Posted on Leave a comment

KUBET – Gunung Budeg Tulungagung: Pendakian Ringan dengan Pemandangan Menenangkan

Gunung Budeg Tulungagung: Pendakian Ringan dengan Pemandangan Menenangkan

images info

Gunung Budeg terletak di Desa Boyolangu, Kecamatan Boyolangu, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur. Nama “Budeg” sendiri berasal dari Bahasa Jawa yang berarti “tuli”.

Di tengah kehidupan masyarakat Kabupaten Tulungagung, Gunung Budeg berdiri menjulang seperti batu besar yang mengundang rasa penasaran.

gambar

Meski hanya setinggi 585 mdpl, gunung ini bukan destinasi biasa ia menyuguhkan pengalaman mendaki ringan yang penuh pesona, lengkap dengan lanskap kota dari ketinggian dan nuansa mitologi lokal yang menarik untuk ditelusuri.

Mengenal Batik Lurik Tulungagung Bhumi Ngrowo: Sejarah, Arti Nama, dan Ciri-Cirinya

Sekilas Mengenai Gunung Budeg

Menurut kisah setempat, gunung ini dinamakan demikian karena konon permohonan orang-orang yang bertapa di sana tidak pernah dikabulkan, seolah-olah gunung tersebut tidak mendengar.

Gunung Budeg bukan hanya lokasi wisata, tapi juga bagian dari kebudayaan lokal. Masyarakat sekitar sering mengaitkan tempat ini dengan kisah spiritual, pertapaan, dan ziarah.

Namun kini, Gunung Budeg berkembang menjadi destinasi pendakian ringan yang diminati oleh pecinta alam, terutama pendaki pemula dan wisatawan lokal.

Mengenal Kabupaten Tulungagung, dari Sejarah, Batas Wilayah, hingga Julukannya!

Daya Tarik Gunung Budeg

Gunung Budeg dari kejauhan | Dok. Arif Usman (Google Maps)

info gambar

Sebelum memutuskan untuk mendaki, ada baiknya Kawan GNFI mengetahui berbagai daya tarik Gunung Budeg yang membuatnya begitu istimewa. Meski tak terlalu tinggi, gunung ini menyimpan banyak kejutan:

Pendakian Ringan yang Cocok untuk Pemula

Rute pendakian ke puncak Gunung Budeg relatif pendek dan tidak terlalu curam, hanya membutuhkan waktu sekitar 30–45 menit. Jalurnya cukup jelas dan bisa diakses oleh anak-anak hingga orang tua yang ingin menikmati aktivitas fisik ringan.

Panorama Kota Tulungagung dari Ketinggian

Dari atas puncak, Kawan GNFI bisa menikmati lanskap Tulungagung dari ketinggian. Saat malam hari, lampu-lampu kota yang gemerlap memberikan pemandangan indah seperti lautan cahaya yang membentang luas.

Tradisi Nyete, Cara Orang Tulungagung Habiskan Ngopi Sambil Melukis

Spot Favorit untuk Menikmati Sunrise dan Sunset

Gunung Budeg adalah tempat sempurna untuk menyaksikan matahari terbit maupun tenggelam. Siluet bukit dan awan yang membingkai langit menciptakan pemandangan dramatis yang sayang untuk dilewatkan, terutama bagi pecinta fotografi.

Camping Asyik di Puncak Gunung

Area puncak cukup luas untuk mendirikan tenda. Banyak pendaki memilih untuk berkemah semalam agar bisa menikmati dua momen sekaligus: sunset di sore hari dan sunrise di pagi hari.

Nilai Sejarah dan Cerita Lokal

Selain wisata alam, Gunung Budeg juga menyimpan unsur sejarah dan cerita mistis. Beberapa orang masih datang untuk bertapa atau berziarah. Ini menambah nilai spiritual dan kebudayaan yang membuat kunjungan terasa lebih dalam.

15 Makanan Khas Tulungagung, Warisan Kuliner Tradisional yang Banyak Diburu Wisatawan

Akses Menuju Gunung Budeg

Gunung Budeg sangat mudah diakses, baik menggunakan kendaraan roda dua maupun roda empat.

  • Dari pusat Kota Tulungagung, perjalanan ke Gunung Budeg hanya memakan waktu sekitar 20–30 menit dengan jarak tempuh sekitar 10 kilometer.
  • Rutenya melalui Jalan Raya Boyolangu, yang cukup lebar dan sudah beraspal.
  • Kawan GNFI bisa memarkir kendaraan di area kaki gunung yang dikelola warga lokal, dengan biaya parkir terjangkau.
Pantai Gemah Tulungagung, Pesona Laut Selatan dan Hamparan Pasir yang Memukau

Tips Berkunjung ke Gunung Budeg

Agar pengalaman Kawan GNFI lebih nyaman dan menyenangkan, berikut ini beberapa tips yang sebaiknya diperhatikan sebelum berkunjung ke Gunung Budeg:

  • Datang Saat Cuaca Cerah: Hindari mendaki saat hujan karena jalur bisa licin dan mengganggu pemandangan dari puncak.
  • Gunakan Sepatu dan Peralatan yang Nyaman: Meskipun jalur tidak terlalu sulit, tetap gunakan alas kaki yang nyaman dan anti-selip. Jika berencana camping, bawa perlengkapan yang memadai.
  • Bawa Air Minum dan Camilan Ringan: Tidak ada warung di area puncak, jadi pastikan membawa bekal sendiri.
  • Datang Sore Hari Jika Ingin Camping dan Sunrise: Untuk pengalaman terbaik, datang menjelang sore, dirikan tenda, lalu nikmati sunset. Esok paginya, Kawan GNFI bisa langsung menikmati sunrise dari puncak.
  • Tetap Jaga Kebersihan dan Etika Alam: Bawa turun kembali sampah yang dihasilkan dan hindari merusak vegetasi. Hormati juga nilai-nilai lokal dan spiritual yang diyakini masyarakat setempat.
Mengenal Tulungagung Sebagai Salah Satu Penghasil Marmer di Indonesia

Ayo Berkunjung ke Gunung Budeg!

Gunung Budeg bukan hanya tempat mendaki biasa, melainkan kombinasi antara keindahan alam, nilai budaya, dan kemudahan akses. Cocok bagi Kawan GNFI yang ingin liburan singkat, murah meriah, tapi tetap berkesan.

Jadi, sudah siap menaklukkan Gunung Budeg dan menyapa langit Tulungagung?

