakar genetika dari IPB University, menjelaskan bahwa fenomena unik ini disebabkan oleh mutasi gen fibromelanosis yang menyebabkan produksi melanin berlebihan di seluruh jaringan tubuh.

“Ini murni proses genetik alami, sama sekali tidak berkaitan dengan hal-hal mistis,” tegasnya.

Asal Usul dan Persebaran Ayam Cemani

Berasal dari daerah Kedu di Jawa Tengah, ayam cemani telah dibudidayakan sejak abad ke-12. Nama “cemani” sendiri berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti hitam legam.

Kini, ayam ini telah menyebar ke berbagai penjuru Nusantara dengan berbagai sebutan lokal, seperti “ayam intan” di Bali atau “ayam hideung” di wilayah Sunda. Penyebarannya tidak lepas dari nilai budaya yang melekat padanya.

Kerap Dijadikan Ritual

Dalam budaya Jawa dan Bali, ayam cemani sering dikaitkan dengan berbagai ritual dan kepercayaan spiritual. Banyak yang meyakini ayam ini memiliki kekuatan khusus.

Namun di balik kepercayaan tersebut, praktik pemeliharaan yang tidak tepat justru kerap terjadi.

Banyak ayam cemani yang dikurung dalam kandang tidak layak, atau diperlakukan tidak semestinya dalam ritual-ritual tertentu. Padahal, seperti diungkapkan Dr. Savitri, ayam ini membutuhkan perawatan yang sama seperti ayam pada umumnya.

Baca juga Ayam Cemani, Ras Lokal yang Kaya Manfaat dan Berharga Mahal di Eropa

Bernilai Ekonomi Tinggi

Di luar nilai budayanya, ayam cemani menyimpan potensi ekonomi yang besar. Seekor ayam cemani berkualitas bisa dihargai hingga puluhan juta rupiah. Telurnya pun bernilai tinggi, mencapai Rp100 ribu per butir.

Beberapa peternak mulai mengembangkan produk turunan seperti abon dan olahan daging lainnya. IPB University sendiri aktif melakukan penelitian untuk meningkatkan kualitas genetik dan produktivitas ayam ini.

Edukasi Berbasis Kearifan Lokal

Menyikapi fenomena ayam cemani membutuhkan pendekatan yang seimbang. Para peneliti seperti Dr. Savitri menekankan pentingnya menghormati kepercayaan masyarakat sambil memberikan pemahaman ilmiah.

“Kami bekerja sama dengan tokoh adat untuk menyampaikan pentingnya kesejahteraan hewan dan pemeliharaan yang benar,” ujarnya. 

Pendekatan ini terbukti efektif dalam mengubah persepsi tanpa menafikan nilai-nilai budaya yang ada.

Prospek Cerah Ayam Cemani

Sebagai warisan genetik unik Indonesia, ayam cemani memiliki prospek cerah jika dikelola dengan baik.

Perlindungan terhadap plasma nutfah ini, pengembangan budidaya yang bertanggung jawab, serta pemanfaatan secara berkelanjutan akan memastikan kelestariannya untuk generasi mendatang.

Dengan menggabungkan kearifan lokal dan pendekatan ilmiah, ayam hitam legam ini bisa terus menjadi kebanggaan bangsa.

Baca juga Tak Cuma Putih dan Cokelat, Telur Ayam Ternyata Bisa Berwarna-warni

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News