Masjid Al Fattah Tulungagung dengan Segudang Julukan

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News



Posted on Leave a comment

KUBET – Raden Bagus Rosan dan Dyah Ayu Roromanis, Cerita Simbolisasi Penganten dalam Tradisi Manten Tebu

Raden Bagus Rosan dan Dyah Ayu Roromanis, Cerita Simbolisasi Penganten dalam Tradisi Manten Tebu

images info

Tradisi Manten Tebu diangkat menjadi kisah horor dalam film Pabrik Gula yang sedang tayang di bioskop. Tradisi ini ternyata rutin dilakukan oleh pabrik gula sebelum masa giling tebu tiba.

Nofi Antikasari dalam jurnal berjudul Makna Simbolis dalam Ritual Tradisi Manten Tebu di Pabrik Gula Semboro Kabupaten Jember mengungkapkan tradisi ini melambangkan pernikahan simbolis antara dua batang tebu yang dipilih sebagai perwakilan leluhur dan alam.

gambar

Dikatakan oleh Nofi, tebu yang digunakan untuk simbol manten tidak dipilih sembarangan. Tebu yang dipilih harus berkualitas, tebu wanita dipanen dari kebun milik pabrik, sedangkan tebu pria dipanen dari kebun milik petani tebu. 

“Untuk mengetahui tebupria dan wanita dapat dilihat dari batang tebu, batang pria ditandai dengan keris kecil dan janur kuning dibuat berbentuk burung, jika tebu wanita tebunya berwarna
putih,” jelasnya.

Diberikan nama

Tebu yang sudah dipilih untuk prosesi ritual akan diberikan nama yaitu untuk pria adalah Raden Bagus Rosan dan wanitanya Dyah Ayu Roromanis. Dikatakan oleh Nofi, nama ini memiliki makna bahwa tebu yang dipanen itu baik unggul, bersih, dan manis.

“Sehingga hasil gulanya dapat melimpah dan untuk meminta keselamatan, begitu juga yang menjadi pengantin manusianya orang yang belum pernah menjadi pengantin, keduanya masih perjaka dan juga perawan,” paparnya.

Pada jam satu siang, upacara petik manten tebu berlangsung, semua orang melihat deretan pohon tebu yang dihias. Namun pohon manten tebu akan terlihat mencolok karena diberi papan nama 
dibungkus kertas berwarna untuk menjadi pengantin tebunya. 

Dijelaskan oleh Nofi, Simbol tebu ada dua belas pohon karena perhitungan hari Jawa dan pasarannya tepat Rabo Legi. Dari 12 belas pohon, 6 diantaranya adalah tebu pria dan enam tebu wanita. 

“Nomor silih berganti, barisan pohon tebu yang diawali Raden Bagus Rosan berada di sebelah kiri dengan terpasangkan nomor 1, 3, 5, 7, 9, dan diakhiri dengan nomor 11,” paparnya.

“Sedangkan barisan Dyah Ayu Roromanis di sebelah kanan, nomor tersebut dimulai dengan 2, 4, 6, 8, 10, dan diakhiri dengan 12,” lanjut Novi.

Para pengiring

Layaknya pengantin, acara ini pun dimeriahkan oleh para pengiring. Biasanya peraga pengantin manusia dipilih dari para pegawai, yang memilih anggotanya adalah pemimpin dari pabrik tersebut.

“Pegawai mau atau tidak mau yang terpilih harus bersedia menjadi paraga pengantin,” jelas Nofi.

Busana peraga pengantin setiap tahunnya akan berbeda-beda. Hal ini yang membuat masyarakat penasaran untuk melihat. Dikatakan oleh Nofi, tradisi ini tidak hanya menjadi ritual pegawai pabrik, tetapi sudah menjadi pesta rakyat. Bagi masyarakat manten tebu tidak hanya sekadar ritual, namun menjadi media transmisi nilai-nilai kebersamaan dan pelestarian lingkungan.

“Acara ini tidak hanya untuk ritual pegawai dan petani tebu, tetapi telah menjadi pesta rakyat serta berbagai pertunjukan kesenian rakyat dan pasar rakyat,” jelasnya.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News



Posted on Leave a comment

KUBET – Mengenal Serak Jawa, Burung Hantu yang Jadi Andalan Prabowo Berantas Hama Tikus

Mengenal Serak Jawa, Burung Hantu yang Jadi Andalan Prabowo Berantas Hama Tikus

images info

Burung hantu dikenal sebagai teman atau bahkan pahlawan petani. Sebutan ini disematkan sebab burung hantu membantu petani membasmi hama dengan berperan sebagai predator di lahan pertanian. Burung hantu memangsa tikus yang kerap mengganggu tanaman padi para petani.

“Secara alami banyak juga jenis-jenis pemangsa atau predator seperti burung hantu, atau juga elang, ular. Pemakan serangga itu biasanya secara alami pun melakukan fungsinya di alam, di dalam satu rantai makanan.” tutur Ria Saryanthi, Conservation Partnership Adviser Burung Indonesia.

gambar

Jadi, tambah Yanthi, banyaknya populasi tikus di lahan pertanian sebenarnya mengindikasikan adanya ketidakseimbangan ekosistem.

Prabowo Gunakan Burung Hantu untuk Berantas Hama, Efektifkah?

“Burung hantu atau satwa lain yang memangsa mereka sudah tidak ada lagi tempat itu.”

Dalam pengetahuan pertanian tradisional, Serak Jawa atau Tyto alba adalah jenis burung hantu yang kerap ditemui di persawahan dan perkebunan.

Burung hantu jenis ini memiliki ciri morfologi berupa bulu sayap atas dan punggung berwarna berwarna abu-abu kekuningan, sedangkan sayap bawah dan bagian dada dan perut berwarna putih dengan bintik-bintik hitam. Semua bulunya mengandung zat lilin yang berfungsi untuk menjaga elastisitas dan membuat bulu lebih tahan air.

Burung Hantu: Solusi Ramah Lingkungan untuk Atasi Hama Tikus di Lahan Pertanian

Kekuatan Burung Hantu dalam Memangsa Tikus di Pertanian

Di Indonesia, burung hantu ada beberapa jenis. Tercatat ada 54 jenis burung hantu dengan rincian 8 jenis dari famili Tytonidae dan 27 jenis dari Strigidae yang tersebar di wilayah Indonesia.

Dari puluhan jenis tersebut, burung hantu jenis serak jawa atau Tyto alba lah yang kerap dimanfaatkan sebagai teman petani untuk menjaga sawah dari serangan hama tikus.

Tyto alba atau serak jawa ini, habitatnya berada di wilayah-wilayah perkebunan, persawahan,” tutur Yanthi.

Dengan habitat tersebut, serak jawa memiliki kemampuan untuk melihat mangsa di kawasan dengan wilayah yang cukup luas. Burung hantu dapat menjangkau wilayah sejauh 12 kilometer dari sarangnya.

Legenda Asal Usul Burung Ruai dari Kalimantan Barat yang Berasal dari Jelmaan Si Bungsu Baik Hati

Kelebihan lainnya, celepuk atau burung hantu serak jawa ini juga memiliki kapasitas memangsa yang cukup besar. Serak Jawa mampu memakan hewan hingga 1/3 dari berat badannya. Dengan berat tersebut, seekor Serak Jawa memungkinkan untuk memangsa lebih dari satu ekor tikus.

Bahkan, Kementerian Pertanian mengungkap, celepuk atau burung hantu mampu memangsa hingga lima ekor tikus.

“Serak jawa cukup besar. Mereka makan dalam satu kali itu hampir sepertiga dari berat badannya. Mereka memakan jauh lebih banyak daripada kelompok burung hantu yang lain,” jelas Yanthi.

Meski demikian, serak jawa kurang efektif dimanfaatkan jika terjadi ledakan hama tikus sehingga penggunaan metode gabungan perlu dilakukan, misalnya pengemposan (memasukkan asap racun) sarang tikus dan trap barrier system.

Ilmuwan Amerika Temukan Bulu Ekor Burung Cendrawasih Ternyata Bisa "Glow in the Dark"

Mendapatkan Burung Hantu dari Tempat Penangkaran

Perburuan secara berlebihan masih menjadi ancaman utama terhadap hewan-hewan di Indonesia, tidak terkecuali burung hantu. Yanthi mengungkapkan, hampir semua jenis burung di Indonesia saat ini mengalami eksploitasi, sehingga keberadaanya mulai minim ditemukan.

“Para hobiis ingin memeliharanya karena lebih kepada prestise,” tambahnya.

Oleh karena itu, beberapa burung yang dulunya jamak ditemukan, kini telah dilakukan upaya penangkaran, termasuk elang dan burung hantu.

Legenda Burung Tempua dan Burung Puyuh dari Riau, Kisah Dua Sahabat yang Saling Memahami

“Burung elang dan beberapa jenis burung hantu itu sebenarnya sudah dilindungi di Indonesia,” ungkap Yanthi.

Misalnya saja, celepuk rinjani (Otus jolandae), burung hantu endemik terkecil di dunia dengan ukuran rata-rata 20-23 cm ini telah menjadi satwa yang dilindungi.

Burung yang lebih dikenal sebagai pokpok dari Lombok ini telah masuk ke dalam daftar satwa dilindungi berdasarkan Peraturan Menteri LHK No. P106 Tahun 2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa Dilindungi.

Burung Endemik Papua Ini Beracun Meski Kicauannya Merdu

Sedangkan, untuk serak jawa, meskipun bukan termasuk satwa dilindungi, upaya penangkaran telah dilakukan. Sebab, keberadaannya mulai menurun. Oleh karena itu, masyarakat dapat memperoleh burung tersebut ke tempat penangkaran jika akan memanfaatkan sebagai predator alami di lahan persawahan.

“Kalau kita mau menggunakan dia sebagai salah satu untuk penanganan hama, itu mungkin bisa diperoleh dari tempat penangkaran,” kata Yanthi.

Setelah mendapat burung hantu dari tempat penangkaran, Kawan dapat melakukan pengembangbiakan dengan cara menyediakan sarang atau yang disebut rubuha. Sebab, sebagaimana dilansir dari Ditjen Pertanian, burung hantu tidak pandai membuat sarang.

Dengan adanya rubuha, Kawan tidak hanya mendapat manfaat dari burung hantu tetapi juga berperan dalam usaha mengembangkan populasi serak jawa.

Kisah Burung Puyuh dan Musang dari Nusa Tenggara Barat, Cerita tentang Balasan Perbuatan Licik

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News



Posted on Leave a comment

KUBET – Pikat Wisatawan Mancanegara, Pariwisata Lombok Melesat Menuju Kelas Dunia

Pikat Wisatawan Mancanegara, Pariwisata Lombok Melesat Menuju Kelas Dunia

images info

Lombok kembali mencuri perhatian dunia. Beberapa waktu yang lalu, platform wisata internasional Travel Lemming menobatkan Lombok sebagai destinasi terbaik global tahun ini.

Pengakuan ini bukan hanya sekadar prestasi, tapi bukti nyata bahwa geliat pariwisata di Nusa Tenggara Barat (NTB) terus menunjukkan tren positif pasca pandemi.

gambar

Menurut Taufan Rahmadi, Dewan Pakar Gerakan Solidaritas Nasional (GSN) yang juga dikenal sebagai penggerak pariwisata nasional, pencapaian ini menjadi sinyal kuat bahwa Lombok tengah menuju masa keemasan sebagai destinasi unggulan dunia.

“Perlakuan seperti ini amat penting terhadap sebuah destinasi karena menunjukkan pengakuan tidak hanya di tingkat regional, tetapi juga dunia,” ujarnya.

 

Kolaborasi Jadi Fondasi Penguatan

Salah satu faktor utama yang membuat perkembangan pariwisata Lombok begitu pesat adalah kuatnya kolaborasi antar pelaku wisata lokal. Taufan menyebutkan, para pelaku wisata di NTB menunjukkan antusiasme luar biasa dalam mempromosikan daerahnya.

“Mereka sangat kompak, saling menguatkan, dan bahkan berpromosi secara mandiri dengan cara mereka masing-masing,” katanya.

Tak hanya itu, kalender event tahunan NTB juga menjadi magnet tersendiri bagi wisatawan domestik maupun mancanegara.

Kombinasi antara semangat kolektif masyarakat dan dukungan agenda pemerintah inilah yang memperkuat citra Lombok di mata dunia.

 

Potensi Wisata yang Sangat Beragam

Lombok memiliki kekayaan destinasi yang tidak bisa dipandang sebelah mata. Dari wisata bahari yang eksotis, pengalaman wellness tourism yang menenangkan, wisata religi yang sakral, hingga jejak sejarah yang kental, semuanya tersedia dan bisa dikembangkan lebih jauh.

Taufan menilai, potensi besar ini seharusnya terus dioptimalkan tanpa kehilangan nilai keaslian dan kearifan lokal.

“Lombok punya semua elemen untuk menjadi destinasi kelas dunia, tinggal bagaimana kita meracik dan mengelolanya dengan bijak,” tuturnya.

 

Tantangan yang Masih Membayangi

Namun, jalan menuju pariwisata kelas dunia tentu bukan tanpa tantangan. Infrastruktur masih menjadi pekerjaan rumah utama, terutama di wilayah yang belum tersentuh pengembangan secara maksimal.

Selain itu, keberadaan Gunung Rinjani dan kondisi geologis NTB yang rawan gempa juga menuntut kesiapan dalam hal mitigasi bencana.

Taufan juga menyoroti pentingnya penguatan sumber daya manusia (SDM) sebagai penopang industri ini.

“Kita sudah punya Poltekpar di NTB, ini langkah bagus. Tinggal bagaimana memastikan lulusan-lulusan itu terserap dan ikut menggerakkan pariwisata dengan standar pelayanan global,” jelasnya.

 

Lombok Bukan Bali Baru, Tapi Destinasi dengan Karakter Sendiri

Selain itu, Taufan menegaskan Lombok tidak seharusnya diposisikan sebagai “Bali baru.”

Menurutnya, Lombok memiliki karakteristik dan keunggulan tersendiri yang tidak kalah memesona dari Bali.

“Lombok adalah Lombok. Kita tidak perlu membandingkan, karena Lombok punya kekuatan otentik yang berbeda. Pengakuan internasional dari Travel Lemming menunjukkan bahwa dunia melihat Lombok sebagai dirinya sendiri, bukan sebagai bayangan destinasi lain,” tegasnya.

Pendekatan ini penting untuk menegaskan identitas Lombok sebagai destinasi yang mandiri secara branding, sekaligus memperkuat nilai-nilai lokal yang melekat dalam setiap sudut pulau ini.

 

Menuju Masa Keemasan

Dengan pengakuan global, kolaborasi lokal yang kuat, serta potensi wisata yang kaya, Lombok saat ini berada di titik strategis untuk melangkah lebih jauh.

Harapan pun tertuju pada keberlanjutan pembangunan, kebijakan pemerintah yang berpihak pada masyarakat lokal, serta komitmen untuk menjaga kearifan budaya yang menjadi identitas pulau ini.

“Semoga Lombok bisa terus berkembang sebagai destinasi pariwisata kelas dunia yang mempertahankan keaslian dan jati dirinya,” pungkas Taufan.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News



Posted on Leave a comment

KUBET – Legenda Nenek Luhu dari Maluku yang Suka Mencuri Anak Kecil

Legenda Nenek Luhu dari Maluku yang Suka Mencuri Anak Kecil

images info

Legenda Nenek Luhu merupakan cerita rakyat dan mitos yang berkembang di tengah masyarakat Maluku. Menurut kisahnya, Nenek Luhu diyakini sebagai roh halus yang suka mencuri anak kecil yang ada di sana.

Lantas bagaimana cerita lengkap dari legenda Nenek Luhu dari daerah Maluku tersebut?

gambar

Legenda Nenek Luhu

Dilihat dari buku Irwan Rouf dan Shenia Ananda yang berjudul Rangkuman 100 Cerita Rakyat Indonesia: dari Sabang sampai Merauke, pada zaman dahulu di Maluku terdapat sebuah daerah yang kaya akan hasil cengkehnya. Daerah tersebut dikenal dengan nama Negeri Luhu.

Daerah ini dipimpin oleh seorang raja bernama Raja Gimelaha Luhu Tuban. Sang raja juga dikenal dengan nama Raja Luhu oleh masyarakatnya.

Sang raja diketahui memiliki tiga orang anak yang terdiri dari dua orang putra dan satu orang putri. Dua orang putra Raja Luhu bernama Sabadin Luh dan Kasim Luhu.

Sementara itu sang putri bernama Ta Ina Luhu. Mereka hidup bersama di bawah kepemimpinan Raja Luhu yang arif dan bijaksana.

Pada saat pasukan Belanda datang ke Maluku, Negeri Luhu menjadi salah satu daerah yang menjadi sasaran oleh para penjajah. Namun Raja Luhu bersama pasukannya menyambut penjajah dengan perlawanan.

Namun sayang perlawanan masyarakat Negeri Luhu berakhir dengan kekalahan. Raja Luhu beserta keluarga dan seluruh rakyatnya meninggal dunia akibat pertempuran tersebut.

Satu-satunya yang selamat dari serangan ini adalah sang putri Ta Ina Luhu. Meskipun demikian, dirinya ditangkap untuk dijadikan istri panglima perang Belanda.

Sang putri kemudian dibawa ke Ambon untuk dinikahkan. Akan tetapi pada malam hari, Ta Ina Luhu berhasil melarikan diri dari tangkapan pasukan Belanda.

Dalam pelariannya, Ta Ina Luhu sampai ke sebuah negeri bernama Negeri Soya. Kedatangan sang putri di sana kemudian disambut oleh Raja Soya.

Ta Ina Luhu kemudian dianggap sebagai bagian dari keluarga istana. Dirinya tinggal berbulan-bulan di negeri tersebut.

Setelah beberapa bulan berlalu, Ta Ina Luhu menyadari bahwa dirinya tengah hamil. Sang putri kemudian berniat untuk meninggalkan Negeri Soya dengan diam-diam akibat kondisi yang dia alami.

Keesokan harinya, sang putri mengendap-ngendap keluar istana saat kondisi sepi. Dirinya berjalan ke arah pintu belakang istana dan mengambil kuda raja untuk melarikan diri.

Ta Ina Luhu pergi ke sebuah gunung yang tidak jauh dari negeri tersebut. Di tengah perjalanan, dia memutuskan untuk beristirahat di bawah pohon rindang.

Pada saat beristirahat, sang putri mendengar sebuah nama yang memanggil namanya. Ternyata Raja Soya sudah mengutus pasukannya untuk mencari sang putri.

Pasukan Raja Soya kemudian sampai di pohon tempat Ta Ina Luhu beristirahat. Namun sayang sang putri ternyata sudah meninggalkan tempat tersebut.

Sejak saat itu pasukan Raja Soya memberi nama tempat tersebut sebagai Puncak Gunung Nona. Di tempat lain, Ta Ina Luhu kembali beristirahat di sebuah mata air yang tidak jauh dari sana.

Setelah beristirahat sebentar, sang putri berniat kembali ke Puncak Gunung Nona lewat jalan yang berbeda. Namun di tengah perjalanan, sang putri ternyata bertemu dengan pasukan Raja Soya.

Salah satu pasukan Raja Soya kemudian menarik tangan sang putri. Namun secara ajaib Ta Ina Luhu tiba-tiba menghilang begitu saja.

Sejak saat itu muncul sebuah mitos di daerah Maluku jika hujan turun bersamaan dengan cuaca panas, maka akan sering terjadi anak-anak hilang. Anak-anak tersebut dipercaya akan dicuri oleh roh halus jelmaan Ta Ina Luhu.

Oleh masyarakat setempat, roh halus tersebut kemudian diberi nama Nenek Luhu.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News



Posted on Leave a comment

KUBET – Jemaah Haji Indonesia Disebut Jadi Panutan di Dunia, Apa Sebabnya?

Jemaah Haji Indonesia Disebut Jadi Panutan di Dunia, Apa Sebabnya?

images info

Tiap tahunnya, puluhan hingga ratusan ribu jemaah asal Indonesia diberangkatkan menuju tanah suci untuk menunaikan ibadah haji. Menariknya, meskipun jumlahnya sangat banyak—disebut bahwa seperlima jemaah haji di dunia berasal dari Indonesia—tingkat pelanggarannya justru yang paling rendah.

Hal ini disampaikan oleh Menteri Agama (Menag), Nasaruddin Umar. Ia mengklaim bahwa jemaah haji Indonesia menjadi panutan bagi jemaah-jemaah negara lain karena dianggap paling tertib.

gambar

“Setiap tahun kita mendapatkan penghargaan dari pemerintah Arab Saudi, seperlima jamaah haji di dunia adalah dari Indonesia, terbesar di dunia, tetapi tingkat pelanggaran yang paling sedikit dari jamaah haji adalah Indonesia,” ungkapnya melalui ANTARA.

Saat berkesempatan untuk berkeliling di penjara-penjara Arab Saudi sebagai kelompok ahli Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), ia mengaku tidak menemukan warga Indonesia yang melakukan tindak kriminal di sana.

“Jadi, suatu waktu kami keliling, saya cari orang Indonesia di penjara-penjara di Arab Saudi, saya tidak temukan orang Indonesia, padahal warga negara asing yang paling padat di Makkah adalah dari Indonesia, tetapi yang paling sedikit masuk penjara adalah orang Indonesia, berarti tingkat pelanggaran pidana, pelanggaran sosial di sana itu, Indonesia paling kecil,” imbuhnya.

Indonesia Dapat 221 Ribu Kuota Haji Tahun Depan, Intip Jadwal Pelaksanaannya

Nasaruddin: Banyak Negara Ingin Belajar Pengelolaan Haji di Indonesia

Berkat ketertiban jemaah Indonesia saat menjalankan ibadah rukun Islam ke-5 itu, berbagai negara mengaku ingin belajar tentang pengelolaan haji di Indonesia, termasuk negara-negara di Afrika.

Nasaruddin menjelaskan, banyak negara yang ingin mengetahui bagaimana sistem pengelolaan haji Indonesia hingga seluruh jemaah dapat melaksanakan ibadah dengan khusyu dan tertib. Menurutnya, hal ini dikarenakan adanya budaya Indonesia yang berbeda dengan negara-negara lain.

“Mereka datang ke Indonesia dan belajar bagaimana pengelolaan ibadah haji, kok bisa tertib seperti itu, saya kira ini adalah kesadaran universal, karena budaya Indonesia ini adalah budaya maritim yang berbeda dengan budaya continental (kepulauan), budaya continental negara daratan itu stratifikasi dan struktur sosialnya bertingkat-tingkat,” ucapnya.

Uniknya, ternyata pengelolaan haji dan sikap para jemaah yang tertib ini juga diapresiasi oleh para petugas Arab Saudi. Disebut jika umumnya jemaah Indonesia sudah memahami peraturan, sehingga tidak perlu bayak diatur oleh petugas, utamanya di area imigrasi.

Di sisi lain, Indonesia memang dikenal memiliki jemaah haji yang disiplin, patuh, dan murah senyum. Ciri khas ini sudah melekat dan menuai apresiasi dari berbagai pihak, termasuk jemaah asal negara lain.

Nasaruddin juga meminta seluruh jemaah untuk tetap beribadah haji tanpa embel-embel apapun dan terus mengiktui perkembangan dari Badan Penyelenggara Haji (BPH) untuk merawat kemabruran haji.

Rekomendasi Oleh-Oleh Haji dan Umroh

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News



Posted on Leave a comment

KUBET – Mengenal Hasnan Singodimayan: Maestro Sastra dan Pejuang Budaya Osing Banyuwangi

Mengenal Hasnan Singodimayan: Maestro Sastra dan Pejuang Budaya Osing Banyuwangi

images info

Banyuwangi punya banyak cerita, dan Hasnan Singodimayan adalah salah satu orang yang berhasil mengabadikannya lewat tulisan. Lahir pada 17 Oktober 1931, tokoh lulusan Pondok Pesantren Gontor ini menghabiskan hidupnya untuk melestarikan budaya Osing melalui karya sastra, siaran radio, dan pergerakan budaya.

Awal perjalanan Hasnan dimulai dari kecintaannya pada dunia literasi. Sejak kecil ia sangat gemar membaca. Ia sempat bekerja sebagai penyuluh perikanan. Akan tetapi, jiwa seninya tak pernah padam.

gambar

Pada tahun 1955 menjadi titik balik ketika tulisannya pertama kali dimuat di majalah Waktu. Sejak saat itu, ia terus menulis tanpa henti, menjadikan budaya Osing sebagai inspirasi utama karyanya.

Kembali Mengingat Apai Janggut: Penjaga Hutan Adat dari Kalimantan Barat yang Dapat Penghargaan Dunia

Karya-Karya Fenomenal

Karya-karya Hasnan bukan sekadar cerita biasa. Ia lebih banyak mengangkat topik-topik budaya dalam karyanya. Misalnya, buku Selubung Santet Gandrung (2003) yang mengungkap sisi kehidupan penari gandrung.

Dalam pandangan masyarakat awam, para penari Gandrung dinilai jauh dari agama. Tariannya yang kerap dianggap memuat unsur erotisme, menjadi faktor utama labelisasi yang dilekatkan kepada para penari Gandrung.

Hasnan kemudian menolak wacana tersebut lewat karyanya, yang menuturkan bahwa penari Gandrung layaknya para penari Shang Hyang Widari yang berhati bersih. Shang Hyang Widari  merupakan salah satu bentuk teater tradisional di Bali yang disuguhkan dalam bentuk tarian yang bersifat religius.

Nenek Renia, Satu dari Sekian Penutur Sastra Lisan “Korehan” yang Masih Setia

Masih mengambil subjek pelaku tari Gandrung, Hasnan lantas kembali menerbitkan Novel Suluk Mu’tazilah (2011). Novel ini berhasil menggambarkan pergulatan seorang penari gandrung dalam mempertahankan nilai-nilai Islam.

Selai itu, cerita Jejak Sinden (1984) bahkan diadaptasi menjadi sinetron. Hal ini membuktikan bahwa cerita berlatar budaya lokal pun bisa menarik perhatian khalayak luas. Lewat Badai Selat Bali (1984) yang dimuat di harian Terbit, ia berhasil membawa nama Banyuwangi ke ranah nasional.

Tidak hanya melalui tulisan, Hasnan juga aktif di dunia siaran radio. Setiap pekan, suaranya mengudara di RKPD Banyuwangi membawakan sandiwara berbahasa Osing. Ia paham betul bahwa radio adalah media efektif untuk menjangkau masyarakat luas.

Selain itu, keterlibatannya di Dewan Kesenian Blambangan dan pendirian Hasnan Singodimayan Centre menunjukkan komitmennya yang tak setengah-setengah dalam melestarikan budaya.

Sedikit Mengenal Sastra Lisan Suku Tetun yang Masih Eksis Hingga Saat Ini

Penghargaan dan Pengakuan

Hasnan merupakan sastrawan dan budayawan yang sangat aktif. Ia tercatat pernah dipercaya menjadi Ketua Himpunan Seni Budaya Islam (HSBI) tahun 1960—1965; anggota Dewan Kesenian Blambangan pada seksi Sastra dan Seni Islam (1980—1995); penasehat DKB (1995— 2001); dan menjadi koordinator Badan Koordinasi Kesenian dan Kepariwisataan Banyuwangi (BK3B) (1985—2022).

Selain itu, Hasnan juga menorehkan beragam prestasi dan penghargaan, beberapa di antaranya:

  • Maestro Seni Tradisi dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) yang ditandatangani Menteri Muhadjir Effendy (2017),
  • Penerima Anugerah Kebudayaan Indonesia Kategori Pencipta Pelopor & Pembaru Berbasis Budaya Lokal (2017)
  • Penghargaan Budayawan Produktif (2014),
  • Penghargaan dari Pemerintah Kabupaten Banyuwangi sebagai Budayawan Banyuwangi (2001),
  • Juara Lomba Puisi BBC London (1980),
  • Juara III Cerpen Dewan Kesenian Surabaya tahun 1973 dengan judul “Lailatul Qadar”, dan masih banyak lagi.
Salim Said, Tokoh Pers yang Geluti Banyak Bidang: dari Sastra hingga Militer

Warisan yang Ditinggalkan

Di usia senjanya, Hasnan tetap produktif berkarya. Tahun 2014, ia mendapat penghargaan dari pemerintah daerah sebagai budayawan produktif. Ini menjadi bukti bahwa semangatnya tak pernah luntur oleh waktu. Bahkan, saat kesehatan mulai menurun, seperti dikenang Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani, Hasnan masih bersemangat bercerita tentang mimpi-mimpinya untuk memajukan budaya Banyuwangi.

Hasnan meninggal pada 13 September 2022 di usia 92 tahun. Kepergiannya menjadi duka bagi dunia budaya Banyuwangi. Namun, warisannya tetap hidup melalui karya-karya yang ditinggalkan. Hingga kini, tulisannya masih menjadi rujukan penting bagi siapa saja yang ingin mempelajari budaya Osing.

Pengetahuannya yang luas membuat Hasnan Singodimayan dijuluki ”sumur tanpa dasar.”

Terapi Kesehatan Mental Berbasis Budaya, Kolaborasi Ilmu Psikologi dan Antropologi dari Prof. Subandi

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News



Posted on Leave a comment

KUBET – Mengenal Kodok Merah, Spesies Endemik Jawa yang Terancam Punah

Mengenal Kodok Merah, Spesies Endemik Jawa yang Terancam Punah

images info

Kodok merah (Leptophryne cruentata) merupakan salah satu spesies amfibi paling langka di dunia yang hanya ditemukan di Pulau Jawa.

Spesies yang dijuluki “bleeding toad” ini memiliki penampilan unik dengan warna kulit merah darah atau merah kecokelatan yang kontras dengan bercak-bercak hitam di sekujur tubuhnya.

gambar

Ukurannya relatif kecil, hanya mencapai 3-4 cm saat dewasa, dengan mata menonjol yang memiliki pupil horizontal sebagai adaptasi terhadap habitatnya yang lembap dan minim cahaya.

Kulitnya yang halus dengan pola unik berfungsi sebagai kamuflase di antara bebatuan dan dedaunan di habitat alaminya. Warna merah yang mencolok ini diduga berfungsi sebagai peringatan bagi predator bahwa kodok ini mengandung racun, meskipun penelitian lebih lanjut masih diperlukan untuk memastikan hal tersebut.

Spesies ini pertama kali dideskripsikan secara ilmiah pada tahun 1853 oleh naturalis Jerman, Salomon Müller.

Habitat dan Ancaman Kelestarian

Kodok merah memiliki persebaran yang sangat terbatas, hanya ditemukan di beberapa lokasi di pegunungan Jawa Barat, terutama di kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Gunung Halimun-Salak, dan beberapa daerah terisolasi lainnya.

Habitat utamanya adalah daerah aliran sungai berbatu dengan air jernih dan kadar oksigen tinggi di ketinggian 800-2.000 meter di atas permukaan laut.

Spesies ini sangat bergantung pada kondisi lingkungan yang stabil dan sensitif terhadap perubahan. Ancaman utama terhadap kelestariannya meliputi perusakan habitat akibat pembalakan liar dan alih fungsi lahan, perubahan iklim yang mempengaruhi suhu dan kelembaban, polusi air dari aktivitas pertanian, serta penyakit jamur chytridiomycosis yang telah menyebabkan penurunan populasi amfibi di seluruh dunia.

Populasi kodok merah di alam liar diperkirakan telah menyusut lebih dari 80% dalam tiga generasi terakhir.

Baca juga Sering Dianggap Sama, Inilah 7 Perbedaan Katak dan Kodok

Status Perlindungan dan Upaya Konservasi

Kodok merah termasuk dalam daftar merah IUCN dengan status Critically Endangered (Kritis) sejak tahun 2004. Di Indonesia, spesies ini dilindungi berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. P.106/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2018.

Selain itu, kodok merah juga masuk dalam Appendix II CITES yang mengatur perdagangan internasional spesies langka.

Upaya konservasi ex-situ (di luar habitat alami) telah dilakukan oleh berbagai lembaga, dengan keberhasilan terbaru dicapai oleh Taman Safari Indonesia (TSI) Cisarua, Bogor.

Pada tahun 2023, TSI berhasil mengembangbiakkan dan menetaskan empat ekor kodok merah untuk pertama kalinya di luar habitat alaminya. Direktur TSI, Jansen Manansang, menyebut pencapaian ini sebagai prestasi luar biasa dalam penyelamatan permata alam langka Indonesia.

Keberhasilan Penangkaran di Taman Safari Bogor

Proses penangkaran kodok merah di TSI Bogor melibatkan replikasi habitat alami yang sangat detail, termasuk pengaturan suhu, kelembaban, dan kualitas air yang menyerupai kondisi di pegunungan Jawa Barat.

Tim konservasi berhasil mendokumentasikan seluruh siklus hidup spesies ini, mulai dari perilaku perkawinan yang unik hingga tahapan metamorfosis lengkap.

Yang menarik, kodok jantan mengeluarkan suara khas yang belum pernah terdokumentasikan sebelumnya selama proses perkawinan. Seekor betina dapat menghasilkan 50-150 butir telur dalam sekali bertelur, jumlah yang relatif kecil dibandingkan amfibi lainnya.

Dr. Bongot Huaso Mulia, Vice President Life Science TSI, menjelaskan bahwa dokumentasi lengkap siklus hidup ini memiliki nilai ilmiah yang sangat tinggi dan menjadi referensi penting untuk upaya konservasi.

Baca juga Katak Terkecil di Dunia dengan Gigi Taring d Ditemukan di Sulawesi

Referensi

1. IUCN Red List. (2023). Leptophryne cruentata.

2. Kementerian LHK. (2018). Peraturan Menteri LHK No. P.106.

3. Taman Safari Indonesia. (2023). Laporan Konservasi Kodok Merah.

4. Iskandar, D. T. (1998). The Amphibians of Java and Bali. LIPI Press.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News



Posted on Leave a comment

KUBET – Sudah Lama Kosong, Bagaimana Kriteria Ideal Duta Besar Indonesia untuk Amerika Serikat?

Sudah Lama Kosong, Bagaimana Kriteria Ideal Duta Besar Indonesia untuk Amerika Serikat?

images info

Posisi Duta Besar (Dubes) Indonesia untuk Amerika Serikat masih kosong sejak 2023. Jabatan ini sebelumnya diisi oleh Rosan Roeslani.

Rosan menjabat sebagai Dubes Indonesia untuk Amerika Serikat sejak 12 Oktober 2021 hingga 16 November 2023. Kemudian, ia purna setelah ditunjuk oleh Presiden Joko Widodo menjadi Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Hingga saat ini, kursi tersebut masih kosong.

gambar

Dubes menjadi kebutuhan strategis yang mendesak, mengingat Amerika Serikat merupakan mitra utama Indonesia dalam berbagai sektor, seperti perdagangan, investasi, pertahanan, hingga kerja sama teknologi dan perubahan iklim.

Mengingat posisi dan tanggung jawab yang sangat penting, bagaimana kriteria ideal pemilihan Duta Besar Indonesia untuk Amerika Serikat?

Dosen Hubungan Internasional (HI) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Hafid Adim Pradana, M.A., menjelaskan beberapa kriteria “terbaik” bagi figur Dubes Indonesia di Washington.

Menurutnya, perlu sosok Dubes yang memiliki kapasitas diplomatik yang matang dan pemahaman menyeluruh terhadap dinamika kebijakan luar negeri Amerika Serikat, termasuk dalam konteks persaingan “dua kekuatan besar”.

Kriteria Ideal Duta Besar Indonesia untuk Amerika Serikat

Adim menyebut jika figur Dubes Indonesia di Amerika Serikat harus mampu menavigasi kepentingan Indonesia secara cermat di tengah intensifikasi rivalitas AS dengan Tiongkok, dengan tetap menjunjung prinsip politik luar negeri yang bebas-aktif.

Selain itu, sangat penting bagi seorang Dubes untuk memahami secara mendalam berbagai isu yang kompleks, termasuk ekonomi, digital, inovasi, teknologi, dan transformasi industri.

“Penting bagi seorang Dubes Indonesia di Amerika Serikat untuk paham secara mendalam isu-isu ekonomi digital, inovasi teknologi, dan transformasi industri, mengingat arah kemitraan bilateral kini semakin berorientasi ke masa depan,” jelasnya saat dimintai keterangan oleh GNFI, Kamis (17/4/2025).

Di sisi lain, sosok Dubes Indonesia untuk Amerika Serikat juga harus memiliki hubungan yang baik dan aksesibilitas terhadap pemangku kebijakan di dalam negeri, guna memastikan sinkroninasi kebijakan luar negeri dengan lebih efektif.

Kepala Laboratorium HI UMM ini juga memaparkan perlunya menghadirkan sesosok Dubes yang dapat menjalankan peran sebagai diplomat publik yang tidak hanya representatif secara protokoler, tetapi juga mampu mengartikulasikan narasi Indonesia secara persuasif di ruang publik Amerika Serikat.

“Singkatnya, Indonesia membutuhkan duta besar yang bukan hanya berkompeten secara teknis, tetapi juga strategis, komunikatif, dan adaptif terhadap perubahan geopolitik global,” imbuhnya.

Diplomat Karier vs Figur Politik, Mana yang Lebih Baik?

Kepemimpinan Donald Trump membawa perubahan yang signifikan dalam geopolitik global. Perlu ada pendekatan diplomatik yang disesuaikan dengan karakteristik kepemimpinan yang lebih transaksional dan berorientasi pada kepentingan domestik Amerika Serikat.

Dalam penjelasannya, Adim menerangkan pentingnya figur duta besar yang dapat mencerminkan keseimbangan antara kapasitas teknokratik dan kekuatan akses politik.

“Seorang diplomat karier dengan rekam jejak kuat tentu memiliki keunggulan dalam hal keahlian negosiasi dan pemahaman teknis terhadap isu bilateral,” sebutnya.

Akan tetapi, dalam konteks pemerintahan Trump yang sangat dipengaruhi oleh relasi personal dan dinamika politik domestik, sosok dengan jejaring politik yang kuat, baik di Washington maupun Jakarta juga tak kalah penting.

“Profil duta besar yang ideal bukan semata ditentukan oleh latar belakang profesional, tetapi oleh kemampuannya untuk menjembatani kepentingan strategis Indonesia melalui pendekatan yang adaptif, komunikatif, dan relevan dengan karakter pemerintahan AS saat ini,” tegas Adim.

Sosok Dubes Harus Berkapabilitas

Pada konteks diplomasi di Amerika Serikat, praktik lobbying merupakan elemen utama dalam pengaruh kebijakan. Dubes Indonesia idealnya memiliki pemahaman lintas sektor secara strategis, yang mencakup politik, ekonomi, pertahanan, hingga isu-isu seperti teknologi dan perubahan iklim.

Hal tersebut sangat penting mengingat hubungan bilateral Indonesia-AS tidak bersifat sektoral sempit, melainkan saling berkelindan dan dipengaruhi oleh berbagai “aktor” nonpemerintah, termasuk think tank, korporasi, lembaga legislatif, dan media.

Pada akhirnya, meskipun seorang Dubes Indonesia di Amerika Serikat tidak dituntut untuk benar-benar ahli di semua bidang, seorang duta besar perlu memiliki kapabilitas koordinatif dan wawasan yang strategis antarsektor.

“Seorang duta besar perlu memiliki kapabilitas koordinatif dan wawasan strategis antarsektor, agar mampu mengorkestrasi kepentingan Indonesia secara efektif di berbagai arena diplomatik yang bersifat simultan dan kompetitif,” ungkap sang dosen.

Di sisi lain, saat ditanyai tentang mana yang lebih dibutuhkan antara duta besar yang cakap dalam substansi kebijakan luar negeri atau duta besar yang andal menjalin relasi dan lobi efektif dengan Amerika Serikat, Adim menyiratkan jika idealnya dua hal tersebut tidak dipertentangkan, tetapi saling melengkapi.

Namun, jika harus diprioritaskan dalam konteks diplomasi, ia menyebut kemampuan membangun jejaring dan melakukan lobi politik secara efektif adalah sebuah hal yang sangat strategis. Ini disebabkan karena pengambilan kebijakan di Negeri Paman Sam yang sangat dipengaruhi oleh aktor noneksekutif, seperti Kongres, lembaga think tank, pelobi industri, dan opini publik.

“Duta besar yang mampu menerjemahkan substansi kebijakan luar negeri Indonesia ke dalam bahasa diplomasi yang dapat diterima dan didukung oleh ekosistem politik AS akan menjadi aset diplomatik yang krusial,” tutupnya.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News



Posted on Leave a comment

KUBET – Legenda La Sirimbone dari Sulawesi Tenggara, Kisah Seorang Anak yang Hidup Sebatang Kara

Legenda La Sirimbone dari Sulawesi Tenggara, Kisah Seorang Anak yang Hidup Sebatang Kara

images info

Legenda La Sirimbone merupakan salah satu cerita rakyat yang berasal dari daerah Sulawesi Tenggara. Legenda ini berkisah tentang pengembaraan seorang anak yang hidup sebatang kara karena dibuang orang tuanya.

Meskipun demikian, La Sirimbone berhasil tumbuh dan mencapai kebahagiaannya sendiri. Bagaimana kisah lengkap dari legenda La Sirimbone tersebut?

gambar

Legenda La Sirimbone

Dilansir dari buku Irwan Rouf dan Shenia Ananda yang berjudul Rangkuman 100 Cerita Rakyat Indonesia: dari Sabang sampai Merauke, pada zaman dahulu terdapat sebuah daerah yang ada di wilayah Sulawesi Tenggara. Di sana hiduplah seorang janda yang bernama Wa Roe.

Janda ini sudah dikaruniai seorang anak laki-laki yang bernama La Sirimbone. Sehari-hari dirinya hidup berdua bersama anaknya tersebut.

Meskipun sudah menjadi seorang janda, kecantikan Wa Roe dikenal hingga seantero negeri. Hal ini membuat banyak laki-laki yang tertarik kepada dirinya.

Pada suatu hari, datanglah seorang pedagang kain ke daerah tempat Wa Roe tinggal. Pedagang kain ini bernama La Patamba.

La Patamba mendatangi setiap rumah yang ada di daerah tersebut. Dirinya menawarkan kain yang dia jual kepada setiap penduduk yang ada di sana.

Rumah Wa Roe juga menjadi tujuan untuk La Patamba menawarkan barang dagangannya. Ketika sampai di sana, La Patamba ternyata langsung jatuh hati kepada Wa Roe.

Akhirnya La Patamba berniat untuk menjadikan Wa Roe istrinya. Dirinya kemudian meminta bantuan dari sesepuh kampung untuk meminang Wa Roe.

La Patamba kemudian melamar Wa Roe dengan bantuan sesepuh kampung. Wa Roe kemudian menerima lamaran tersebut.

Meskipun demikian, Wa Roe memberikan satu syarat yang mesti dipenuhi oleh La Patamba. Wa Roe meminta La Patamba untuk berjanji agar menyayangi anaknya, La Sirimbone ketika menikah nantinya.

La Patamba kemudian berjanji akan memenuhi persyaratan tersebut. Akhirnya La Patamba menikah dengan Wa Roe.

Pada awalnya keluarga kecil ini hidup dengan bahagia. Namun sebulan kemudian, sikap dari La Patamba tiba-tiba berubah.

Dirinya sering memarahi anak tirinya La Simbone. Tidak hanya itu, La Patamba juga sering memukul La Sirimbone ketika marah.

Bahkan dirinya menyuruh Wa Roe untuk membuang anaknya tersebut ke tengah hutan. Wa Roe yang takut melihat amarah La Patamba tidak bisa berbuat apa-apa dan melaksanakan perintah suaminya tersebut.

La Sirimbone kemudian ditinggalkan seorang diri di tengah hutan. Sejak saat itu dia hidup sebatang kara tanpa seorangpun yang menemaninya.

Waktu demi waktu berlalu. La Sirimbone tumbuh menjadi pemuda dewasa. Sehari-hari dia mengembara di dalam hutan tersebut.

Pada suatu hari, dia bertemu raksasa perempuan di tengah hutan. La Sirimbone kemudian menceritakan pengalaman yang sudah dia alami.

Raksasa wanita tersebut merasa iba dengan La Sirimbone. Dirinya pun membantu La Sirimbone agar tidak kesulitan dalam mengembara di tengah hutan.

Tidak lama kemudian, La Sirimbone bertemu jin yang ada di pinggiran sungai. Sama seperti sebelumnya, dia juga menceritakan kisah yang sudah dialaminya.

Sang jin kemudian memberikan cincin sakti kepada La Sirimbone. Cincin tersebut memiliki kemampuan yang mampu menyembuhkan berbagai macam penyakit.

Sejak saat itu, La Sirimbone mendapatkan berbagai macam barang pusaka dalam perjalanannya. Selain cincin sakti, dirinya juga memiliki barang pusaka lainnya, seperti kalung yang bisa membuatnya berjalan di air dan keris pusaka yang mampu menikam sendiri lewat perintah yang dia berikan.

Berbekal barang pusaka ini, La Sirimbone terus melanjutkan pengembaraannya. Pada suatu hari, sampailah dia di sebuah rumah yang ada di tengah hutan.

Di sana dia bertemu seorang gadis cantik bernama Wa Ngkurorio. Gadis cantik ini bercerita bahwa dia terancam oleh ular naga yang ada di sana.

Mendengar cerita tersebut, La Sirimbone berniat untuk membantu Wa Ngkurorio. Ketika ular naga tersebut muncul, La Sirimbone memerintahkan keris saktinya untuk menikamnya.

Ular naga tersebut kemudian mati seketika saat ditikam oleh keris La Sirimbone. Akhirnya La Sirimbone menikah dengan Wa Ngkurorio dan hidup bahagia bersama.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News